Jadwal pelajaran hari itu adalah bahasa Indonesia. Mata pelajaran favoritku.
Ditambah gurunya MD.
Itu merupakan mood booster luar biasa untuk menghadapi mata pelajaran favorit!
Menjadikan sosok MD yang sekarang berdiri di depan kelasku terlihat seperti satu-satunya pemandangan paling bagus seantero sekolah.
MD menuliskan sebaris kalimat yang berisi tugas sebagai berikut, "Buatlah kalimat dari kata: Bioteknologi!"
Seketika seisi ruangan mengerang bersamaan, dan suasana pun berubah gaduh. Setiap anak mengedar pandang ke sana ke mari dan saling beradu pandang satu sama lain.
"Apaan bioteknologi?" Beberapa anak mulai sibuk mempertanyakan arti kata yang sama kepada siapa saja sesuai jangkauan mereka masing-masing, tetapi semuanya dijawab pertanyaan yang sama pula.
Tak seorangpun mengerti artinya!
Tidak ada gunanya bertanya pada mereka, pikirku. Lalu memutuskan untuk diam saja, tak mau ikut-ikutan jelalatan seperti yang lain. Hanya tercenung menatap wajah tampan yang tengah tertunduk di atas meja di depan ruangan.
Wajah siapa lagi kalau bukan MD!
Terkadang aku merasa bahwa aku sudah gila. Tapi aku tetap saja tak bisa menahan diri untuk tidak terus-terusan mencari perhatian.
Seolah merasa terusik oleh tatapanku, pria itu tiba-tiba mengangkat wajahnya kemudian mengedar pandang ke seluruh ruangan, seperti sedang berusaha mencari siapa yang membuat dirinya merasa terganggu. Tak lama kemudian, pandangannya berhenti tepat ke arah wajahku.
Aku langsung mengerjap dan gelagapan, karena tak mengira bakal beradu pandang.
Bisa kurasakan wajahku mulai memanas dan mungkin bersemu merah sekarang. Tapi tetap tak bisa lepas memandanginya. Sekilas terbayang kemarin siang, menjelang waktu pulang di ruang kesehatan, pria itu juga menatapku dengan cara yang sama.
Mungkin heran kenapa aku memandanginya sampai tak berkedip. Sepertinya tidak pernah terlintas sedikit pun dalam kepalanya bahwa aku menyukainya.
Aku tidak pernah tahu!
Yang aku tahu, MD selalu membalas tatapanku dengan dahi berkerut.
"Ka!" Sentuhan lembut tangan Iis pada lenganku membuatku terperanjat.
"Hah?" Aku terperangah ke arah Iis.
Cowok itu serentak memicingkan matanya. Lalu diam-diam melirik MD sekilas melalui sudut matanya, kemudian beralih ke arahku.
Dan aku hanya menelan ludah menyadari tatapan curiga yang dilontarkannya.
"Emang kemaren MD ngomong apa, waktu lu dipanggil?" Iis bertanya setengah menyelidik.
"Dia bilang, dia suka sama gua!" Aku berkelakar dengan berbisik pula. Sekedar mengalihkan perasaan gugup. Sekalian berharap!
"Serius, lu?" Iis bertanya sembari menautkan alis.
Whoa… apa aktingku betul-betul total sampai cowok yang terkenal dingin seperti Iis bisa mendadak ekspresif?
"Lu percaya MD nembak gua?" Aku balas bertanya dengan raut wajah t.o.l.o.l.
Cowok itu mengatupkan mulutnya dan menggeleng sekilas dengan raut wajah tak yakin.
Lalu aku mendekatkan mulutku di kupingnya seraya menudungi mulutku dengan sebelah tangan. "Sama," desisku di dekat kupingnya. "Gua juga gak percaya!"
Seketika cowok itu mendengus. "Bodo amat!" gerutunya nyaris menghardik.
Membuat guru tampan di depan kelas itu menatap kami dengan tatapan tajam. "Srikandi!" Panggilnya datar. "Mohammad!"
Aku dan Iis bertukar pandang. Aku menatap Iis dengan mata dan mulut membulat, sementara Iis tetap memasang wajah datar.
"Salah satu dari kalian silahkan maju ke depan!" MD memerintahkan.
Aku dan Iis serentak berdiri bersamaan.
"Salah satu saja!" MD mengulangi perintahnya. "Saya tidak perlu dua-duanya karena saya yakin jawaban kalian tidak akan ada bedanya!"
GLEK!
Aku menelan ludah.
Iis kembali melirikku dengan alis tertaut. Jadi kita disuruh ngisi soal nih?---Kira-kira begitulah yang coba ia katakan melalui raut wajahnya.
Aku menahan Iis dan menepuk lembut punggung tangannya. "Biar gua aja yang maju," kataku penuh percaya diri.
Hanya membuat kalimat, pikirku. Persetan dengan arti bioteknologi!
"Silahkan, Srikandi!" MD menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan menunggu.
Aku mencomot sebatang kapur dari papan tulis kemudian menoleh ke arah MD, "Membuat kalimat ini?" Aku bertanya seraya menunjuk tulisannya dengan kapur.
Sebenarnya itu hanya akal-akalanku saja supaya guru tampan itu melirikku.
Dan sesuai harapanku, guru itu akhirnya menoleh dan menatapku dengan wajah datar. "Ya," jawabnya tak kalah datar. Tapi tatapannya tak lepas memandangiku.
"Kalimat positif?" Aku bertanya lagi dipenuhi modus terselubung. "Atau negatif?"
MD tersenyum tipis ke arahku. Kemudian beranjak dari bangkunya dan menyelinap keluar dari mejanya, lalu berdiri di tepi meja, tak jauh dari tempatku. "Dua-duanya juga boleh!" Tantangannya.
Lebih dari yang kuharapkan, batinku senang. Lalu berdebam dan mulai menulis:
Kalimat Positif:
MD MEMBERIKAN TUGAS KEPADA SELURUH KELAS UNTUK MEMBUAT KALIMAT DENGAN MENGGUNAKAN KATA BIOTEKNOLOGI.
Kalimat negatif:
TAPI TAK SEORANG PUN DARI SEMUA SISWA DI DALAM KELAS ITU MENGERTI ARTI BIOTEKNOLOGI.
"Hfffffft...." MD membekap mulutnya menahan tawa.
Sementara seisi kelas sudah tergelak.
Aku menoleh ke arah MD seraya mengulum senyuman.
"Kamu mengerti arti bioteknologi?" MD bertanya setengah terkekeh.
Aku menggeleng dengan masih mengulum senyumku.
Seisi kelas sekarang terbahak-bahak.
Tapi aku sama sekali tidak merasa terganggu dengan tawa mereka yang mencemooh. Sebentar lagi, mereka semua yang bakal dipermalukan. Kataku dalam hati.
"Selera humor yang bagus!" MD berkata ringan. Lalu tersenyum simpul dan memutar tubuhnya menghadap seluruh siswa.
Sementara aku masih berdiri di sampingnya---masih percaya diri.
"Ada yang tahu apa arti bioteknologi?" MD bertanya pada seisi kelas.
Seketika ruangan mendadak hening.
"Ada yang mau coba buat kalimat seperti Srikandi?"
Tidak ada jawaban!
"Apa ada yang salah dengan kalimat yang dibuat Srikandi?" MD bertanya lagi.
Seisi kelas kembali cekikikan.
"Vera!" MD menatap ke arah Vera Julia. "Tolong bacakan isi tulisan saya!"
Vera berdeham kemudian membacakan tulisan guru itu dengan suara lantang.
"Jadi apa tugas kalian?" MD kembali bertanya. Kali ini seperti ditujukan secara khusus kepada Vera.
"Membuat kalimat, Pak!" Vera menjawab lugas diikuti seisi kelas.
"Membuat kalimat dengan menggunakan…?" MD menaikkan sebelah alisnya.
"Kata bioteknologi!" Seisi kelas menjawab serempak.
"Coba perhatikan dua kalimat yang dibuat Srikandi!" Guru tampan itu menunjuk papan tulis. "Apakah di sana ada kata bioteknologi?"
Seisi kelas kembali terdiam.
"Ada tidak?" Ulang MD.
"Ada, Pak!" Seisi kelas menjawab terbata-bata.
"Lalu kenapa kalian tertawa?" MD bertanya lagi.
Hening!
"Bapak sendiri kenapa tadi tertawa?" Aku berdesis pada MD seraya menggembungkan pipiku.
MD terkekeh kecil. "Jangan paksa saya mengatakannya!" Tak lama kemudian ia mengibas-ngibaskan tangannya. "Silahkan kembali ke tempatmu!" Katanya.
Seisi kelas menatapku dengan tatapan curiga. Mungkin mereka mengira aku berbisik-bisik untuk merayu MD.
Padahal aku hanya menggoda!
"Menurut saya… Srikandi melakukannya dengan benar," jelas MD seraya menunjuk tulisanku sekilas, kemudian kembali ke tempat duduknya. "Saya memberi kalian tugas membuat kalimat," katanya lagi sebelum ia kembali duduk. "Bukan menerjemahkan kata!"
Seisi kelas serentak tertunduk sekarang.
Rasakan!
Iis terkekeh tipis dan menggeleng-geleng. "Mau gua bilang pinter otak lu dikit. Mau gua bilang go-blok akal lu segudang."
Aku menyeringai saja menanggapinya. Ini adalah pertama kalinya Iis berbicara lebih dari satu kalimat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Vlink Bataragunadi 👑
bagus bgtttt! wkwkwkwk
2023-10-08
0
Hendra Dwi M
brrti pinter bikin akal 🤣
2022-01-09
1
Opunk KPJ
Ini yang pintar si Kaka apa authornya ya 🧐
Apa si Kaka authornya 😆
2021-12-17
1