Delapan

"Lu gak mau makan dulu, Ka?" Iis bertanya ketika aku tak jadi pergi ke kantin.

Aku hanya mengangkat bahu dan mengembangkan kedua tanganku di sisi tubuhku.

Iis masih mematung di tempatnya dengan wajah ragu. Kelihatannya ia sedang berusaha menimang-nimang apakah ia akan meninggalkanku atau menemaniku ke ruang guru.

Tapi tiba-tiba saja Vera menggamit tangan Iis dan menariknya menjauh.

Iis mengernyit dengan raut wajah tak senang, kemudian menatapku dengan tatapan yang tak bisa kujabarkan.

Entah kenapa aku merasa bahwa Vera sedang berusaha memancing emosiku. Aku bisa melihat bagaimana caranya melirikku, kemudian menyeringai dengan raut wajah penuh kemenangan.

Apa Vera mengira aku menyukai Iis?

Aku hampir meledak tertawa. Lalu buru-buru membekap mulutku dengan telapak tangan.

Iis mengerang dan membeliak sebal ketika Kuntilanak mini itu menyeretnya dengan paksa menuju kantin.

"Urusan kita belum selesai, Pe'ak!" Aku berteriak pada Vera sebelum bergegas ke ruang guru.

Vera menanggapinya dengan mengacungkan jari tengah ke arahku tanpa menoleh.

Aku akan membuat perhitungan dengannya nanti, pikirku. Tidak sampai lebaran haji Muhidin!

Begitu sampai di depan pintu ruang guru, jantungku tiba-tiba berdentum ribut seperti ledakan beruntun yang meluluh-lantakkan seluruh duniaku.

Wajah guru tampan itu kembali melintas dalam kepalaku. Membuatku betul-betul gila!

Aku menghela napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan. Aku mengetuk pelan pintu ruang guru dengan sikap gugup. Kemudian mengintip ke dalam untuk melihat apakah aku diperbolehkan masuk, karena pintunya tidak ditutup.

Hampir semua meja kerja guru tak berpenghuni.

Hanya ada seorang guru wanita tengah merunduk memunggungiku di depan meja seorang guru pria yang tampaknya memiliki hubungan khusus dengan guru wanita itu, karena cara guru wanita itu berbicara padanya terkesan seperti sedang merayu.

Aku menelan ludah dengan susah payah dan tertunduk karena risih.

Guru wanita itu memutar kepalanya dan menatapku. "Ada perlu apa?" Ia bertanya setengah mengerang.

Aku kembali mengangkat wajahku. "Saya mencari MD," jawabku datar. Berusaha berpura-pura bahwa aku tidak melihatnya sedang merayu seorang guru pria.

Guru wanita itu beringsut sedikit dan guru pria di balik meja kemudian memperlihatkan wajahnya.

GLEK!

Sekali lagi jantungku berdentum dan menggelegar.

Guru pria itu adalah guru tampan yang kutabrak tadi pagi. "Saya MD!" Ia memberitahu.

Aku tidak terkejut mengetahui bahwa MD ternyata si guru tampan. Aku hanya terguncang mendapati kenyataan bahwa si guru tampan idolaku ternyata sejenis playboy.

Guru wanita itu sedang merayunya tadi. Dan sekarang kedua lututku gemetar tak terkendali.

Jadi, apa tepatnya perasaanku saat ini?

Jangan bilang kalau aku sedang patah hati!

Aku tidak sedang jatuh cinta pada Pak Guru kan?!

"Srikandi Mahaputri?" MD bertanya.

Suara guru tampan itu membuatku semakin gemetar. Kali ini sudah menjalar ke tanganku. Lalu sebutir keringat bergulir di pelipisku. "Iya, Pak!" Aku menjawab parau seraya tertunduk.

MD mengawasiku beberapa saat. Lalu mempersilahkanku masuk ke dalam ruangan.

Tak lama kemudian seseorang menyeruak masuk mendahuluiku dengan sikap arogan.

Aku melempar kepalaku ke samping dan bertatapan dengan sepasang mata coklat yang membuatku ketakutan setengah mati. Tulisan yang tertera pada bet namanya: Muhammad Jimmy Ibrahim.

MD mendongak mengawasi Jimmy dengan mata berkilat.

Anak laki-laki itu hanya menaikkan sebelah alisnya dengan raut wajah datar.

Betul-betul tidak sopan, pikirku sebal.

Seolah bisa membaca pikiranku, anak laki-laki bernama Muhammad Jimmy Ibrahim itu seketika menyeringai ke arahku.

Aku segera membuang pandanganku untuk menghindari tatapannya.

"Baik," kata MD seraya beranjak dari tempat duduknya karena guru wanita tadi tidak mau beranjak sedikit pun dari mejanya. Hanya beringsut sedikit dan memutar tubuhnya menghadap ke arahku dan juga Jimmy. "Karena kalian sudah ada di sini, kita langsung saja pada intinya!"

Aku menundukkan wajahku semakin dalam ketika MD menghampiri kami.

"Apa kalian berpacaran?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja di luar dugaanku.

"Ya," jawab Jimmy.

"Tidak," bantahku bersamaan dengan Jimmy.

Guru tampan itu memicingkan matanya dan mengawasi kami secara bergantian. Lalu mendesah dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Saya bisa mengerti kalian sudah beranjak dewasa," katanya tanpa melepaskan tatapannya dari kami berdua. "Berpacaran atau pun tidak, itu adalah hak kalian. Memang sudah masanya kalian pubertas." Semakin lama tatapan guru itu terasa semakin tajam menghujam perasaanku. Terutama kata-katanya. "Tapi mengertilah di sini bukan tempat yang tepat untuk memamerkan kemesraan!"

Aku tersenyum masam. Beberapa saat yang lalu aku melihat guru wanita itu sedang merayunya, dan sekarang dia bilang di sini bukan tempat yang tepat untuk memamerkan kemesraan?

"Apa?" Guru wanita itu tiba-tiba menyela pembicaraan. "Mereka berdua bermesraan di sekolah?" Ia bertanya setengah menghardik dan memelototi kami.

Aku mengangkat wajahku dan menatapnya sembari menyeringai. Mengingat apa yang dilakukannya beberapa saat lalu, membuatku kehilangan rasa hormatku. 

Mereka betul-betul munafik, pikirku.

"Kalau kalian sudah bisa pacaran itu artinya kalian sudah dewasa, kan?" Guru wanita itu menaikkan suaranya. "Harusnya kalian juga sudah mengerti cara menempatkan diri!"

Oh, ya? Kataku dalam hati. Memang apa bedanya dengan yang dia lakukan barusan?

"Hormati tempat ini!" MD mengambil alih pembicaraan. "Ini lingkungan pendidikan," tandasnya. Lalu memutuskan untuk memberikan kami pelajaran tambahan supaya kami "Belajar Hormat".

Waktu menunjukkan pukul 10:15 WIB, dan matahari sudah mulai meninggi ketika aku dan Jimmy mendapat hukuman---menghormat bendera---sampai bendera selesai diturunkan nanti.

Tapi belum sampai setengah jam berdiri di sana, keringat sudah membanjir di sekujur tubuhku.

Jimmy melirikku melalui sudut matanya. "I'm sorry," bisiknya. Entah betul-betul menyesal, entah hanya basa-basi.

"Shut up!" Aku menghardiknya tanpa menoleh sedikitpun.

Seketika Jimmy mengalihkan perhatiannya, kembali menghadap bendera dan tidak mengatakan apa-apa lagi.

Kepalaku mulai merayang ketika sebutir keringat menggelinding dari dahiku kemudian tersangkut di pelupuk mataku memantulkan cahaya matahari yang menyilaukanku. Aku mengerjap dan keringat sialan itu malah meresap ke dalam biji mataku. Menyebabkan perih pada mataku kemudian mataku memproduksi airmata yang merayap keluar menyeberangi tulang pipiku.

Tiba-tiba aku mendengar suara Vera Julia mulai cekikikan di tepi koridor, di sisi Iis yang tengah menatap bingung ke arahku. 

"Lu kenapa?" Iis berbisik dari tepi koridor.

Aku memutar-mutar bola mataku dengan perasaan sebal. Apa dia berharap aku menceritakan semuanya di sini supaya semua orang tahu bahwa aku dihukum karena habis berciuman dengan cowok b.e.r.e.n.g.s.e.k yang tidak kukenal di ruang loker pria?!

Di mana akal sehatnya?

Jimmy melirik ke arahku melalui sudut matanya. Lalu beringsut ke belakang dan berpindah ke sisi kiriku menghalangi cahaya.

Aku meliriknya sepintas dan menelan ludah. Harus kuakui sikap itu lumayan romantis. Tapi entah kenapa aku tidak merasa tersentuh sedikitpun. Terutama mengingat tingkah lakunya yang bukan saja membuatku takut, tapi juga membuatku berakhir di sini.

Iis mengembangkan kedua tangannya di sisi tubuhnya seraya mengangkat bahu. Lalu menggeleng dan menghela napas. Kemudian menyerah dan menjauh dari tempat itu, karena bel tanda masuk kelas mendengking nyaring ke seluruh penjuru sekolah. Tak lama kemudian ia kembali menoleh dan menatapku dengan pandangan prihatin.

Sementara itu Vera Julia masih cekikikan seraya membekap mulutnya dengan sebelah tangan.

Dasar kuntilanak!

Terpopuler

Comments

Hendra Dwi M

Hendra Dwi M

sepertinya buruh bantuan kingkong sumatra, buat ngalangin terik

2022-01-09

1

Opunk KPJ

Opunk KPJ

sini, Vera!
mending ikut ayah 🤗

2021-12-17

0

Gue

Gue

Oh, tetap pak guru 😌

2021-12-15

0

lihat semua
Episodes
1 Prelude
2 Satu
3 Dua
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua Belas
14 Tiga Belas
15 Empat Belas
16 Lima Belas
17 Enam Belas
18 Tujuh Belas
19 Delapan Belas
20 Sembilan Belas
21 Dua Puluh
22 Dua Puluh Satu
23 Dua Puluh Dua
24 Dua Puluh Tiga
25 Dua Puluh Empat
26 Dua Puluh Lima
27 Dua Puluh Enam
28 Dua Puluh Tujuh
29 Dua Puluh Delapan
30 Dua Puluh Sembilan
31 Tiga Puluh
32 Tiga Puluh Satu
33 Tiga Puluh Dua
34 Tiga Puluh Tiga
35 Tiga Puluh Empat
36 Tiga Puluh Lima
37 Tiga Puluh Enam
38 Tiga Puluh Tujuh
39 Tiga Puluh Delapan
40 Tiga Puluh Sembilan
41 Empat Puluh
42 Empat Puluh Satu
43 Empat Puluh Dua
44 Empat Puluh Tiga
45 Empat Puluh Empat
46 Empat Puluh Lima
47 Empat Puluh Enam
48 Empat Puluh Tujuh
49 Empat Puluh Delapan
50 Empat Puluh Sembilan
51 Lima Puluh
52 Lima Puluh Satu
53 Lima Puluh Dua
54 Lima Puluh Tiga
55 Lima Puluh Empat
56 Lima Puluh Lima
57 Lima Puluh Enam
58 Lima Puluh Tujuh
59 Lima Puluh Delapan
60 Lima Puluh Sembilan
61 Enam Puluh
62 Enam Puluh Satu
63 Enam Puluh Dua
64 Enam Puluh Tiga
65 Enam Puluh Empat
66 Enam Puluh Lima
67 Enam Puluh Enam
68 Enam Puluh Tujuh
69 Enam Puluh Delapan
70 Enam Puluh Sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh Puluh Satu
73 Tujuh Puluh Dua
74 Tujuh Puluh Tiga
75 Tujuh Puluh Empat
76 Tujuh Puluh Lima
77 Tujuh Puluh Enam
78 Tujuh Puluh Tujuh
79 Tujuh Puluh Delapan
80 Tujuh Puluh Sembilan
81 Delapan Puluh
82 Delapan Puluh Satu
83 Delapan Puluh Dua
84 Delapan Puluh Tiga
85 Delapan Puluh Empat
86 Delapan Puluh Lima
87 Delapan Puluh Enam
88 Delapan Puluh Tujuh
89 Delapan Puluh Delapan
90 Delapan Puluh Sembilan
91 Sembilan Puluh
92 Sembilan Puluh Satu
93 Sembilan Puluh Dua
94 Sembilan Puluh Tiga
95 Sembilan Puluh Empat
96 Sembilan Puluh Lima
97 Sembilan Puluh Enam
98 Sembilan Puluh Tujuh
99 Sembilan Puluh Delapan
100 Sembilan Puluh Sembilan
101 Seratus
102 Singa.Co
103 Singa.Co2
104 Postlude
105 Special Thanks!
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Prelude
2
Satu
3
Dua
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua Belas
14
Tiga Belas
15
Empat Belas
16
Lima Belas
17
Enam Belas
18
Tujuh Belas
19
Delapan Belas
20
Sembilan Belas
21
Dua Puluh
22
Dua Puluh Satu
23
Dua Puluh Dua
24
Dua Puluh Tiga
25
Dua Puluh Empat
26
Dua Puluh Lima
27
Dua Puluh Enam
28
Dua Puluh Tujuh
29
Dua Puluh Delapan
30
Dua Puluh Sembilan
31
Tiga Puluh
32
Tiga Puluh Satu
33
Tiga Puluh Dua
34
Tiga Puluh Tiga
35
Tiga Puluh Empat
36
Tiga Puluh Lima
37
Tiga Puluh Enam
38
Tiga Puluh Tujuh
39
Tiga Puluh Delapan
40
Tiga Puluh Sembilan
41
Empat Puluh
42
Empat Puluh Satu
43
Empat Puluh Dua
44
Empat Puluh Tiga
45
Empat Puluh Empat
46
Empat Puluh Lima
47
Empat Puluh Enam
48
Empat Puluh Tujuh
49
Empat Puluh Delapan
50
Empat Puluh Sembilan
51
Lima Puluh
52
Lima Puluh Satu
53
Lima Puluh Dua
54
Lima Puluh Tiga
55
Lima Puluh Empat
56
Lima Puluh Lima
57
Lima Puluh Enam
58
Lima Puluh Tujuh
59
Lima Puluh Delapan
60
Lima Puluh Sembilan
61
Enam Puluh
62
Enam Puluh Satu
63
Enam Puluh Dua
64
Enam Puluh Tiga
65
Enam Puluh Empat
66
Enam Puluh Lima
67
Enam Puluh Enam
68
Enam Puluh Tujuh
69
Enam Puluh Delapan
70
Enam Puluh Sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh Puluh Satu
73
Tujuh Puluh Dua
74
Tujuh Puluh Tiga
75
Tujuh Puluh Empat
76
Tujuh Puluh Lima
77
Tujuh Puluh Enam
78
Tujuh Puluh Tujuh
79
Tujuh Puluh Delapan
80
Tujuh Puluh Sembilan
81
Delapan Puluh
82
Delapan Puluh Satu
83
Delapan Puluh Dua
84
Delapan Puluh Tiga
85
Delapan Puluh Empat
86
Delapan Puluh Lima
87
Delapan Puluh Enam
88
Delapan Puluh Tujuh
89
Delapan Puluh Delapan
90
Delapan Puluh Sembilan
91
Sembilan Puluh
92
Sembilan Puluh Satu
93
Sembilan Puluh Dua
94
Sembilan Puluh Tiga
95
Sembilan Puluh Empat
96
Sembilan Puluh Lima
97
Sembilan Puluh Enam
98
Sembilan Puluh Tujuh
99
Sembilan Puluh Delapan
100
Sembilan Puluh Sembilan
101
Seratus
102
Singa.Co
103
Singa.Co2
104
Postlude
105
Special Thanks!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!