.....................
Bu Ratih masih nggak percaya, mau dibawa kemana dirinya oleh Seno.
"Seno..!! kita mau kemana? aku belum pamit Mama.?" ucap Bu Ratih dengan nada tinggi.
"Kamu diam saja.!" sahut Seno.
"Gimana nanti kalau dicariin Mama.?" ucap Bu Ratih lagi.
"Tenang saja, nanti aku yang akan telfon Mama dan Kakakmu.!" jawabnya.
"Iya, tapi setidaknya bilang dulu kamu mau bawa aku kemana?" cerocos Bu Ratih.
"Udah diam napa sih! bawel amat jadi orang." sahut Seno.
Bu Ratih menangis. Dipukul-pukul kursi mobil sambil teriak-teriak.
"Lepasin aku Sen.!! aku mau pulang.
huuuaa.." Bu Ratih menangis sekencang-kencangnya.
"Ratih diam.!! kamu bisa diam nggak sih? jangan bikin aku tambah marah." ucap Seno.
Ratih tidak mengindakan omongan Seno. Dia terus menangis sekencang-kencangnya sambil teriak-teriak. Seno yang merasa risih langsung menepi menginjak rem terus berhenti.
"Kalau kamu masih teriak-teriak gini. Jangan salahkan aku, jika aku kasar padamu.!"ucap Seno.
"Aku mohon Sen, jangan kamu sakiti aku?" ucap Bu Ratih memelas.
"Makanya kamu diam,! ikut saja, jangan bawel.!" ucap Seno.
Bu Ratih terdiam sambil terisak-isak. tanpa sepengetahuan Bu Ratih, Seno mengeluarkan sapu tangan. Kemudian dengan sigap membukam mulut Bu Ratih dengan benda tersebut. Akhirnya Bu Ratih tak berdaya.
Hari ini kamu akan jadi milikku. Jika Gavin memiliki hatimu. Maka aku akan memiliki tubuhmu. Gumam Seno dengan tatapan penuh kemarahan. Dilajukannya mobil sedan warna hitam itu dengan kecepatan tinggi.
Tanpa disadari kalau ada mobil yang mengikutinya. dengan cepat mobil Seno menuju kearah puncak. Jalanan kebetulan lengang sekali. Apa mungkin bukan hari libur, jadi jalanan sepi banget.
Ketika sampai puncak, Seno membelokan mobil ke sebuah Vila. Tampak Vila tersebut sangat besar dengan halaman yang sangat luas. Mobil Seno diparkir di sebuah garasi sebelah kiri Vila. Sedangkan mobil yang mengikutinya tadi berhenti tepat di depan Vila.
Seno mennggendong Bu Ratih memasuki Vila itu. Seorang laki-laki telah membukakan pintu Vila.
"Pak Rachmad, sekarang Bapak boleh pulang. Nanti kalau saya sudah balik ke Jakarta, Bapak saya kabari lagi." ucap Seno pada laki-laki itu. ternyata dia penjaga Vila nya Seno.
"Baik Pak Seno. Tapi, apa Bapak tidak perlu bantuan saya? itu istrinya kenapa Pak, sakit? perlu dipanggilkan dokter?" ucap Pak Rachmad.
"Tidak perlu Pak. istri saya hanya tidur." ucap Seno sekenanya.
"Baiklah kalau begitu. Saya pamit dulu." jawab Pak Rachmad.
Penjaga Vila itu akhirnya meninggalkan Seno. Dia berjalan menuju samping Vila guna mengambil motornya. Dinyalakan motor itu lalu pergi. Tapi, disaat keluar pintu Vila, tiba-tiba dia dihadang dua laki-laki tinggi besar. Pak Rachmad sontak kaget dengan semua ini.
Salah satu dari laki-laki itu mendekatinya.
"Maaf Pak, kami hanya mau numpang nanya. Jadi Bapak jangan takut.!" ucap Laki-laki itu.
"Iya, Bapak mau nanya apa?" jawab Pak Rachmad.
"Laki-laki sama wanita itu majikan Bapak.?" tanyanya lagi.
"Iya, itu Pak Seno bersama istrinya.!" ucap Pak Rachmad.
"Apa.!! istrinya.?" tanya laki-laki itu dengan nada tinggi.
"I..ya Pak, itu istrinya Pak Seno, kan?" jawab Pak Rachmad dengan terbata.
"Coba kamu ingat, apa bener majikanmu itu sudah punya istri. Terus kalau istrinya kenapa dia membawa istrinya dengan kondisi tidak sadar.?" kalimat laki-laki itu sedikit membuat ragu Pak Rachmad.
Dia terdiam. Aneh juga, tadi pas dirinya menyebutkan bahwa wanita itu istrinya, Pak Seno nggak menyangkal. Tapi dia juga nggak tau bener kalau majikannya itu sudah menikah apa belum. Tapi, bener juga, kalau istrinya kenapa wanita tadi seperti tak sadarkan diri. Hati Pak Rachmad jadi nggak enak.
"Gimana Pak, Bapak yakin kalau majikan Bapak itu tidak akan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan?" tanya laki-laki itu.
"Tapi, saya nggak berani, Pak.!" ucap Pak Rachmad.
"Tenang saja, Bapak tidak akan saya libatkan. Saya hanya minta tolong, dimana saja letak pintu-pintu lain selain pintu utama." ucap laki-laki itu.
"Mari ikut saya." ucap Pak Rachmad.
kemudian dua laki-laki misterius itu melangkah mengikuti Pak Rachmad. Kemudian Pak Rachmad menunjukkan semua pintu selain pintu utama. Semua penjuru Vila sudah dikasih tau semua Pak Rachmad.
Kemudian salah satu dari laki-laki itu mengeluarkan beberapa lembar uang seratus ribu. Awalnya Pak Racmad menolak, tapi setelah laki-laki itu mengatakan bahwa ini untuk menyelamatkan wanita tadi, akhirnya Pak Rachmad menerimanya.
Kemudian dia meninggalkan Vila majikannya itu.
Kedua laki-laki itu mulai bergerak untuk mencari dimana Seno membawa Bu Ratih.
Sedangkan didalam, Seno menidurkan Bu Ratih disebuah kamar. Bu Ratih masih memakai pakaian lengkap. Rok hitam atasan warna krem dibalut dengan blazer warna senada masih melekat dibadannya. Seno duduk disofa sambil memegang gelas berisi minuman. Diamatinya tubuh Bu Ratih yang masih belum sadarkan diri.
Begitu cantik. Kulitnya mulus, matanya belok dengan bibir yang mungil menambah kecantikannya.
Tiba-tiba Bu Ratih membuka matanya. Dia masih bingung dengan tempat ini. Matanya bergerilya keseluruh ruangan, masih asing dan tidak dikenal sama sekali. ketika matanya bertemu dengan sosok yang kini lagi duduk sambil mengamatinya dengan tatapan penuh nafsu, sontak Bu Ratih kaget.
"Seno..!!! aku dimana ini? apa yang telah kamu perbuat?" teriak Bu Ratih sambil memegangi seluruh tubuhnya. Tapi, pakaiannya masih lengkap tanpa satupun yang terlepas.
"Tenang Ratih, kamu masih aman kok." ucap Seno.
Kemudian Seno mendekati Bu Ratih lalu duduk ditepi ranjang. Bu Ratih beringsut mundur. Kemudian Seno mencoba menyentuh rambutnya yang kini terurai panjang sebahu. Tapi, buru-buru Bu Ratih menepisnya.
"Tolong, Sen. jangan sentuh aku. Kumohon, Sen.?" rengek Bu Ratih.
"Tih., dulu aku memimpikan setelah kita menikah, kamu akan aku ajak bulan madu keluar negeri tanpa ada yang ganggu. Tapi, setelah kamu mencintai laki-laki ingusan itu, impianku jadi buyar. semuanya hancur. kenapa Tih.?" ucap Seno.
"Karena, aku tidak mencintai kamu Seno. Kamu sendiri juga gitu. Sebenarnya kamu juga nggak cinta. Tapi, kamu ambisi sama aku." jawab Bu Ratih.
"Iya..!! aku memang tidak cinta sama kamu. Aku hanya terobsesi untuk memiliki kamu demi sebuah kesepakatan. Jika aku bisa mendapatkanmu, aku akan puas." jelas Seno.
Bu Ratih yang mendengar kata-kata Seno semakin marah dan benci sama laki-laki itu. Dia berteriak minta tolong.
"Teriak saja, tidak akan ada yang bisa menolong kamu. Disini jauh keramaian. Kamu tahu dimana kita. Sekarang kita ada di Vila Papaku yang dipuncak." ucap Seno.
"Apa.!! kamu gila ya Sen.? kenapa kamu mengajakku kesini.?" jawab Bu Ratih dengan suara tinggi.
Seno semakin mendekatkan wajahnya kewajah Bu Ratih. Gadis itu semakin ketakutan. Apalagi Seno kini sudah hampir menindih tubuh Bu Ratih. Dengan cepat Bu Ratih melompat dari ranjang hendak menjauh dari Seno. Tapi, dengan sigap Seno meraih tangan Bu Ratih dan mendekap tubuhnya.
"Lepaskan.!! Seno.! tolong, lepaskan.!!" teriak Bu Ratih.
"Teriak saja, tidak akan ada yang menolongmu." ucap Seno.
"Tolong.! Tolong.! lepaskan..!!" teriakan Bu Ratih terdengar sampai keluar.
Dua laki-laki misterius tadi langsung menuju ke sumber suara.
Ketika mereka sudah mendapatkan sumber suara itu. Didobraknya pintu yang menghubungkan dengan pintu ruang tengah. Ditujunya sebuah kamar yang jadi sumber suara tadi.
"Tolong!Tolong.! lepaskan aku."teriak Bu Ratih.
"Tidak akan aku lepasin. Karena sebentar lagi kamu jadi milik orang lain. Biarlah orang itu memiliki kamu yang sudah bekas aku." ucap Seno sambil memegang kepala Bu Ratih. Dia hendak menciumnya. Tapi, tiba-tiba terdengar suara pintu di dobrak.
Braaaaakk........!!!!!!
Next...............(19).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
putrindrani
semangat ❤️
2020-07-01
2