Pemakaman Daniel

Langsung dari rumah sakit jenazah Daniel dibawa untuk ke pemakaman, keluarga jauh dan teman sejawat di rumah sakit hadir ke pemakaman untuk mengucapkan belasungkawa tak lupa mereka memberi dukungan kepada Atira.

Dari pagi semua orang sudah berkumpul dan menyelesaikan pemakaman Daniel. Atira sudah sedikit tenang, tapi ia masih enggan meninggalkan tempat itu. Beberapakali keluarga dan sahabatnya mengajak pulang namun Atira masih belum beranjak pergi.

Gadis itu mengusap Nisan Daniel sembari merapikan hamburan bunga segar di atas makam itu. Ia mengajak Daniel bicara di atas pusara nya.

"Sayang, aku berusaha akan selalu mengunjungi kamu. Dan selalu menuruti apa mau kamu. Aku akan selalu merindukan kamu Daniel. Bagaimana aku memulai hari esok ? Bagaimana aku melalui hari - hari tanpa melihat kamu. Sekarang saja aku sangat rindu." Atira sesegukkan.

"Kami akan selalu menemani kamu Ra, membantu melalui hari - hari berat ini." kata Arya — Sahabat laki-laki yang Atira miliki.

"Iya Ra, yakinlah kamu mampu melewati ini semua, dia adalah calon jodoh terbaik yang dititipkan sementara sama kamu. Dan selama ini kamu menjaganya dengan baik." Winda menyemangati

"Terimakasih sudah selalu ada bersamaku." Atira berusaha tegar.

"Baiklah, sekarang kita pulang biarkan Daniel beristirahat dengan tenang ! Kamu harus bisa mengikhlaskannya, kamu juga perlu istirahat." Ujar Rafa seraya merangkul bahu Atira untuk berdiri

...----------------...

Dua minggu sudah kepergian Daniel membuat Atira tambah tidak karuan, bekerja pun senin kamis beruntung manajer divisinya memahami keadaanya Atira yang baru kehilangan.

Malam hari Atira enggan untuk tertidur dia menatap langit langit kamarnya. Kerinduannya pada sosok Daniel semakin dalam hingga tak terasa air matanya mulai menetes lagi mengingat kenangannya bersama, suara Isak tangisnya terdengar oleh Hendri dari luar, sekarang Atira pindah ke rumah orang tuanya lagi setelah kepergian Daniel. Selama ini ia menempati rumah minimalis dekat kantor nya.

"Atira, kamu belum tidur ? Apa kakak boleh masuk ?" Karena tidak ada jawaban Hendri memutar gagang pintu kamar yang ternyata tidak terkunci. "Kamu kangen ya? Kakak juga, tapi kita gak boleh terpuruk dan selalu bersedih seperti ini. Daniel gak akan lihat kamu kaya gini." Hibur Hendri duduk di tepi kasur.

"Kak, Aku kangen banget. Dia laki-laki terbaik, tapi kenapa dia secepat ini di ambil Tuhan ? Aku masih belum percaya bahwa dia sudah enggak sama aku lagi." Atira mengusap pelan air matanya.

"Atira, Kakak ngerti perasaanmu, tapi gak baik kamu berlarut dalam kesedihan seperti ini, kamu harus bangkit. Mana Atira yang tangguh, kuat dan mandiri ? Mana Atira yang selalu dibanggakan Daniel pada kakak ? Kamu harus kuat dan jadilah Atira yang selalu dibanggakan Daniel walau dia gak disini sama sama." Ucap Hendri.

"Kakak tahu apa yang selalu aku banggakan dari Daniel ? Dia selalu memegang janjinya padaku bahwa dia gak melewati batasannya jika bersamaku. Dia memperlakukanku sangat baik dan lembut." Kenang Atira. Iris mata gadis ini terpaku pada langit malam berharap ada bayangan sang pemilik hati hadir disana walau sedetik.

"Iya Kakak tahu karena Daniel selalu menceritakannya sama Kakak, sekarang sudah malam kamu tidurlah ! besok kita akan mengunjunginya."Hendri meninggalkan kamar Atira untuk beristirahat.

Gadis itu masih membiarkan tubuhnya di tampar serayu malam, merasakan dingin memeluk daksa. Wajah cantik itu tak adalagi keceriaan yang tersisa. Kehilangan merenggut seluruh kehidupan di dalam diri Atira.

...----------------...

Pagi yang cerah, suara kicauan burung membangunkan Atira, dia mengucek ngucek mata agar benar jelas melihat. Atira bangun dari tempat tidur dan membersihkan dirinya sepuluh menit kemudian bergabung di meja makan untuk sarapan.

Seperti janjinya Hendri mengajak Atira mengunjungi makam Daniel dan mengajak adiknya jalan - jalan agar tidak berlarut dalam kesedihan.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***