..........................
Gavin masih memandagi wajah Bu Ratih. Gavin memang nggak bisa kalau melihat perempuan menangis.
"Apa, Bu Ratih sudah tenang.?"
"Iya sudah.!"
"Sekarang, coba ceritakan sama saya. Kenapa Bu Ratih sampai nangis seperti tadi."
"Sebenarnya saya dulu sempet mau menikah. Tapi, setelah seminggu kita tunangan. Dia meninggal karena kecelakaan. Tempat ini juga ada kenangan saya sama dia. Kita dulu pernah kesini Vin. Makanya tadi pas kita tertawa lepas tiba-tiba saya langsung terdiam dan menangis tadi, karena saya keinget sama dia."
"Ya ampun Bu..! saya ikut prihatin mendengarnya. Saya nggak bisa bayangkan gimana perasaan Bu Ratih saat itu."
"Makanya, Mas Bagas berniat menjodohkan saya dengan Seno itu lantaran biar saya nggak berlarut-larut dalam kenangan Keanu."
"Jadi almarhum namanya Keanu.?"
"Iya Vin."
"Bu, saya mau nanya sama Bu Ratih. Tapi, tolong dijawab jujur. Apakah saat ini hati Bu Ratih masih tertutup untuk menerima laki-laki lain?"
"Saya belum tahu, Vin."
"Terus, soal perjodohan sama Seno.?"
"Saya menolak, tapi Kakakku tetep aja kekeh ngejodohin saya sama Seno."
"Ya sudah, sekarang yang penting kita minum es nya.!"
"Oh iya, sampai lupa, Vin.!"
Mereka akhirnya meminum es yang sudah dipesen. Ada sedikit kecerahan diwajah Bu Ratih. Mata Gavin tak pernah sedikitpun lepas dari wajah Bu Ratih.
Semakin diperhatikan ternyata Bu Ratih memang cantik alami. Tanpa polesan make up tetap aja cantik. Gumam Gavin.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pulang.
Sampailah mereka dirumah Bu Ratih. Gavin memarkirkan mobilnya seperti biasa. Kemudian keluarlah mereka berdua menuju teras. tiba-tiba munculah Bagas.
"Ratih.!! kamu dari mana saja.?" tanya Bagas sambil menahan menahan marah.
"Jalan-jalan aja Mas.!" jawab Bu Ratih.
"Kamu, kan mahasiswa tempo hari antar adik saya pulang.?!" tanya Bagas sambil menatap Gavin geram.
"Iya Kak.!" jawab Gavin.
"Kamu ngapain ngajak adik saya? kamu kan mahasiswa nya. kamu gak pantas jalan sama adik saya.!" sahut Bagas.
"Mas Bagas,,! Mas nggak boleh bicara seperti itu sama Gavin.!" sahut Bu Ratih.
"Kamu diam saja Ratih,!" ucap Bagas.
"Kenapa Mas Bagas selalu keras sama Ratih. apa salah Ratih?!" ucap Bu Ratih sambil menangis.
Gavin yang melihat Bu Ratih menangis menjadi nggak tega. Gara-gara dirinya Bu Ratih jadi di marahi sama Kakaknya.
"Maaf Mas, jangan salahkan Bu Ratih. saya memang yang ngajak keluar duluan."
"Kamu itu masih mahasiswa, nggak pantas deketin Dosennya.!" ucap Bagas.
"Kenapa Nggak pantas? apa karena umur saya lebih mudah dari Bu Ratih. Meskipun Bu Ratih lebih tua dari saya, saya nggak malu kok.!" jelas Gavin.
Bu Ratih nggak habis fikir, kenapa Gavin bisa bersikap seperti ini. Apa maksud perkataannya tadi.
"Mas Bagas, Gavin bukan siapa-siapa aku Mas. Kami hanya sebatas teman. Tolong, jangan bicara seperti itu sama Gavin."
ucap Bu Ratih.
"Kamu dibilangin jangan bicara..! masih saja ngelawan. plaakk..!!" tangan Bagas mendarat dipipi Bu Ratih.
Gavin yang melihat kejadian barusan langsung geram. Dia memang paling nggak bisa lihat wanita dikasari. Bu Ratih masih menangis sambil memegangi pipinya.
"Mas..!! nggak sepatutnya Mas Bagas melakukan ini kepada wanita. Apalagi dia adik Mas Bagas sendiri.!" ucap Gavin dengan nada tinggi.
"Kamu siapa berani-beraninya melarang saya melakukan ini kepada adik saya. Dia tanggung jawab saya." jawab Bagas.
"Saya faham dia adik Mas dan tanggung jawab Mas Bagas. Tapi, saya nggak terima Mas Bagas menampar Bu Ratih seperti tadi.!" sahut Gavin.
"Apa.! kamu siapanya sampai nggak terima.?" jawab Bagas lagi.
"Saya memang bukan siapa-siapanya Bu Ratih, Tapi, saya nggak terima kalau ada yang menyakiti wanita yang saya cintai..!" Ucap Gavin serius.
Degh.! apa maksud perkataan Gavin barusan. Bu Ratih menatap Gavin dengan muka yang masih bingung. Gavin menatap Bu Ratih dalam-dalam. Dia ingin memastikan Bu Ratih kalau ucapannya barusan nggak main-main. Dipegangnya tangan Bu Ratih.
"Apa?! kamu mencintai adik saya.? kamu ngaca dulu sebelum bicara seperti itu. Kamu anak bau kencur aja sudah berani berkata cinta!"jawab Bagas.
"Tapi saya bener mencintainya Mas.?" sahut Gavin.
Bu Ratih perlahan melepaskan genggaman tangan Gavin.
"Saya nggak salah denger Vin,?" tanya Bu Ratih.
"Nggak Bu, Bu Ratih memang nggak salah denger. Saya mencintai Bu Ratih. Maaf terpaksa saya ucapkan disini. Karena saya sudah nggak tahan kalau melihat Bu Ratih diperlakukan seperti tadi." ucap Gavin.
"Tapi Vin--" sebelum Bu Ratih melanjutkan kalimatnya. Gavin sudah dahulu bicara.
"Bu Ratih nggak harus jawab sekarang. Saya akan menunggu sampai Bu Ratih siap." ucap Gavin.
Bagas yang menyaksikan mereka berdua ngobrol langsung saja dia meninggalkan tempat itu dengan muka yang masih marah.
"Sekarang saya pamit dulu ya, Bu?"
"Iya Vin, hati-hati ya?"
"Okey Bu Dosen cantik.!"
"Kamu nih sempetnya ngegombal."
"Bye.."
Gavin membalikan badan meninggalkan Bu Ratih yang masih berdiri di teras. setelah mobil Gavin menghilang. Bu Ratih masuk kedalam rumah.
"Ratih..! Mas harap kamu nggak terima cinta anak ingusan tadi." ucap Bagas.
"Mas Bagas nggak usah ngelarang Ratih untuk urusan yang satu ini. Ratih sudah dewasa. Jadi bisa nentuin siapa yang Ratih anggap baik." jawab Bu Ratih.
"Ingat..! perjodohan kamu dengan Seno tetap berjalan. Jadi jangan bikin malu Kakakmu ini.!" jelas Bagas.
Bu Ratih nggak menghiraukan ucapan Bagas. Dia langsung berlari menuju kamarnya. Mamanya dan Winda nggak bisa berbuat apa-apa. Mereka tahu gimana karakter Bagas. Semenjak Ayahnya meninggal, dia jadi lebih protektif kepada adik-adiknya. Ya mungkin memang tujuannya baik. Cuma kadang caranya yang salah.
.
.
Semenjak kejadian dirumah Bu Ratih. Gavin kini jadi banyak diem. Seperti hari ini sehabis kuliah dia masih duduk dikelas. Memang hari ini nggak ada kelasnya Bu Ratih. Dia jadi kangen karena seharian belum melihat wanita pujaannya itu.
Gavin tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti yang dirasakan sama Bu Ratih. Entah kenapa dia sendiri juga tidak tahu. bagi Gavin Bu Ratih adalah sosok yang bersahaja. Disamping memang dia di anugerahi wajah cantik alami. Dia juga cerdas.
Gavin tahu kalau Bu Ratih sebenarnya tertekan dengan sikap Kakaknya yang keras. Gavin melihat sendiri gimana kalau Kakaknya lagi marah sama dia.
Akhirnya Gavin keluar kelas untuk pulang. Dia berjalan menyusuri jalan menuju parkiran. Didalam mobil dia menunggu Bu Ratih keluar. Dia masih ingin melihat Bu Ratih tersenyum lagi. Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang. Bu Ratih melangkah menuju sebuah mobil sedan warna hitam yang terparkir tak jauh dari mobil Gavin.
Akhirnya Gavin mengurungkan niatnya untuk mendekati Bu Ratih. Tapi, Gavin masih penasaran siapa yang ada didalam mobil itu.
next.............(8)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ataq Dawen
lanjut
2022-01-20
0
Heny Ekawati
seno kah yg jemput bu ratih
2021-08-19
1
Beci Luna
lanjut..thor..semangat..
2021-03-10
0