...........................
Sontak semua yang ada disitu kaget setelah mendengar kabar kalau Mamanya Bu Ratih pingsan. Gavin langsung manggil pak Narto buat anterin Bu Ratih.
"Nak, Ratih. Mending sekarang pulang saja. Biar diantar Gavin sama sopir." ucap Pak Indra.
"Iya Pak, makasih...." jawabnya dengan suara bergetar.
"Ayo Tih,! Pak Narto sudah siap." seru Gavin.
"Iya Vin."
"Pa, Gavin anterin Ratih pulang dulu, ya.?" ucap Gavin sambil mencium punggung tangan Papa Mamanya. Diikuti Bu Ratih dibelakangnya.
Kemudian mereka langsung masuk mobil. Selama diperjalanan Bu Ratih hanya bisa menangis. Dengan penuh kesabaran Gavin mencoba menenangkan kekasihnya itu. Direngkuhnya kepala Bu Ratih ke pundaknya.
Akhirnya sampai juga dirumah Bu Ratih.
Dengan tergesa-gesa Bu Ratih masuk rumah dan mencari Mamanya dikamar.
Terlihat Winda dan Bagas sedang menunggui Mamanya.
"Mas, Mama kenapa kok sampai pingsan gini.?" tanya Bu Ratih.
Bagas diam saja. Dia masih memandangi Mamanya yang masih tertidur.
"Winda,! Mama kenapa.?"
"Ma__ma, pingsan karena mendengar Mas Bagas bertengar dengan Kak Seno, Mbak!" jawab Winda sambil menunduk.
Wajah Ratih seketika langsung memerah. Dialihkan pandangannya kearah Bagas. Dia hanya diam tidak seperti biasa yang selalu marah-marah.
"Mas.! bener apa yang dibilang Winda? ada apa sih Mas, kamu kok selalu takut dengan Seno?" ucap Bu Ratih.
"Kamu salah faham, Tih.! aku tadi ha__" belum sempet kalimat Bagas dilanjutkan, tiba-tiba Gavin ikut bersuara.
"Maaf, bukannya saya ikut campur. mendingan Mamamu dibawa ke rumah sakit, Tih?" ucap Gavin.
Bu Ratih kaget kalau tadi dia diantar Gavin. Sampai tidak dihiraukan.
"Ya ampun Vin, aku lupa tadi sama kamu. iya kita bawa ke rumah sakit aja.!" sahut Bu Ratih.
"Iya, nggak apa-apa sayang." jawab Gavin.
"Tadi sudah aku kasih minyak angin mbak, tangannya sudah hangat kok." jawab Winda.
Ketika mereka semua mau menyiapkan untuk membawa Mamanya Bu Ratih ke rumah sakit. Tiba-tiba tubuh Mamanya bergerak. Kemudian kedua matanya mulai terbuka.
"Mama.!! Bu Ratih dan Winda barengan teriak.
"Kepala Mama pusing, Nak."
"Mama jangan banyak gerak dulu. sekarang Mama istirahat aja." ucap Bu Ratih.
"Mama sudah tidak apa-apa kok." sahut Mamanya sambil melirik Bagas. Dia terlihat lesu dan wajahnya sayu.
"Maafin Bagas, Ma. Bagas nggak bermaksud membikin Mama kawatir. Tadi hanya debat masalah dikantor saja kok." ucap Bagas sambil menciumi tangan Mamanya.
"Sebenarnya ada apa sih Mas. Seno kok keliatannya kekeh banget buat dapetin Ratih. Apa Seno cinta sama Ratih? enggak kan? cuma karena bisnis kan Mas?" sahut Bu Ratih.
"Mas hanya melakukan yang terbaik buat kamu dan perusahaan saja, Tih!" jawab Bagas.
"Mas..., Ratih mohon, batalin perjodohan ini. Ratih nggak cinta sama Seno." ucap Ratih memohon.
"Kalau Mas batalin, gimana kalau dia menarik semua suntikan dana yang sudah digelontorkan ke perusahaan kita.?" jawab Bagas.
"Maka dari itu Mas, kalau pernikahan aku hanya dilandasi supaya bisnis tetap berjalan, buat apa? kebahagiaanku hanya diukur sebatas kesuksesan sebuah bisnis." jawab Ratih.
"Maaf, Mas. Gavin bukannya ikut campur. kami berdua saling mencintai. Apa sebaiknya kita cari jalan keluar yang lain, Mas.?" ucap Gavin.
"Tapi, jalan keluar seperti apa?" sahut Bagas.
"Misal, cari investor lain." sahut Bu Ratih.
"Saya rasa untuk sementara biar seperti ini dulu. Kita tunggu perkembangan Seno gimana. Misal dia nggak ngebahas perjodohan, Mas akan diam dulu. Dengan kata lain kita ulur-ulur waktu sementara dulu." ucap Bagas.
"Saya, setuju apa yang dikatakan Mas Bagas. kita mencoba cari solusi." sahut Gavin.
"Baiklah kalau begitu. Oh ya, Vin. Mas Bagas minta maaf ya, selama ini sikap Mas kurang baik sama kamu." ucap Bagas sambil menepuk pundak Gavin.
"Iya, nggak apa-apa Mas. Gavin maklum kok. Yang penting Mas Bagas sekarang sudah sadar kalau Gavin bener-bener serius sama Ratih." jawab Bagas.
"Ratih ikut seneng kalau kalian akur." ucap Bu Ratih.
"Baiklah kalau memang sudah tidak ada masalah dengan Mamamu, aku pulang dulu." ucap Gavin.
"Oh iya, makasih, ya Vin." jawab Bu Ratih.
"Maaf semuanya, Gavin pamit dulu." ucap Gavin sambil menakupkan telapak tangannya.
Semua yang ada dikamar mengangguk pelan. Bu Ratih mengantar Gavin keluar rumah. Sampai diteras, ada Pak narto yang tertidur. Gavin dan Bu Ratih tersenyum. Mungkin kecapekan.
Gavin membangunkannya pelan.
Akhirnya Pak Narto membuka matanya dan meminta maaf karena ketiduran.
Kemudian Gavin pulang bersama Pak Narto. Bu Ratih kembali masuk rumah. dalam hatinya dia kini merasa lega. Karena satu masalah sudah teratasi. tinggal urusan sama Seno aja. Bathin Bu Ratih.
.
.
.
Beberapa hari kemudian. Di kampus Bu Ratih mengajar seperti biasa. Gavin juga bisa menjaga sikap. Kalau di kampus dia layaknya seperti mahasiswa yang lain. seperti hari ini Bu Ratih ngajar di kelasnya.
Yang tahu hubungan Bu Ratih dan Gavin adalah Tiur dan Seto.
Kadang Gavin mencoba mencuri-curi pandang. Tapi, Bu Ratih bersikap acuh dan tidak lagi membalas tatapan Gavin. Tapi, dalam hati Bu Ratih ketawa sendiri melihat sikap Gavin yang kesal karena Bu Ratih yang memalingkan muka saat dilirik.
Akhirnya jam kuliah selesai juga. Bu Ratih membereskan buku-buku dan melangkah keluar. Ingin rasanya Gavin mengejar wanita pujaannya, tapi dia ingat kalau ini di kampus. ditahannya rasa ingin memeluknya.
Saat di parkiran, Gavin menunggu wanita pujaannya itu. Akhirnya yang ditunggu-tunggu muncul juga.
"Sudah lama nunggu, ya?" tanya Bu Ratih.
"Lama juga Akang jabanin Neng.!" goda Gavin.
"Ih...kamu nih tetep aja ngegombal." sahut Bu Ratih.
"Ayo kita pulang," ucap Gavin.
"Lho,! kamu bawa mobil sendiri? terus ini mobil siapa?" tanya Bu Ratih.
"Aku sudah diperbolehin bawa mobil sendiri. ini mobil Mama. Jarang dipakai kok. Biasanya cuma dipake Mama kalau ada acara-acara doang. Hari ini Mama nggak kemana-mana kok."terang Gavin.
"Oke kalau begitu, kita cuuzzz.." ucap Bu Ratih.
"Siap Bu Dosen cantik." sahut Gavin.
Keduanya masuk mobil. Kemudian Gavin melajukan mobilnya dengan pelan supaya bisa berlama-lama dengan wanita pujaannya itu. Dalam mobil keduanya saling cerita satu sama lain. Akhirnya sampailah di rumah Bu Ratih.
setelah mobil diparkir mereka berdua keluar.
"Aku nggak mampir, ya?"
"Iya, Vin. makasih ya...."
"Oke, bye...!"
Gavin membalikan badannya menuju mobilnya. Setelah mobil menghilang, Bu Ratih masuk rumah.
Tapi belum sampai kedalam, sebuah sedan hitam masuk ke halaman rumah. Bu Ratih menghentikan langkahnya.
Seno keluar dari mobilnya. Dia memasang muka kesal. Dihampirinya Bu Ratih yang masih berdiri.
"Kamu, kenapa masih saja mau diantar anak itu.!" tanya Seno geram.
"Itu bukan urusan kamu.!" jawab Bu Ratih.
"Kamu itu masih saja ngebantah.!" bentak Seno.
Kemudian Seno meraih tangan Bu Ratih dan menggenggamnya erat.
"Sekarang kamu ikut aku.!!" ucap Seno.
"Kemana? tidak.! aku nggak mau ikut sama kamu.!" teriak Bu Ratih.
"Sudah diam.!! ikut saja." ucap Seno sambil menggandeng tangan Bu Ratih dengan kasar.
Lalu diajaknya masuk ke mobil. Dimobil Bu Ratih masih ketakutan dan bingung. Mau dibawa kemana dia sama Seno. Mata Bu Ratih berkaca-kaca, dia masih takut karena keinget kata-kata Papanya Gavin. Gimana kalau Seno ngapa-ngapain dirinya. Ya Tuhan.. lindungi hambaMu ini. bathin Bu Ratih..
Next...................(18)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments