Setelah memberitahu sosok yang dikenalnya, Di Mo diam begitu juga dengan Xiao Chen.
"Bagaimana kau bisa mengenalnya?" Tanya Xiao Chen penasaran.
"Dulu sekali dia pernah mampir ke tempat makan ini, dia memuji masakanku yang enak. Aku menghormatinya ketika mengetahui dia memiliki latar belakang yang hebat..."
"Singkat cerita, dia mengatakan kalau beberapa hari lagi dia akan kembali ke Benua Tengah dan dia ingin membawaku untuk menjadi juru masak di sektenya, namun aku menolaknya karna memang aku sudah nyaman disini."
"Dia terus membujukku dengan berbagai cara namun aku selalu menolaknya secara halus, hingga akhirnya dia menyerah dan memberikan tanda pengenal milik sektenya... Dia berkata kalau aku bisa berkunjung kapanpun aku mau." Di Mo menceritakan panjang lebar lalu mengeluarkan sebuah plat besi dari kantung celananya yang memiliki goresan bertuliskan 'Sekte Serigala Emas'.
Xiao Chen mengambil plat besi tersebut dan terdiam sejenak, "Bolehkah aku memilikinya?" Pinta Xiao Chen bertanya.
"Tentu saja, tuan. Percuma juga jika saya memilikinya, saya tidak pernah tertarik untuk pergi ke sana karena perjalanan menuju Benua Tengah sangatlah jauh." Jawab Di Mo cepat.
"Terima kasih..." Xiao Chen langsung menyimpan plat besi tersebut ke dalam cincin penyimpanannya.
"Sama-sama tuan."
Di Mo kemudian mengarahkan Fang Lin ke tempat daging yang disimpannya.
Sesampainya di sana, terdapat sebuah daging yang cukup besar di atas meja, daging tersebut dilapisi oleh sebuah pelapis tipis yang terbuat dari bahan alumunium.
"Selain melapisinya dengan pelapis alumunium, aku juga memberikan bubuk yang dapat mengawetkan makanan sampai satu tahun ke depan... Jadi tuan tidak perlu khawatir jika menyimpannya dalam waktu yang lama." Ucap Di Mo menjelaskan.
Xiao Chen menganggukkan kepalanya paham, ia melambaikan tangannya ke samping dan dalam sekejap daging besar itu menghilang dari hadapannya.
"Oh ya... Sebelum aku pergi, tolong berikan resep bumbu penyedapmu, kurasa di perjalanan nanti aku akan memakan banyak daging." Pinta Xiao Chen tanpa ragu.
Di Mo cukup terkejut mendengarnya, ia terdiam sejenak dan berkata dengan nada menyesal, "Maaf tuan, tetapi saya tidak dapat memberikannya. Saya telah bersumpah untuk tidak memberitahu resep rahasia milik keluarga saya kepada orang lain, kecuali kepada ahli waris saya... Yang tidak lain adalah anak saya nanti."
Xiao Chen tersenyum mendengarnya, "Tidak perlu seperti itu, aku hargai penolakanmu. Kalau begitu aku pergi dulu... Jaga kakekmu, jika sempat aku akan mampir kemari."
Xiao Chen berjalan usai berkata seperti itu. Di Mo sendiri tersenyum mendengarnya, ia kemudian mengikuti anak kecil berjubah hitam polos itu dari belakang.
***
Di Luar Tempat Makan.
Di Mo terdiam ketika melihat sosok Xiao Chen yang sedang berjalan di antara kerumunan orang, ia melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.
Xiao Chen sendiri yang mengetahuinya hanya diam, ia terus berjalan sampai ke luar kota Daun Kuning.
***
Sesampainya di luar kota Daun Kuning, Xiao Chen masuk ke dalam hutan dan naik ke salah satu batang pohon yang ada di sana.
Xiao Chen menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya secara perlahan, ia kemudian mulai melompat dari batang pohon ke batang pohon yang lainnya dengan cepat.
Butuh waktu 8 jam untuk Xiao Chen keluar dari hutan tersebut. Di luar hutan, ia langsung mendapati hamparan padang rumput yang sangat luas.
Xiao Chen terdiam sejenak dengan kedua alis yang mengerut, "Sial, aku lupa membeli peta." Ia mengumpat dengan suara pelan.
Xiao Chen lalu menatap langit yang menjelang malam, lebih tepatnya ia saat ini sedang melihat arah matahari tenggelam.
"Jika di sana arah barat, maka aku hanya perlu ke utara... Karena aku saat ini berada di Benua Selatan, jadi arah utara adalah keputusan yang tepat untukku." Xiao Chen tersenyum tipis lalu melesat lurus melewati padang rumput.
Waktu berlalu sungguh cepat dan tak terasa Xiao Chen sudah berlari semalaman. Matahari yang sebelumnya sudah tenggelam kini kembali terbit dari arah timur.
Xiao Chen menghentikan larinya, nafasnya memburu dan keringat membasahi seluruh tubuhnya, "Melelahkan..." Xiao Chen ambruk dalam posisi telentang.
Setelah bereinkarnasi, Xiao Chen sama sekali belum melakukan latihan fisik, jadi wajar saja jika dirinya sudah sangat kelelahan hanya karena berlari semalaman.
Xiao Chen kemudian beristirahat selama beberapa jam dan mulai kembali berlari.
Ketika berlari di padang rumput, Xiao Chen sedikit menaikkan alisnya ketika mendapati puluhan prajurit yang mengendarai beberapa kereta kuda.
"Haruskah aku menghampiri mereka?" Gumamnya bertanya dan terdiam sejenak untuk memikirkan hal itu.
Selang beberapa menit, Xiao Chen memutuskan untuk menghampiri 5 kereta kuda itu.
Kedatangan Xiao Chen dari arah belakang mereka, membuat para prajurit bertanya-tanya.
"Siapa dia? Kenapa dia menghampiri kita?"
"Sepertinya dia seorang kultivator, lihat saja kecepatan larinya...'
"Semuanya berhenti~!" Salah seorang pria paruh baya yang mengendarai kereta kuda paling depan berkata dengan suara lantang.
Kelima kereta kuda tersebut berhenti dan pria paruh baya yang mengendarai kereta kuda paling depan langsung turun lalu mengeluarkan pedangnya dari sarung yang ada di pinggang kirinya.
"Kepala Ksatria, Gao Lan. Apakah ada sesuatu yang terjadi?" Seorang wanita cantik yang berada di kereta kuda paling depan bertanya dengan nada penasaran.
"Bukan masalah yang serius, tuan putri. Hanya seorang anak kecil yang menghampiri kita..." Jawab pria paruh baya yang dipanggil Gao Lan itu.
Di sisi lain, Xiao Chen langsung mengangkat kedua tangannya ke atas ketika dirinya sudah berjarak beberapa meter dari mereka, "Maaf mengganggu perjalanan kalian... Aku hanya ingin bertanya sesuatu."
"Siapa kau?! Dan darimana kau berasal?!" Tanya Gao Lan penuh waspada.
"Namaku adalah Xiao Chen dan aku berasal dari kota Angin Hitam..."
"Lalu, apa yang ingin kau tanyakan?" Gao Lan kembali bertanya tanpa menurunkan kewaspadaannya sedikitpun.
Xiao Chen terdiam sejenak dan menatap satu persatu kereta kuda, tatapannya berhenti ketika mendapati seorang wanita cantik sedang mengamati situasinya dari jendela kereta kuda paling depan.
Mata mereka berdua saling bertemu sesaat sebelum wanita cantik itu memasukkan kembali kepalanya.
"Siapa kalian?"
Setelah Xiao Chen bertanya seperti itu, seluruh prajurit berzirah yang ada di sana langsung mengeluarkan pedang mereka masing-masing dan menghunuskannya ke arah anak kecil bertopeng hitam itu.
"Nak, sebenarnya siapa kau? Kenapa kau menanyakan identitas kami?" Gao Lan menyelidik. Ia tidak langsung menyerang Xiao Chen, karena ia merasa kalau anak kecil tersebut memiliki latar belakang yang hebat.
Selain itu, Gao Lan juga merasa ragu untuk melawan anak kecil itu, entah kenapa dirinya merasa kecil di hadapannya.
"Aku hanya penasaran saja... Kau tidak harus menjawabnya karena itu bukanlah pertanyaan utamaku." Ucap Xiao Chen lalu menimpalinya, "Dimana Benua Tengah berada? Sebenarnya aku sudah tau, hanya saja aku ingin memastikan agar perjalananku tidak sia-sia."
"Benua Tengah? Di sana... " Gao Lan menunjuk ke arah utara dari posisi kereta kuda saat ini, kebetulan kelompoknya sendiri ingin pergi ke sana.
Xiao Chen yang mendengarnya langsung menangkupkan tangannya dengan badan yang sedikit menunduk, "Terima kasih. Kalau begitu saya pergi dulu." Xiao Chen langsung berlari ketika melihat anggukkan Gao Lan.
Kepergian anak kecil itu membuat Gao Lan kembali menyarungkan pedangnya, begitu juga dengan para prajurit berzirah yang lainnya.
Gao Lan berbalik dan berkata dengan suara lantang, "Ayo lanjutkan perjalanan kita!"
Mereka kembali melanjutkan perjalanan ketika Gao Lan sudah memacu kereta kuda yang berada di paling depan.
Bersambung.....
LIKE >> VOTE >> RATE 5 >> GIFT >> COMMENT.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuussssss Xiao Chen untuk berlari agar fisikmu terlatih
2024-02-27
0
Mas Bos
Xiao Chen berbakat jadi atlit lari
/Grin//Grin//Grin/
2024-02-25
0
4wied
siapa tuh Fang Lin?????
2024-01-14
0