......................
Gavin melangkah ke kasir. Tapi, tiba-tiba dia melihat sosok laki-laki yang nggak asing. Dan laki-laki itu menggandeng perempuan. siapa perempuan itu. Gumam Gavin.
"Vin, sudah kah?" tanya Mamanya.
"Tunggu sebentar Ma.!" jawabnya.
"Mama tunggu disitu, ya?" ucap Mamanya sambil menunjuk sebuah kursi.
"Baik Ma..."
Gavin masih memperhatikan laki-laki tadi. iya bener ternyata itu Seno. Tapi, wanita itu bukan Bu Ratih. Bathin Gavin. Setelah membayar, Gavin langsung menuju Mamanya.
Dalam hati dia masih kepikiran Bu Ratih. Apa laki-laki seperti itu yang akan menikah dengannya. Sungguh hati ini nggak bisa rela kalau itu akan menyakiti hati Bu Ratih. Gumam Gavin.
"Vin, kita kemana lagi.?" tanya Mamanya.
"Mama sudah nggak ada yang dibeli kan.?" tanyanya balik.
"Sudah, Nak?"
"Ya sudah, kita pulang aja."
Gavin dan Mamanya meninggalkan Mall tersebut. Dalam mobil dia banyak diam. Dia masih kepikiran dengan apa yang dia lihat barusan.
"Vin, kamu kenapa Nak?"
"Nggak apa-apa Ma."
"Kok diem,?"
"Beneran Ma, Gavin nggak apa-apa kok.!"
"Ya sudah, tapi nyetirnya jangan sambil melamun, ya?
"Iya Ma..."
Tak beberapa lama kemudian mereka nyampai rumah. Dia berencana langsung ke rumah Bu Ratih, jadi dia hanya ngedrop Mamanya saja.
"Ma, Gavin langsung pergi, ya?" ucap Gavin.
"Hmmm.. kemana Nak?" jawab Mamanya.
"Ada aja..!" jawab Gavin sambil senyum.
"Salam ya, buat Bu Dosen cantik.!" goda Mamanya.
"Siap..!!"
"Hati-hati Nak!"
"Okey Ma..."
Gavin langsung memutar mobilnya kembali. Dia bersemangat sekali buat ketemu Bu Ratih. Dia berharap Bu Ratih akan suka dengan pemberiannya kali ini. Syal yang akan diberikan ke Bu Ratih cocok dengan keadaan cuaca akhir-akhir ini.
Akhirnya Gavin sampai di rumah Bu Ratih. Gavin memarkirkan mobilnya di halaman. kemudian dia masuk ke teras. di pencetnya bel. Kemudian pintu dibukanya.
"Assalamualikum.. Bu Ratih nya ada?"
"Wa'alaikumsalam.. Iya, Kak Ratih ada.!"
"Bisa minta tolong panggilkan, bilang saja Gavin."
"Tunggu sebentar, saya panggilkan Kak Ratih dulu. Kakak silahkan duduk dulu.!"
"Iya makasih...." kemudian Gavin duduk di kursi teras.
Dia memandangi keseluruhan rumah Bu Ratih. Halamannya luas, banyak bunga dan tanaman lainnya. asri banget rumah ini. Gumam Gavin.
"Eh Vin,! tumben nih?"
Gavin langsung berdiri memandangi Bu Ratih dari atas sampai bawah. Bu Ratih mengerutkan dahi, kenapa anak ini memandanginya sampai segitu.
"Bu Ratih sudah sehat?"
"Ya, seperti yang kamu lihat, saya sudah enakkan."
"Alhamdulilah.. ! oh iya Bu, ini buat Bu Ratih.!" Gavin memberikan sebuah paper bag ke arah Bu Ratih.
"Apa ini Vin.! eh maaf, silahkan duduk dulu."
Kemudian mereka duduk di kursi teras. Bu Ratih langsung membuka paper bag. di keluarkannya barang yang ada di dalam.
"Cantik sekali ini Vin, kamu kok repor-repot bawain ini.?"
"Nggak kok, kebetulan tadi saya pas beliin Mama sweater, terus saya lihat ini. Pas banget, mungkin Bu Ratih membutuhkannya."
"Kamu, baik banget Vin!"
"Aah..Bu Ratih jangan bikin saya geer donk?"
"Lho, beneran kok! baru kamu ini mahasiswa yang kasih saya hadiah."
"Itu mah nggak seberapa Bu.!"
"Tapi yang penting manfaatnya Vin,!"
"Bu Ratih suka nggak?!"
"Suka.."
Keduanya tersenyum. Gavin masih memandangi Bu Ratih tanpa berkedip. Kini justru Bu Ratih lah yang jadi salah tingkah saat Gavin memandanginya.
Mukanya sedikit merah menahan malu karena dari tadi tak melepaskan pandangan ke arahnya.
"Bu..? bolehkah saya bicara sesuatu.?"
"Kamu mau bicara apa.? silahkan.!"
Gavin sedikit gugup. Mulutnya serasa keluh. mau memulai ucapannya tapi dia tampak gelisah.
"Kamu, mau ngomong apa Vin.!"
"Emm..an.u Bu, maaf sebelumnya. Saya cuma mau bilang kalau saya tadi ketemu Seno di Mall saat saya beli syal ini."
"Oh ya, terus kamu sapa?"
"Nggak sempat Bu, karena saya liat dia lagi jalan sama perempuan."
"Perempuan? saya sebenarnya juga sudah menduga Vin, karena pernah pas jalan sama saya dia ditelfon seseorang tapi bicaranya pelan banget. Saat itu saya juga nggak bertanya itu telfon dari siapa, karena nggak ada untungnya buat saya."
"Jadi, Bu Ratih nggak marah setelah mendengar berita ini?"
"Buat apa saya marah Vin, justru saya seneng, karena berita ini saya jadi tahu siapa Seno. Toh saya nggak cinta sama dia."
Gavin menarik nafas lega karena dengan kejadian barusan dia semakin yakin kalau Bu Ratih nggak cinta sama Seno.
"Bu,! kalau memang Bu Ratih butuh teman ngobrol atau sharing, saya siap ada buat Bu Ratih."
"Kamu itu ya, Vin. bisa aja bikin orang jadi melo. hehe.."
"Bu, jalan yuk?"
"Kemana,?"
"Kemana aja"
"Kamu, maunya kemana?"
"Kalau saya maunya ke hati Bu Ratih, hehe.."
"Hemmm...Mulai gombal.!"
"Becanda Bu, terserah Bu Ratih aja minta kemana?"
"Okey, saya ganti baju dulu. Soal kemananya kita bicarakan di mobil ya.?"
"Siap Bu!"
Gavin seneng banget akhirnya bisa mengajak Bu Ratih keluar. Andai kamu tahu Bu, disuruh anter Bu Ratih keliling dunia saya siap. Gumam Gavin. Hari ini dia mau memgungkapkan perasaannya sama Bu Ratih.
"Saya sudah siap.!"
"Saya nggak pamit dulu sama Mamanya Bu Ratih?"
"Tadi saya sudah bilang kalau keluar sama kamu."
"Baiklah Bu."
Kemudian mereka masuk mobil. Dalam perjalanan Gavin selalu menggoda Bu Ratih sampai dia tertawa terpingkal -pingkal. Gavin seneng kalau melihat Bu Ratih seperti ini lagi.
Akhirnya mereka menuju sebuah cafe bernuansa pedesaan. Jadi, tempatnya dibuat seperti didesa. Alami banget karena banyak tanaman dan kolam ikan. Mereka berdua menuju tempat paling ujung deket kolam ikan.
"Bu Ratih sering kesini.?"
"Nggak juga, cuma beberapa kali aja."
"Asyik Bu tempatnya.!"
"Saya kesini terakhir sama Mama dan Winda adik saya."
"Bu Ratih pesen apa?"
"Saya Es buah aja, seger."
"Ya sudah, saya juga kalau gitu."
"Kamu, ikut-ikutan aja."
"Biarin..!"
Disaat mereka bercanda, tiba-tiba Bu Ratih terdiam lalu mukanya menjadi sedih. Lalu bulir bening mengalir dari sudut matannya. Gavin bingung kenapa Bu Ratih sampai menangis.
Bu Ratih berusaha menyeka tapi semakin deras bulir itu membasahi pipinya. Gavin mencoba mendekatinya. Kini Gavin berada di dekat Bu Ratih. Melihat perempuan di sebelahnya menangis hati Gavin jadi nggak tega.
Perlahan diberanikan tangannya meraih pundak Bu Ratih diletakkan kepalanya di dadanya. Bu Ratih tidak menolak. Gavin semakin mempererat dekapannya. Di biarkannya Bu Ratih menumpahkan rasa sedihnya dipelukannya.
Mereka berdua tenggelam dengan pikirannya masing-masing.
Akhirnya Bu Ratih merenggangkan pelukannya. Gavin pun melepaskan pelukan itu.
Gavin masih tidak mengerti dengan sikap Bu Ratih yang tiba-tiba seperti ini. Apa ada yang salah dengan dirinya dengan mengajaknya keluar. Semakin penasaran Gavin dibuatnya.
Ada apa sebenarnya.?
next................(07)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 254 Episodes
Comments
Ataq Dawen
mantap
2022-01-20
0
Julia Lia
aish... Gavin main peluk2 aja buk dosennya 😜
2021-11-22
0
Heny Ekawati
ingat mantan yg udah meninggal
2021-08-19
0