MD menumpuk buku-bukunya di mejanya dan berdiri, bersiap meninggalkan kelas. Sebelum ia melangkah keluar, ia berhenti di depan pintu dan menoleh ke arahku. "Srikandi," panggilnya datar. "Temui saya di kantor setelah makan siang!"
"Baik," jawabku singkat seraya mengangkat tanganku membentuk sikap hormat.
"Dan jangan lupa janjimu!" Ia memperingatkan seraya berjalan meninggalkan kelas.
"Siap, Sayang!" Jawabku telat. Hal itu sengaja kulakukan supaya MD tidak mendengar apa yang kukatakan, tapi seisi kelas mendengarnya.
Vera Julia membelalakkan matanya ke arahku dengan mulut membulat.
Iis mencibir ke arahku seraya mendelik, memukulkan bukunya di puncak kepalaku seraya menggerutu tak jelas.
Sementara dua gadis yang duduk di depanku menoleh bersamaan dengan tampang sama-sama konyol.
Seseorang menguap keras di belakangku.
Aku hanya menyeringai menanggapi semuanya dengan raut wajah licik. Setelah itu, aku mulai menumpuk buku-bukuku di atas meja dan berdiri, bersiap meninggalkan kelas.
Seisi kelas menatapku ketika aku menyelinap keluar dari mejaku, kemudian berjalan cepat meninggalkan kelas. Tak seorangpun berani bereaksi.
Apa mereka betul-betul percaya kalau aku memiliki hubungan khusus dengan MD?
Aku kan hanya membual!
Sebenarnya, MD memintaku menemuinya di kantor untuk menyerahkan surat perjanjian terkait insiden yang terjadi di ruang loker.
Pada hari aku dan Jimmy mendapat hukuman, MD juga menyuruh kami membuat pernyataan tertulis dan berjanji bahwa insiden dalam ruang loker itu tidak akan terulang.
Dan...
Begitulah pada akhirnya aku pun menuliskan 3 janji, hitam di atas putih.
Saya berjanji:
Tidak akan berhubungan lagi dengan Muhammad Jimmy Ibrahim.
Tidak akan menemuinya lagi di lingkungan sekolah.
Dan saya akan menghindari Muhammad Jimmy Ibrahim di mana pun di area sekolah.
Sementara Jimmy, menulis:
Saya yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama: Muhammad Jimmy Ibrahim.
Kelas: 11F.
Lahir: 7 Juli 19**.
Menyatakan bahwa insiden yang terjadi
Pada hari: Selasa.
Tanggal: 0*/**/20**
Merupakan tindakan yang melanggar kebijakan sekolah dan saya mengakuinya sebagai kesalahan.
Hari ini,
Tanggal: 0*/**/20**
Saya: Muhammad Jimmy Ibrahim.
Berjanji tidak akan mengulangi kesalahan yang sama selama saya berada di lingkungan sekolah.
Begitu apik dan spesifik!
Berbeda dengan isi surat perjanjianku yang membuat MD serentak menautkan alis dan menatapku dengan dahi berkerut-kerut. "Kamu yakin dengan surat perjanjian ini?" Ia bertanya tak yakin.
Aku adalah pihak yang dirugikan dalam hal ini, batinku kesal. Untuk apa aku repot-repot membuat surat perjanjian yang bertele-tele? Tak butuh berpikir dua kali sebelum aku memutuskan, "Ya," jawabku tanpa ragu. "Saya yakin!"
Jimmy menoleh ke arahku dengan tatapan tajam. Tapi tak mengatakan apa-apa.
Aku juga diam saja tak mau menanggapinya. Bahkan untuk sekedar membalas tatapannya.
MD akhirnya meletakkan surat perjanjianku di atas mejanya, kemudian melipat kedua tangannya di depan dada, mengawasi kami secara bergantian. Tak lama kemudian ia pun menyerah. "Silahkan kembali ke kelas masing-masing!" Ia mengembangkan sebelah tangannya mengisyaratkan kami untuk keluar dari ruangannya.
"Terimakasih, Pak!" Aku memutar tubuhku secepat mungkin dan bergegas meninggalkan ruang guru mendahului Jimmy. Dan aku bisa merasakan tatapan cowok itu membakar punggungku.
..._...
"Warna terbagi menjadi empat macam," tutur Mr. Own dengan logat khasnya yang tak pandai bilang "R", dalam tempo yang tidak kalah khas---slow motion.
"Hoaaaaaaahmm..." Iis mulai menguap di sampingku.
"Warna primer, warna sekunder, warna tersier dan warna netral." Mr. Own melanjutkan dalam tempo yang terasa semakin melambat.
"Hoaaaaaaahmm..." Giliran Vera Julia sekarang yang menguap di seberang mejaku.
"Warna primer merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain," tutur Mr. Own, terdengar makin membosankan.
"Hoaaaaaaahmm..." Sekarang giliranku yang menguap.
"Yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning."
"Hoaaaaaaahmm..." Suara anak lain juga terdengar ikut menguap di belakangku.
Sementara dua gadis di depanku sudah menumpukan kepalanya di atas meja. Mungkin sudah terlelap.
"Sementara warna sekunder merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya..." Mr. Own melayangkan pandangannya ke seluruh ruangan. "Campuran warna kuning dengan warna merah, menghasilkan...?"
Hening!
"Ada yang tahu campuran warna kuning dengan warna merah menghasilkan warna apa?" Mr. Own bertanya lagi.
Tidak ada jawaban.
Aku tahu perpaduan kedua warna itu menghasilkan warna oranye atau orange. Hanya saja aku tidak tahu istilah yang tepat untuk menyebutkan namanya dalam bahasa Indonesia bagian Kulon.
Jika kukatakan orange, akan tidak tepat karena selain kata itu merupakan bahasa asing, artinya juga akan berbeda saat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Jika kukatakan, "oranye" aku pasti akan ditertawakan, karena orang Sunda tidak percaya kalau kata "oranye" merupakan bahasa baku.
Jadi ketika Mr. Own menodongku untuk memberikan jawaban, aku hanya tergagap cukup lama karena tak juga berhasil menemukan kata lain dari oranye.
Akhirnya Guru itu mulai kesal dan memanggilku ke depan.
"Bagaimana dengan campuran warna biru dengan warna kuning?" Mr. Own bertanya lagi.
Aku baru membuka mulut untuk menjawab, tapi Mr. Own menunjuk ke arah Vera yang sudah setengah pingsan di meja paling belakang.
Karena terkejut dengan serangan mendadak itu, Vera juga tergagap akibat gagal fokus. Alhasil, ia juga diseret ke depan kelas.
"Dandy Pratama!" Mr. Own sekarang mengalihkan perhatiannya ke arah barisan bangku anak laki-laki. Seorang cowok berambut lurus berwajah oriental juga sedang terkantuk-kantuk ketika Mr. Own memangilnya. Jadi ketika Mr. Own bertanya, "Warna apa yang dihasilkan dari campuran warna merah dengan warna biru?"
Cowok itu hanya membuka mulutnya tapi bukan jawaban yang keluar dari mulutnya. "Hoaaaaaaahmm..." Ia malah menguap.
"Kamu juga maju ke depan!" Mr. Own mendengus kesal. Kemudian mengeluarkan tiga pasang kapur warna dari dalam kotak kapur di sisi papan tulis di belakangku. Ia membagikannya pada kami masing-masing dua batang kapur.
Aku mendapat dua batang kapur berwarna kuning dan merah.
Sementara Vera mendapat kapur warna biru dan kuning.
Dan Dandy Pratama, kapur biru dan merah.
"Silahkan buat eksperimen dengan dua kapur di tangan kalian," tutur Mr. Own dalam tempo yang mendadak naik. Mungkin karena emosinya sedang naik. "Masing-masing kalian harus mencampurnya untuk mengetahui hasil campuran warna masing-masing!"
Aku dan Vera Julia juga anak cowok bernama Dandy Pratama tadi serempak berbalik menghadap papan tulis.
Tapi Mr. Own mengangkat tangannya. "No!" Ia mengacungkan jari telunjuk dan menggerak-gerakkannya. "Bukan di papan tulis," katanya semaunya. "Tapi di mulut!"
"Ap-apa?" Kami bertiga memekik bersamaan.
Seisi kelas terkekeh mendengar perintah Mr. Own. "Hanya dengan cara itu kalian bisa mengingatnya dengan baik," katanya semakin semena-mena.
Seisi kelas mulai terbahak-bahak sekarang.
Kampret!
Aku merutuk dalam hatiku. Kemudian bertukar pandang sekilas dengan Dandy Pratama. Lalu kembali melirik Mr. Own. Awas saja, kataku dalam hati. Jika suatu hari nanti Mr. Own bertamu ke rumahku, akan kusuguhi dia juice kapur warna orenge.
Apa sih kata lain dari oranye?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Vlink Bataragunadi 👑
jingga kakaaaa jiiinggaaaaaa ^o^
2023-10-08
0
dyz_be
Pada lupa sama jingga
2022-07-25
2
Hendra Dwi M
indonesia bagian kulon wkwkwkwkwkwkw 🤣🤣
2022-01-10
1