........................
Gavin masih memperhatikan Bu Ratih yang berjalan menuju mobil sedang hitam. Kemudian Bu Ratih masuk kedalam mobil. Tapi, kok nggak jalan-jalan. Apa mereka bertengkar. Bathin Gavin cemas.
Sekitar sepuluh menit kemudian, keluarlah Bu Ratih diikuti laki-laki dibelakangnya. Seno ternyata. Mingkin mereka lagi bertengkar. Gavin masih bertahan didalam mobilnya. Terlihat jelas kalau keduanya memang lagi berdebat.
Gavin hanya sebatas memperhatikan dari dalam mobil. Bu Ratih menolak untuk dijemput oleh Seno. Dia ingin pulang sendiri tapi Seno maksa untuk ikut dengannya. Kemudian Bu Ratih mengeluarkan ponselnya guna menelfon seseorang. GAVIN terlihat dilayar.
'Vin, tolong jemput saya diparkiran. sekarang!'
tuut..tuut.. gawai dimatikan. Mungkin Bu Ratih tidak menyadari kalau mobil Gavin ada di dekat situ.
Gavin yang dari tadi memperhatikan mereka. Dia langsung keluar setelah menerima telfon dari Bu Ratih. Dia kali ini terlihat beda. Penampilannya sedikit dewasa. Tetep dibalut jeans dengan kemeja lengan pendek slim fit yang membuat dia terlihat tampan. Biasanya dia ke kampus dengan jeans belel. Atasan tshirt dilapisi kemeja lengan panjang tanpa dikancing.
Gavin mendekati Bu Ratih dan Seno. tanpa canggung lagi Gavin langsung menggandeng tangan Bu Ratih. Digenggamnya erat-erat tangan itu.
"Ayo Tih., kita pulang.!" tukas Gavin. Bu Ratih masih terperangah dengan kalimat yang diucapkan Gavin barusan. Dia memanggilnya hanya dengan nama saja.
"Kamu lagi anak kecil.!" ucap Seno.
"Tolong, Mas. saya bukan anak kecil. saya sudah mahasiswa. Saya datang kesini juga atas permintaan dia" jawab Gavin sambil melirik ke arah Bu Ratih.
"Tapi, dia calon tunangan saya. Kamu jangan ikut campur!" ucap Seno dengan suara tinggi.
"Kalau memang dia calon tunangan Mas. kenapa dia menelfon saya minta jemput.?" sahut Gavin.
Seno tak bisa lagi bicara. Dia hanya terdiam sambil menahan marah. Masalah ini harus segera diselesaikan. Bathin Seno.
"Biar fair, sekarang terserah Ratih aja dia mau pulang dengan siapa.?" ucap Gavin.
Bu Ratih masih membisu. dia bingung mau pulang dengan siapa. Tapi, dia memang sudah muak dengan Seno. Kali ini dia tak mau kejadian tempo hari yang sampai dirinya disakiti Seno terulang. Akhirnya dia pualang dengan Gavin.
"Aku pulang dengan dia.!" jawab Bu Ratih sambil melihat ke arah Gavin.
Gavin tersenyum sinis pertanda dia menang kali ini. dipegang erat tangannya Bu Ratih sambil melangkah meninggalkan Seno yang masih berdiri di tempatnya.
Masuklah kedua insan manusia itu kedalam mobil.
Seno mengeluarkan ponselnya. Mungkin nelfon seseorang. Entah siapa itu, yang jelas sekarang Bu Ratih aman dengan Gavin.
Gavin membukakan pintu mobil buat Bu Ratih. Akhirnya sekarang mereka berada dimobil.
"Kenapa, kamu tadi panggil saya dengan sebutan Ratih aja." tanya Bu Ratih.
"Apa ada yang salah dengan ucapanku.?" ucap Gavin.
Kini dia sudah memberanikan diri bicara dengan sebutan aku. Gavin memang nampak lebih dewasa dibanding sebelumnya.
"Kamu, terlihat beda Vin. Kelihatan lebih dewasa dari biasanya." sahut Bu Ratih.
"Aku harap mulai sekarang kita bicaranya aku-kamu aja biar nggak kaku. Kalau di kampus saja kita seperti biasa. Tapi, kalau sudah berdua seperti ini aku harap kita lebih akrab Tih.!" jelas Gavin.
"Tapi aku belum bisa menjawab sekarang Vin.?" kini suara Bu Ratih terdengar melemah.
"Aku nggak memaksamu untuk jawab sekarang. Aku akan selalu menunggumu." jawab Gavin.
"Makasih Vin..." Ucap Bu Ratih.
"Aku antar pulang sekarang?" tanya Gavin.
"Aku malas pulang. kita jalan kemana gitu.?" ajak Bu Ratih.
"Siap Bu Dosen cantik." jawab Gavin sambil ngerlingin sebelah matanya.
"Hemmm...mesti ngegombal." jawab Bu Ratih sambil mencubit pinggang Gavin.
"Aaww...!mulai nakal Bu Dosen ini, ya?"
Candaan mereka berdua menggambarkan betapa serasinya mereka berdua. Meskipun Bu Ratih belum kasih jawaban atas perasaan Gavin kepadanya, tapi Gavin yakin kalau Bu Ratih juga menyimpan perasaan yang sama. Itu bisa dirasakan Gavin akhir-akhir ini dia mulai membuka diri saat didekati Gavin.
Sembari memegang kemudi, Gavin tak henti-hentinya melirik wanita pujaannya itu. Muka Bu Ratih jadi merah akibat sikap Gavin yang selalu membikin salah tingkah.
"Vin, anterin aku ke taman deket kota.?" ucap Bu Ratih tiba-tiba.
"Siap..!"
Gavin mengemudikan mobilnya dengan semangat. Belum tahu kenapa wanita pujaannya ini minta dianter ke taman kota.
Akhirnya sampailah mereka di taman yang Bu Ratih inginkan.
Gavin berjalan mengikuti Bu Ratih. kemudian Bu Ratih menuju sebuah kursi panjang di sudut taman.
"Ayo duduk disini.!" ucap Bu Ratih sambil menunjuk tempat disampingnya. kemudian Gavin duduk di sebelah Bu Ratih.
"Kamu sering kesini.?" tanya Gavin.
"Iya, aku sering kesini sendiri kalau lagi bete." jawab Bu Ratih.
"Tempatnya memang rame. Cuma view yang kita duduk sekarang jauh dari pandangan orang-orang. Disini lebih tenang." ucap Gavin.
"Bener yang kamu bilang. disini lebih tenang." jawab Bu Ratih.
"Kamu, kenapa mengajakku kesini.?" tanya Gavin.
"Aku ingin mengatakan sesuatu padamu, Vin." ucap Bu Ratih.
"Apa itu.?" tanya Gavin balik.
"Vin..! setelah aku berfikir. Soal ucapanmu tempo hari yang kamu bilang kalau kamu cinta sama aku. Sekarang saja aku akan menjawabnya, Vin!" ucap Bu Ratih.
Wajah Gavin sedikit sumringah. Mudah-mudahan jawaban yang ditunggu-tunggu Gavin ini adalah jawaban yang baik.
"Iya, Tih.. kamu mau jawab apa.?" ucap Gavin.
Bu Ratih menggeser posisi duduknya. Sekarang dia berhadapan dengan Gavin.
Gavin memandangi wajah Bu Ratih tanpa berkedip.
"Vin, hari ini, ditempat ini, dan disaksikan angin dan udara. Aku putuskan untuk menerima kamu sebagai pacarku. Aku juga cinta sama kamu, Vin." terang Bu Ratih.
Badan Gavin serasa lemas. Dia hampir nggak percaya dengan ucapan Bu Ratih barusan. Digenggamnya tangan Bu Ratih erat-erat sambil diciuminya.
"Alhamdulilah.. Akhirnya kamu menerimaku juga Tih. Aku sangat mencintaimu. Aku tahu kalau kamu pasti menerimaku." jawab Gavin sambil memeluk wanita pujaannya ini.
Mereka berdua tenggelam dengan kebahagiaannya.
"Jangan tinggalin aku, Vin. Aku nggak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya." ucap Bu Ratih sambil berbisik dipelukan Gavin.
"Nggak sayang. Aku pasti ada untukmu. nggak akan tinggalin kamu." jawab Gavin sambil mengusap rambut kekasihnya itu.
"Aku takut kalau suatu hari nanti, aku kehilanganmu, Vin.!" ucap Bu Ratih sambil menangis.
"Eh.. Bu Dosen cantik nggak boleh nangis. kan ada Gavin yang ganteng disini." jawab Gavin sambil mengusap bulir bening yang membasahi pipi Bu Ratih yang halus.
"Kamu nih, masih saja sempet-sempetnya godain aku." ucap Bu Ratih.
"Kan, godain pacar sendiri sayang. nggak ada yang melarang kan.?" ucap Gavin.
"Iya sayang..." sahut Bu Ratih.
Disaat keduanya memadu kasih ditaman itu. Tiba -tiba ponsel Bu Ratih begetar.
Dibukanya benda segi empat itu. terpampang nama MAS BAGAS.
next........(9).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ataq Dawen
akhirnya
2022-01-20
0
Heny Ekawati
bagas tuh apa2an sih
2021-08-19
1
putrindrani
Hai, aku datang lagiii
2020-07-01
2