Sembilan Belas

Apa yang terjadi?

Ke mana wajah asliku?

Apa wajahku dioperasi?

Tidak!

Aku melihat rambut panjang selurus penggaris berwarna hitam mengkilat tergerai dari kepala hingga ke pinggang. 

Operasi plastik tak mungkin sampai mengubah panjang rambutku!

Aku menghantamkan tinjuku pada hidungku. Darah segar langsung membuncah dari lubang hidungku. Kepalaku seketika berdenyut-denyut, kemudian pandanganku memburam.

BRUAK!

Pintu di belakangku berderak membuka.

Aku terjengkang ke belakang dan jatuh terlentang.

Suara-suara langkah berdebuk mendekatiku. "Dokter! Pasien 303 bersikap aneh!" teriak seseorang memekakkan telingaku.

Begitu penglihatanku kembali pulih, wajah pertama yang kudapati adalah wajah seorang pria berambut lurus berwarna hitam mengkilat sepanjang lutut.

Malaikat maut!

Aku menyadari.

Apa aku mati lagi?

"Cara bodoh untuk memastikan," komentar pria itu seraya mencebik.

Aku mengayunkan tinjuku sekali lagi dan mendaratkannya pada hidungku. Darah segar kembali membuncah dari lubang hidungku.

Bukan mimpi, aku menyimpulkan.

"Tentu saja bukan!" Pria itu menghardikku. "Aku juga berharap ini hanya mimpi," semburnya kesal. "Kau memasuki tubuh yang keliru. Dan gara-gara ini aku jadi kena kutuk!"

Aku menelan ludah dan tercengang, menatap pria itu dengan alis bertautan.

"Ini betul-betul mimpi buruk! Kenapa aku harus diutus untuk mengawasimu?" Malaikat cerewet itu mengumpat-ngumpat.

Dia benar!

Ini mimpi buruk!

Aku harus bangun!

Kuayunkan sekali lagi kepalan tinjuku kemudian ku daratkan di kepalaku. Lalu mendaratkannya lagi.

"Hentikan itu, Keparat!" Pria berambut panjang itu berusaha menahanku. "Ini tubuh orang lain!"

Aku mengerang dan menjatuhkan tanganku dengan frustrasi.

"Tidak perlu mengeluh!" Pria itu mengomeliku seperti ibu-ibu kurang belanja. "Kau dapat keuntungan besar," katanya. "Lihat ini!" Pria itu mengayunkan sebelah tangannya dan seketika sebuah cermin besar melesat ke arahku.

Aku mengatupkan kedua mataku dan melindungi wajahku dengan kedua tangan.

Cermin itu berhenti tepat di depan wajahku.

Aku terkesiap.

"Sebuah studi menyebutkan setiap gadis di negara ini terobsesi oleh kecantikan alami Boneka Barbie. Tubuh langsing, mata bulat, wajah lancip, kulit mulus tanpa cacat. Semuanya alami. Itulah kau yang sekarang!"

Boneka Barbie!

Aku baru ingat sekarang.

Wajah dalam cermin itu adalah wajah Gloria Case. Boneka Barbie yang terlindas sepeda motorku.

Bagaimana bisa begitu?

Apa yang terjadi dengan tubuhku?

Apa yang terjadi dengan jiwa Gloria?

Ke mana perginya jiwa Gloria?

"Anggap saja ini keberuntunganmu," malaikat cerewet itu masih mengoceh.

Aku mengangkat kedua tanganku dan memeriksanya.

Benar-benar mulus!

"Tidak perlu dicek lagi," sergah malaikat maut terkutuk itu makin semena-mena. "Tubuh itu sudah sempurna!"

Aku menarik bangkit tubuhku dan menggeram. "Mana?" protesku.

"Apa?" Pria itu tergagap.

"Mana yang sempurna? Mana otot-otot gua? Mana otot bisep gua yang gua dapet dari latihan intens? Mana otot trisep gua yang gua dapet dari latihan dumbbell, latihan barbell?"

"Kau sudah gila atau bagaimana?" Pria itu balas menggeram. "Buat apa otot kalau sudah punya kecantikan ideal seperti ini?"

"Elu yang gila!" sergahku tak mau kalah. "Apa gunanya kecantikan saat bertarung. Kecantikan cuma bikin gua jadi anjing yang selalu butuh dilindungi. Lu gak tau, ngebentuk otot buat cewek itu susahnya setengah mati! Jumlah testosteron yang sedikit, ditambah lemak-lemak bikin otot susah dibentuk. Susah payah gua dapetin otot-otot itu, gara-gara elu sekarang ilang semua!"

Malaikat maut itu membeku sekarang. Dia jelas tidak mengerti betapa berharganya otot bagi para petarung.

Aku melompat ke tengah ruangan dan menerjang ke arah meja, kuayunkan tinjuku dan mendaratkannya pada permukaan meja. Seketika tanganku berdenyut-denyut. Aku mengerang frustrasi. 

Tubuh sialan ini bahkan tak mampu menghancurkan meja!

Sekarang kepalaku merayang dan penglihatanku mulai memburam.

Sekarang apa lagi?

"Sudah! Berbaring saja!" Malaikat maut itu menghampiriku. "Tubuh ini mengidap anemia!"

"APA?! ANEMIA!"

Itu kan penyakit yang biasa diderita tuan putri dari kaum beruang!

"Gua harus keluar!" geramku tak senang. "Gua gak bisa tinggal di tubuh ini! Gua mau keluaaaar!" 

"Kau pikir mudah bertukar-tukar tubuh?!" Pria itu menghardikku. "Memangnya siapa yang suruh tidak mendengarkanku?"

Tubuhku melemas sekarang.

Jadi waktu dia bilang jangan ke sana itu maksudnya ini?

"Tampan, tolongin gua, please…" aku memasang jurus terakhirku---memelas.

"Sudahlah!" Sergah pria itu tak sabar. "Tinggal saja dulu di tubuh ini sampai Gloria kembali, kau tak mungkin bisa punya wajah ini lagi seumur hidupmu!"

Tunggu dulu!

"Lu bilang apa barusan? Tunggu sampe Gloria kembali? Apa itu artinya gua bisa balik ke tubuh gua lagi kalo Gloria udah balik ke tubuhnya?"

"Ya. Kalau Gloria mau kembali!" 

Yes! 

Aku memekik girang di dalam hatiku. Wajahku mungkin berbinar-binar senang sekarang.

"Tolong dijaga baik-baik," malaikat maut itu menasihati. "Tubuh itu milik orang lain!"

"Ogah!" protesku. 

Seketika pria itu pun kembali mengerang dan membeliak sebal.

"Batin, lu pasti ngadepin gua? Iya pan?" Aku bertanya sambil cengengesan.

Malaikat maut itu mendengus.

Aku kembali ke tempat tidur, kemudian tanpa sengaja melirik kalender yang ada di meja.

"APA?!"

Malaikat maut itu sekarang membenturkan dirinya ke dinding, memukul-mukulkan tinjunya seraya mengumpat-ngumpat. "Aku benci malaikat bumi! Aku benci malaikat bumi!"

"Bulan September?" Aku menunjuk kalender itu dengan wajah terguncang. Waktu aku kecelakaan masih bulan Agustus.

"Tidak tahu, ah!" Malaikat maut itu masih mengerang. "Tidak tahu!"

Jadi aku sudah sebulan tidak sadarkan diri?

Beberapa jam kemudian, seorang driver yang dijanjikan wanita paruh baya itu pun menjemputku.

Aku melihat mobil itu meluncur ke arah asrama militer, tempat di mana keluargaku tinggal. Dan rumah Gloria, ternyata terletak tak jauh dari asrama militer itu.

"Kebetulan-kebetulan ini bikin perut gua mual," erangku lemas akibat penglihatanku yang mulai memburam.

Ini benar-benar mimpi buruk!

Tubuh lemah yang selalu mau pingsan karena anemia ini adalah tubuhku.

"Nah!" Malaikat maut yang sekarang bertengger di sampingku di bangku penumpang berseru tiba-tiba. "Bagus begitu!" Katanya. "Itu wajah Gloria yang biasanya. Kau harus mengingatnya mulai sekarang!"

"Sialan!" Erangku tak sabar. "Begini ya, rasanya pen mati?!"

"Are you okay?" Driver di depanku bertanya. Kemudian melangkah keluar dari dalam mobil dan membukakan pintu. "Silahkan, Nona Case!"

Aku melangkah keluar dan berjalan terhuyung menyeberangi pekarangan sebuah rumah besar mirip istana dalam dongeng-dongeng Eropa.

"Ikuti aku!" Malaikat maut itu menginstruksikan.

Aku memasuki ruang tamu yang terang benderang dengan mata terpicing. Kepalaku kembali merayang akibat cahaya yang terlalu terang. 

Oh---ya, Tuhan! Aku betul-betul sudah tak tahan dengan tubuh Gloria.

"Sini! Sini!" Malaikat maut itu kembali menginstruksikan. "Kamarmu ada di sini," katanya seraya meniti tangga dan menunjuk ke lantai dua. 

Begitu sampai di kamar, malaikat keparat itu kembali menyeringai seraya menelengkan kepalanya mendekatkan wajahnya ke wajahku. "Bagaimana, Casey? Mau berterima kasih padaku?"

"Gua Srikandi," sergahku lesu, kemudian menjatuhkan diriku di lantai.

"Hey! Tidurlah di kasur!" Malaikat cerewet itu kemudian memprotesku.

"Gua biasa tidur di lantai," bantahku datar, kemudian menguap.

"Gloria biasa tidur di kasur!"

"Bodo amat!"

Terpopuler

Comments

AntiSpam

AntiSpam

Gw sih pria sejati, gak suka boneka Barbie

2022-02-05

1

Adi Alba

Adi Alba

Gua kok gak suka ya meskipun lebih cantik

2022-01-19

1

Hendra Dwi M

Hendra Dwi M

gua bacanya GORILA 😭

2022-01-12

1

lihat semua
Episodes
1 Prelude
2 Satu
3 Dua
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua Belas
14 Tiga Belas
15 Empat Belas
16 Lima Belas
17 Enam Belas
18 Tujuh Belas
19 Delapan Belas
20 Sembilan Belas
21 Dua Puluh
22 Dua Puluh Satu
23 Dua Puluh Dua
24 Dua Puluh Tiga
25 Dua Puluh Empat
26 Dua Puluh Lima
27 Dua Puluh Enam
28 Dua Puluh Tujuh
29 Dua Puluh Delapan
30 Dua Puluh Sembilan
31 Tiga Puluh
32 Tiga Puluh Satu
33 Tiga Puluh Dua
34 Tiga Puluh Tiga
35 Tiga Puluh Empat
36 Tiga Puluh Lima
37 Tiga Puluh Enam
38 Tiga Puluh Tujuh
39 Tiga Puluh Delapan
40 Tiga Puluh Sembilan
41 Empat Puluh
42 Empat Puluh Satu
43 Empat Puluh Dua
44 Empat Puluh Tiga
45 Empat Puluh Empat
46 Empat Puluh Lima
47 Empat Puluh Enam
48 Empat Puluh Tujuh
49 Empat Puluh Delapan
50 Empat Puluh Sembilan
51 Lima Puluh
52 Lima Puluh Satu
53 Lima Puluh Dua
54 Lima Puluh Tiga
55 Lima Puluh Empat
56 Lima Puluh Lima
57 Lima Puluh Enam
58 Lima Puluh Tujuh
59 Lima Puluh Delapan
60 Lima Puluh Sembilan
61 Enam Puluh
62 Enam Puluh Satu
63 Enam Puluh Dua
64 Enam Puluh Tiga
65 Enam Puluh Empat
66 Enam Puluh Lima
67 Enam Puluh Enam
68 Enam Puluh Tujuh
69 Enam Puluh Delapan
70 Enam Puluh Sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh Puluh Satu
73 Tujuh Puluh Dua
74 Tujuh Puluh Tiga
75 Tujuh Puluh Empat
76 Tujuh Puluh Lima
77 Tujuh Puluh Enam
78 Tujuh Puluh Tujuh
79 Tujuh Puluh Delapan
80 Tujuh Puluh Sembilan
81 Delapan Puluh
82 Delapan Puluh Satu
83 Delapan Puluh Dua
84 Delapan Puluh Tiga
85 Delapan Puluh Empat
86 Delapan Puluh Lima
87 Delapan Puluh Enam
88 Delapan Puluh Tujuh
89 Delapan Puluh Delapan
90 Delapan Puluh Sembilan
91 Sembilan Puluh
92 Sembilan Puluh Satu
93 Sembilan Puluh Dua
94 Sembilan Puluh Tiga
95 Sembilan Puluh Empat
96 Sembilan Puluh Lima
97 Sembilan Puluh Enam
98 Sembilan Puluh Tujuh
99 Sembilan Puluh Delapan
100 Sembilan Puluh Sembilan
101 Seratus
102 Singa.Co
103 Singa.Co2
104 Postlude
105 Special Thanks!
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Prelude
2
Satu
3
Dua
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua Belas
14
Tiga Belas
15
Empat Belas
16
Lima Belas
17
Enam Belas
18
Tujuh Belas
19
Delapan Belas
20
Sembilan Belas
21
Dua Puluh
22
Dua Puluh Satu
23
Dua Puluh Dua
24
Dua Puluh Tiga
25
Dua Puluh Empat
26
Dua Puluh Lima
27
Dua Puluh Enam
28
Dua Puluh Tujuh
29
Dua Puluh Delapan
30
Dua Puluh Sembilan
31
Tiga Puluh
32
Tiga Puluh Satu
33
Tiga Puluh Dua
34
Tiga Puluh Tiga
35
Tiga Puluh Empat
36
Tiga Puluh Lima
37
Tiga Puluh Enam
38
Tiga Puluh Tujuh
39
Tiga Puluh Delapan
40
Tiga Puluh Sembilan
41
Empat Puluh
42
Empat Puluh Satu
43
Empat Puluh Dua
44
Empat Puluh Tiga
45
Empat Puluh Empat
46
Empat Puluh Lima
47
Empat Puluh Enam
48
Empat Puluh Tujuh
49
Empat Puluh Delapan
50
Empat Puluh Sembilan
51
Lima Puluh
52
Lima Puluh Satu
53
Lima Puluh Dua
54
Lima Puluh Tiga
55
Lima Puluh Empat
56
Lima Puluh Lima
57
Lima Puluh Enam
58
Lima Puluh Tujuh
59
Lima Puluh Delapan
60
Lima Puluh Sembilan
61
Enam Puluh
62
Enam Puluh Satu
63
Enam Puluh Dua
64
Enam Puluh Tiga
65
Enam Puluh Empat
66
Enam Puluh Lima
67
Enam Puluh Enam
68
Enam Puluh Tujuh
69
Enam Puluh Delapan
70
Enam Puluh Sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh Puluh Satu
73
Tujuh Puluh Dua
74
Tujuh Puluh Tiga
75
Tujuh Puluh Empat
76
Tujuh Puluh Lima
77
Tujuh Puluh Enam
78
Tujuh Puluh Tujuh
79
Tujuh Puluh Delapan
80
Tujuh Puluh Sembilan
81
Delapan Puluh
82
Delapan Puluh Satu
83
Delapan Puluh Dua
84
Delapan Puluh Tiga
85
Delapan Puluh Empat
86
Delapan Puluh Lima
87
Delapan Puluh Enam
88
Delapan Puluh Tujuh
89
Delapan Puluh Delapan
90
Delapan Puluh Sembilan
91
Sembilan Puluh
92
Sembilan Puluh Satu
93
Sembilan Puluh Dua
94
Sembilan Puluh Tiga
95
Sembilan Puluh Empat
96
Sembilan Puluh Lima
97
Sembilan Puluh Enam
98
Sembilan Puluh Tujuh
99
Sembilan Puluh Delapan
100
Sembilan Puluh Sembilan
101
Seratus
102
Singa.Co
103
Singa.Co2
104
Postlude
105
Special Thanks!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!