Berada di dalam kantin membuat semua pandangan mata para siswa tertuju kepada Liam dan Kardi, namun Liam tidak memperdulikan bisikan atau pun tatapan para siswa tersebut. Kemudian Kardi tersenyum melihat Liam, "Yah, ternyata kamu populer juga yah" Senyum Kardi. "Lihatlah para siswa itu, mereka sangat mengagumi mu. Padahal soal tampan, aku tidak kalah jauh dari mu".
Liam tersenyum, "Abang bisa ajah".
Sedangkan dari kejauhan Salsa dan Naura yang baru keluar dari dalam kelas, melihat Kardi dan Liam berada di dalam kantin, "Yah Naura, itu Liam kan sama bang Kardi?".
"Sepertinya Sal, tapi sedang apa dia kemari?".
"Tidak tau, samperin yok" Senyum Salsa menghampiri mereka. "Hay Liam" Duduknya disamping Liam.
Liam mengerutkan keningnya, "Kamu sekolah disini?".
"Mmmmm.. Ternyata jodoh enggak kemana yah. Semalam juga aku melihat mu disini".
"Iya, ayahnya bekerja disini" Ucap Kardi.
"Kerja disini? maksud bang Kardi papanya Liam guru disini?".
Kardi melihat kearah Liam, "Bukan, ayahnya Liam bekerja di proyek itu".
"Proyek mana bang?".
"Itu yang disamping gedung sekolah".
"Oohh, jadi papa kamu kerja di proyek itu. Pantas saja semalam aku melihat mu disini".
"Mmmmmm".
"Na, pesanin dong makanan kita" Ucapnya menyuruh Naura. "Oohh iya Liam, siap ini kamu kemana?".
"Langsung ke warnet".
"Kenapa tidak tunggu aku saja siap belajar Liam. Biar sekali kita bareng kesana".
DDDDRRRRTTTT... DDDRRRTTTTT...
"Hallo" Jawab Liam.
"Yah, di cuekin" Gumam Salsa melihat Liam yang sedang menelpon.
Selesai Liam menelpon, ia melihat kearah mereka, "Maaf semuanya, aku harus pergi" Ucapnya.
"Kemana?" Tahan Salsa.
Liam tersenyum tipis, "Bang, hari ini aku tidak ke warnet" Liam segera pergi meninggalkan mereka semua tampa menjawab pertanyaan Salsa.
Begitu Liam menghilang di ambang pintu, dengan kesal Salsa mendengus, "Dia mau kemana sih? apa susahnya menjawab pertanyaan ku".
Kardi dan Naura tersenyum melihat wajah kesalnya Salsa, "Yaah, kalau Liam tidak datang ke warnet, abang pasti akan keteteran melayani para pelanggan. Salsa datangkan meskipun Liam tidak berada disana?" Tanyanya dengan wajah sedih.
"Sorry bang, aku harus pulang cepat hari ini" Jawabnya.
"Bilang saja karna Liam tidak masuk hari ini".
"Itu abang tau sendiri. Terus bang, apa kata buk Reni tadi?".
"Ck, abang pikir guru kamu itu cantik, nyatanya tidak sesuai dengan apa yang kemarin kalian bicarakan. Udah mulutnya enggak mau berhenti-henti bicara sampai membuat kedua gendang telinga abang mau pecah".
Salsa dan Naura langsung tertawa lantang mendengar perkataan Kardi, "Abang juga berpenampilan seperti ini, makanya buk Reni berkata seperti itu, lagian kan abang sedang nyamar sebagai papanya Salsa, jadi tidak mungkin buk Reni kegenitan".
"Itu semua gara-gara kalian berdua. Aahh sudahlah, abang tidak ingin membahas kesana lagi. Abang pulang dulu, sepertinya para pelanggan sudah menunggu".
"Iya bang, terima kasih ya bang".
"Mmmmmm".
.
Saat ini Liam telah berada di sebuah kantor begitu sang sahabat menelponnya. "Ada apa Fal kamu menyuruh ku datang kemari?".
"Yah, duduklah dulu" Ucap Rifal menyuruhnya duduk. Setelah Liam duduk diatas sofa yang berada di ruangannya, "Bagaimana? apa kamu sudah di terima di SEGI group?".
"Belum" Jawabnya.
"Kalau kamu belum diterima, kenapa kamu tidak bekerja di perusahaan ku saja? saat ini perusahaan kami sedang menerima banyak pekerja".
Liam tersenyum, "Terima kasih Rifal. Tapi sebelum mereka menolak lamaran ku, aku akan tetap percaya kalau mereka akan menerima ku bekerja disana dan saat ini aku lagi dalam tahap proses menjadi guru privat putri bungsunya".
"Guru privat? kamu serius jadi guru privat?".
"Mmmmm.. Begitu aku berhasil melewati masa percobaan ini, SEGI group akan menerima ku sebagai karyawan disana".
Rifal mendengus kasihan melihat perjuangan Liam yang sangat tangguh, "Berapa lama kamu di suruh jadi guru privat putrinya?".
"Selama tiga bulan".
"Tiga bulan? hahahaha.. Kenapa mereka lama sekali menyuruh mu menjadi guru privat selama tiga bulan Liam. Terus, anaknya baik atau tidak?".
"Lumayan" Jawab Liam mengingat wajah Salsa.
"Kenapa kamu terdiam?".
"Tidak" Geleng Liam tersenyum.
Tok.. Tok..
"Masuk" Jawab Rifal menyuruh sekretarisnya itu masuk kedalam ruangannya. "Aku memesan makan siang untuk mu dan untuk ku Liam. Aku rasa kamu belum makan siang. Bawa kemari" Ucap Rifal kepada sekretarisnya.
"Ini tuan" Berinya di tangan Rifal.
Kemudian Rifal meletakkan makan siang mereka diatas meja, "Ini untuk kamu. Kamu tau Liam? ini adalah makanan favorit kita sewaktu kuliah".
Dengan senyum mengembang diwajah Liam ia menerima makan siangnya dari Rifal lalu ia membukanya. "Bagaimana? kamu masih mengingatnya?".
Liam tertawa kecil, "Masih-masih aku masih mengingatnya Rifal. Thank you banget".
"Hahahaha.. Sama-sama Liam" Balas Rifal.
.
Sore harinya di dalam rumah kontrakan Liam yang sederhana ia tengah mempersiapkan materi yang akan ia ajarkan kepada Salsa. Sambil menunggu malam, ia tidak lupa menyiapkan makan malamnya sebelum ia berangkat kerena Liam bukanlah tipikal orang yang malas memasak.
Setelah malam hari, Liam segera membersihkan tubuhnya dan juga makan malam. Begitu ia merasa kenyang, Liam pun langsung berangkat ke kediaman keluarga Nugroho yang berada di kawasan perumahan Elit.
Setibanya ia disana, Liam memanggil salah satu petugas keamanan keluarga Nugroho, "Permisi, saya Liam guru privat nona Salsa" Ucapnya.
Si petugas keamanan segera membukakan pagar tersebut dan membiarkan Liam memasuki rumah istana milik keluarga Nugroho. "Tunggu" Tahan si petugas keamanan itu menghentikan langkah kaki Liam.
"Iya pak?".
"Saya lupa memeriksa tas mu, sekarang keluarkan apa isi di dalamnya".
"Baiklah" Angguk Liam mengeluarkan isi dalam tasnya. Begitu si petugas keamanan itu selesai memeriksa tas dan juga tubuh Liam baru ia memperbolehkan Liam masuk kedalam rumah.
Dengan wajah ramah, Liam menundukkan kepalanya saat ia berpapasan dengan para pelayan-pelayan yang berada di dalam rumah mewah tersebut, "Saudara Liam" Panggil seseorang dari belakangnya.
Liam melihat kebelakangnya, "Iya" Jawabnya.
"Mari ikut saya" Ajaknya membawa Liam ke depan pintu kamar Salsa. Dimana Salsa yang sudah menunggunya di dalam kamar. "Silahkan masuk, malam ini tuan dan nyonya sedang tidak ada dirumah, jadi jangan berani untuk macam-macam. Kamu mengerti?".
"Iya" Senyum Liam.
Sipelayan pergi meninggalkannya, lalu ia mengetuk pintu kamar Salsa. Saat Salsa menyuruhnya masuk, baru Liam membuka pintu kamarnya Salsa. "Malam nona" Ucapnya dengan wajah serius menghampiri Salsa yang terlihat sangat cantik menunggunya di meja belajarnya.
"Malam Liam. Wah, malam ini kamu sangat tampan sekali. Apalagi kalau kamu buka kaca mata, ayo dibuka saja Liam".
Liam tidak menjawabnya dan seperti hari kemarin Liam langsung bertanya mengenai mata pembelajaran Salsa besok harinya. "Liam" Panggil Salsa. "Kamu sudah punya pacar belum?".
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments