Tujuh Belas

Anak STM yang berhasil kami bekuk, tiba-tiba memekik dari sebuah bangku kayu di sudut ruangan. Kedua tangannya terikat ke belakang, sementara mulutnya dibungkam selotip.

"Dia mungkin bakal bocorin rahasia ini ke temen-temennya," sela Iis memperingatkan.

Anak itu menggeleng.

Aku mengisyaratkan seseorang untuk melepaskan selotip dari mulutnya.

"Gua mau gabung sama kalian," sembur anak STM itu begitu salah satu anggota melepaskan selotip dari mulutnya. "Gua rela ngelakuin apa aja buat nebusin kesalahan gua. Apa aja, digebukin, bayar ganti rugi, terserah!"

Aku mengedar pandang ke seluruh ruangan, menatap wajah semua orang satu per satu.

Semua mata kemudian tertuju pada satu orang---Rama Kharisma, anggota geng singa dari sekolah lain yang dikeroyok anak STM. Sebagian wajahnya masih terlihat memar. Tapi secara keseluruhan dia baik-baik saja.

"Lepasin talinya," perintahku pada anak laki-laki yang berdiri di samping anak STM itu. "Bawa orangnya ke tengah!"

Anak laki-laki itu pun melepaskannya, kemudian mendorongnya ke tengah ruangan.

"Rama!" Aku mengedikkan kepalaku, mengisyaratkan Rama untuk bertindak.

Rama menghela napas kemudian mengembuskannya perlahan. Ia bangkit dari kursinya dan melangkah mendekati anak STM itu.

Seisi ruangan serentak bangkit dari kursinya masing-masing, kemudian berkerumun di seputar Rama dan anak STM itu, bersiap menonton aksi mereka.

Tapi Rama hanya membeku, menatap anak STM itu dengan tatapan ragu.

"Apa yang lu tunggu?" Aku menghardiknya.

Rama menoleh ke arahku dan mengerang. "Bukan dia pelakunya!"

Seisi ruangan memekik tertahan.

Aku mendelik dan mendesah.

"Gak pa-pa," anak STM itu menyela. "Pelakunya memang bukan gua. Tapi gua salah satu dari mereka."

Rama menggeleng, dan mengangkat kedua tangannya.

Seisi ruangan sekarang menatapku menuntut keputusan.

"Siapa nama lu?" Aku bertanya pada anak STM tadi.

"Sigit, Kak! Sigit Atmaja," jawabnya.

"Rawat lukanya!" Aku memerintahkan.

Vera Julia membeliak sebal mendengar keputusanku.

"Suruh dia bawa anak-anak yang ngeroyok Rama sebagai tes. Kalo dia bawa anak-anak itu ke hadapan kita, dia resmi jadi anggota!" Aku memutuskan.

Tak seorang pun berani membantah sekarang.

Mereka semua kembali ke bangkunya masing-masing dan melanjutkan pembicaraan.

"Berapa dana pendaftaran buat jadi anggota?" Salah satu anggota klub motor bertanya.

Semua orang serentak menoleh pada pria itu.

Aku menatap Komeng selaku ketuanya untuk melihat responnya.

Komeng hanya mengedikkan bahu.

"Item!" Aku menginstruksikan Mat Item untuk menjelaskannya.

"Pendaftaran awal lima ratus ribu," jelas Mat Item. "Uang kas seratus ribu per bulan. Uang pendaftaran itu buat biaya seragam sama kartu anggota. Selebihnya buat obat-obatan sama perawatan basecamp, termasuk uang kas bulanan. Kemungkinan dipungut biaya patungan tidak terduga sewaktu-waktu!"

"Kita semua mau daftar!" pungkas Komeng mewakili semua.

Semua anggota klub motor itu mengacungkan ibu jarinya secara serempak.

Mat Item menyeringai lagi ke arahku.

Aku hanya mengangkat bahu. "Silahkan mendaftar pada Mat Item dan Vera Julia!" Aku memberitahu. "Untuk para jawara, mohon ikut saya ke ruang ketua!"

Para jawara itu kembali merunduk.

"Jimmy, urus sisanya!" perintahku pada Jimmy tanpa menatapnya.

"Siap, Komandan!" Jimmy menaikkan sebelah tangannya membentuk hormat.

Waktu berlalu…

Geng singa berkembang pesat.

Anggota kami bertambah banyak setiap saat.

Dan geng singa, telah berubah menjadi organisasi besar para petarung.

Tapi sesuatu terjadi!

Sebuah insiden kemudian mengubah hidupku secara drastis.

REMAJA SEMAKIN LIAR---TINDAKAN KEKERASAN TERJADI DI MANA-MANA!

Demikian judul besar berita yang menjadi trending topik di media sosial.

Foto aksiku saat tawuran, terpampang di semua timeline.

"Ni bocah kek si Kaka, ya?" Benjamin bergumam dari ruang tamu ketika aku baru saja sampai di teras rumahku.

"Bukan kayak, tapi emang si Kaka!" Rogens mengerang di ruang yang sama.

Gawat, pikirku. Keluargaku tenyata sedang berkumpul di ruang tamu ketika aku melangkah masuk.

Semua mata dalam ruangan menatapku dengan raut wajah mencela.

Ayahku beranjak dari tempatnya kemudian menghampiriku dengan langkah-langkah lebar. Sebelah tangannya menenteng sebuah ransel yang kelihatan tak asing di mataku---ranselku.

Pria paruh baya itu menjejalkan ransel itu ke dalam dekapanku seraya menatap tajam.

Aku diusir! Aku menyadari.

"Dad?!" Jonathan berusaha memprotes.

Ayahku tidak menggubrisnya. "Pergi!" hardiknya menggelegar.

Aku tertunduk dan membeku sesaat. Tapi kemudian memutar tubuhku dan melangkah keluar.

"Kaka!" Ibuku memekik seraya menghambur ke arah pintu. Tapi ayahku menahannya. "Dia sendiri yang bilang, dia gede di jalan. Kita udah berusaha gedein dia di rumah. Tapi dia tetep gedein namanya di jalan. Biarin dia balik ke jalan! Kita liat sebesar apa kerajaan jalanan yang sanggup dibangunnya nanti!" 

Aku menelan ludah dengan susah payah, kemudian tercekat di tenggorokan. Perkataan ayahku itu, menusuk telak di relung hatiku.

Tidak ada air mata menggelinding keluar dari pelupuk mataku. Tidak ada kesedihan!

Hanya kekosongan yang menyergapku, seperti sebuah lubang gelap tanpa dasar. Sebuah tempat asing yang membingungkan, membuatku hanya tergagap, tak siap membuat keputusan.

Aku berjalan lemas ke arah garasi, kemudian melangkah naik ke atas sepeda motorku, menyalakan mesin dan membeku---tak yakin mau ke mana.

Aku menggelindingkan sepeda motorku keluar dari garasi, memarkirnya sebentar untuk menutup kembali pintu garasi.

Tak satu pun dari keluargaku melangkah keluar untuk mencegahku.

Mungkin sebaiknya aku ke markas singa, pikirku akhirnya. Lalu memacu sepeda motorku meninggalkan rumah.

Aku mengeluarkan ponselku dari dalam saku dan mencoba menghubungi Mat Item, sementara sepeda motorku melaju kencang menembus kegelapan malam. Ketika aku sedang berusaha mencari namanya di daftar kontakku, seseorang tiba-tiba melintas menyeberangi jalan sembari tertunduk. Aku memekik terkejut dan berusaha mengerem sepeda motorku sekaligus menghindar---membanting setang, tapi terlambat.

Sepeda motorku tetap meluncur meski posisinya sudah miring dan berputar balik, memutar seperti gangsing dan melindas orang yang tadi menyeberang.

BRUAKK!

"KYAAAAAAAAA…!"

Aku mendengar jeritan melengking seorang gadis, sementara tubuhku sendiri terlempar ke arah yang berlawanan dengan sepeda motorku.

"GLORIA!" Teriakkan seseorang dari seberang jalan membuatku memekik.

Apa katanya?

Gloria?

Aku menarik bangkit tubuhku dan menghelanya berdiri, kemudian menghambur ke arah tubuh yang tergolek di bahu jalan, tertindih sepeda motorku.

Seorang pria mengenakan long coat menghambur ke arah gadis itu dan menyingkirkan sepeda motorku dari tubuhnya. Pria itu meraup tubuh si gadis kemudian melolong meratapinya, "Gloria!"

Aku memekik tertahan seraya membekap mulutku dengan kedua tangan.

Pemandangan itu membuatku betul-betul terguncang!

Bukan saja karena gadis yang telah kutabrak adalah Gloria Case, tapi karena pria yang memeluknya adalah MD.

Dua orang yang menghilang dari sekolah selama sekian bulan!

"MD!" Aku menghambur ke arah mereka dan menyentuh bahunya yang mulai gemetar. 

Tapi MD sama sekali tidak bereaksi. Sementara Gloria terkulai lemas dengan wajah pucat, dan sekujur tubuhnya bersimbah darah.

"Gloria!" Aku tergagap dan berusaha merenggut tubuhnya dari dekapan MD, tapi lagi-lagi MD tidak bereaksi.

Tak lama kemudian beberapa orang pria menghambur ke arah kami dan mengerumuni. Tapi tak seorang pun memperhatikanku.

"Di mana pengendara motornya?" Seseorang berteriak di dekat sepeda motorku seraya mencari-cari ke sana kemari.

Aku menelan ludah dan tergagap, kemudian menghampirinya. "He-helo!" Aku berusaha menyapanya dan melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya.

Tapi pria itu terus mencari ke sana kemari, tidak menoleh padaku sedikit pun.

"Di sini!" Seorang pria berteriak dari semak-semak di tepi trotoar.

Semua orang serentak menoleh ke arahnya, kemudian menghambur mengerumuninya dan melewatiku.

Apa?

Apa yang terjadi sebenarnya?

Mereka semua tidak melihatku!

Dan…

Sekarang mereka malah membopong seseorang dari semak-semak.

"Dia juga luka parah!" Seorang pria memberitahu.

"Bawa semuanya ke rumah sakit!" Seorang pria setengah baya menginstruksikan.

"Panggil ambulans!" Teriak pria yang lainnya.

Aku menoleh pada MD dan meneriakinya sekali lagi, "PAAAAAAK!"

MD tetap tak bereaksi!

Aku menghambur ke arah kerumunan yang membopong tubuh seseorang itu untuk melihat siapa yang mereka temukan dari semak-semak tadi. Kemudian menjerit begitu menyadari bahwa itu adalah tubuhku. "TIDAAAAAAKKK!"

Apa aku sudah mati?

Apakah Gloria juga mati?

Betapa beruntungnya dia bisa meninggal dalam pelukan MD!

Terpopuler

Comments

Hendra Dwi M

Hendra Dwi M

aku lulusan STM, nggak terima kalah 😤

2022-01-12

2

Galang KPJ

Galang KPJ

Anak STM gak selemah itu

2021-12-23

0

Ferry Yaci

Ferry Yaci

Anak STM gak terima nih 🙄

2021-11-28

0

lihat semua
Episodes
1 Prelude
2 Satu
3 Dua
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua Belas
14 Tiga Belas
15 Empat Belas
16 Lima Belas
17 Enam Belas
18 Tujuh Belas
19 Delapan Belas
20 Sembilan Belas
21 Dua Puluh
22 Dua Puluh Satu
23 Dua Puluh Dua
24 Dua Puluh Tiga
25 Dua Puluh Empat
26 Dua Puluh Lima
27 Dua Puluh Enam
28 Dua Puluh Tujuh
29 Dua Puluh Delapan
30 Dua Puluh Sembilan
31 Tiga Puluh
32 Tiga Puluh Satu
33 Tiga Puluh Dua
34 Tiga Puluh Tiga
35 Tiga Puluh Empat
36 Tiga Puluh Lima
37 Tiga Puluh Enam
38 Tiga Puluh Tujuh
39 Tiga Puluh Delapan
40 Tiga Puluh Sembilan
41 Empat Puluh
42 Empat Puluh Satu
43 Empat Puluh Dua
44 Empat Puluh Tiga
45 Empat Puluh Empat
46 Empat Puluh Lima
47 Empat Puluh Enam
48 Empat Puluh Tujuh
49 Empat Puluh Delapan
50 Empat Puluh Sembilan
51 Lima Puluh
52 Lima Puluh Satu
53 Lima Puluh Dua
54 Lima Puluh Tiga
55 Lima Puluh Empat
56 Lima Puluh Lima
57 Lima Puluh Enam
58 Lima Puluh Tujuh
59 Lima Puluh Delapan
60 Lima Puluh Sembilan
61 Enam Puluh
62 Enam Puluh Satu
63 Enam Puluh Dua
64 Enam Puluh Tiga
65 Enam Puluh Empat
66 Enam Puluh Lima
67 Enam Puluh Enam
68 Enam Puluh Tujuh
69 Enam Puluh Delapan
70 Enam Puluh Sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh Puluh Satu
73 Tujuh Puluh Dua
74 Tujuh Puluh Tiga
75 Tujuh Puluh Empat
76 Tujuh Puluh Lima
77 Tujuh Puluh Enam
78 Tujuh Puluh Tujuh
79 Tujuh Puluh Delapan
80 Tujuh Puluh Sembilan
81 Delapan Puluh
82 Delapan Puluh Satu
83 Delapan Puluh Dua
84 Delapan Puluh Tiga
85 Delapan Puluh Empat
86 Delapan Puluh Lima
87 Delapan Puluh Enam
88 Delapan Puluh Tujuh
89 Delapan Puluh Delapan
90 Delapan Puluh Sembilan
91 Sembilan Puluh
92 Sembilan Puluh Satu
93 Sembilan Puluh Dua
94 Sembilan Puluh Tiga
95 Sembilan Puluh Empat
96 Sembilan Puluh Lima
97 Sembilan Puluh Enam
98 Sembilan Puluh Tujuh
99 Sembilan Puluh Delapan
100 Sembilan Puluh Sembilan
101 Seratus
102 Singa.Co
103 Singa.Co2
104 Postlude
105 Special Thanks!
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Prelude
2
Satu
3
Dua
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua Belas
14
Tiga Belas
15
Empat Belas
16
Lima Belas
17
Enam Belas
18
Tujuh Belas
19
Delapan Belas
20
Sembilan Belas
21
Dua Puluh
22
Dua Puluh Satu
23
Dua Puluh Dua
24
Dua Puluh Tiga
25
Dua Puluh Empat
26
Dua Puluh Lima
27
Dua Puluh Enam
28
Dua Puluh Tujuh
29
Dua Puluh Delapan
30
Dua Puluh Sembilan
31
Tiga Puluh
32
Tiga Puluh Satu
33
Tiga Puluh Dua
34
Tiga Puluh Tiga
35
Tiga Puluh Empat
36
Tiga Puluh Lima
37
Tiga Puluh Enam
38
Tiga Puluh Tujuh
39
Tiga Puluh Delapan
40
Tiga Puluh Sembilan
41
Empat Puluh
42
Empat Puluh Satu
43
Empat Puluh Dua
44
Empat Puluh Tiga
45
Empat Puluh Empat
46
Empat Puluh Lima
47
Empat Puluh Enam
48
Empat Puluh Tujuh
49
Empat Puluh Delapan
50
Empat Puluh Sembilan
51
Lima Puluh
52
Lima Puluh Satu
53
Lima Puluh Dua
54
Lima Puluh Tiga
55
Lima Puluh Empat
56
Lima Puluh Lima
57
Lima Puluh Enam
58
Lima Puluh Tujuh
59
Lima Puluh Delapan
60
Lima Puluh Sembilan
61
Enam Puluh
62
Enam Puluh Satu
63
Enam Puluh Dua
64
Enam Puluh Tiga
65
Enam Puluh Empat
66
Enam Puluh Lima
67
Enam Puluh Enam
68
Enam Puluh Tujuh
69
Enam Puluh Delapan
70
Enam Puluh Sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh Puluh Satu
73
Tujuh Puluh Dua
74
Tujuh Puluh Tiga
75
Tujuh Puluh Empat
76
Tujuh Puluh Lima
77
Tujuh Puluh Enam
78
Tujuh Puluh Tujuh
79
Tujuh Puluh Delapan
80
Tujuh Puluh Sembilan
81
Delapan Puluh
82
Delapan Puluh Satu
83
Delapan Puluh Dua
84
Delapan Puluh Tiga
85
Delapan Puluh Empat
86
Delapan Puluh Lima
87
Delapan Puluh Enam
88
Delapan Puluh Tujuh
89
Delapan Puluh Delapan
90
Delapan Puluh Sembilan
91
Sembilan Puluh
92
Sembilan Puluh Satu
93
Sembilan Puluh Dua
94
Sembilan Puluh Tiga
95
Sembilan Puluh Empat
96
Sembilan Puluh Lima
97
Sembilan Puluh Enam
98
Sembilan Puluh Tujuh
99
Sembilan Puluh Delapan
100
Sembilan Puluh Sembilan
101
Seratus
102
Singa.Co
103
Singa.Co2
104
Postlude
105
Special Thanks!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!