Hari pertama di sekolah baru, biasanya akan menjadi neraka terkutuk untuk seorang pelajar pindahan sepertiku. Terutama karena aku juga baru pindah kota.
Aku belum mengenal siapa-siapa di sini!
Meski aku lahir di kota ini, aku tinggal di kota lain sejak aku berusia lima tahun. Dan baru kembali setelah aku kelas satu SMU.
Aku sudah tiga kali pindah sekolah dalam satu semester. Jadi, aku sudah cukup hapal dengan pola semacam ini.
Hari-hari pertama di sekolah baru, kalau kau tidak di-bully, biasanya kau akan kesulitan menemukan teman pertamamu.
Kantin sekolah biasanya akan menjadi tempat paling strategis untuk ajang pem-bully-an selain ruang loker dan toilet!
Jadi sebelum aku memasuki kantin, aku sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan terburuk.
Tapi melihat situasinya, di sekolah ini sepertinya tidak ada tanda-tanda bahwa aku akan di-bully.
Mereka semua kelihatan ramah---maksudku lemah!
Hanya saja masing-masing dari mereka sudah memiliki teman sendiri.
Jadi tak mungkin tiba-tiba aku masuk ke tengah-tengah mereka, kemudian menawarkan diri, "Mau gua temenin?" Padahal mereka sudah punya teman.
Kenyataannya, akulah yang tidak punya teman di sini!
Sejujurnya aku bukan pemalu. Biasa malu-maluin malah. Tapi harga diriku terlalu tinggi untuk menawarkan diri dan bersikap ramah.
Itu sama sekali bukan gayaku!
Ramah bagiku artinya lemah.
Jika terpaksa harus melakukannya, aku lebih baik bermain siasat.
Dan untuk bermain siasat, modal utama yang kau butuhkan saat kau memasuki lingkungan yang baru adalah: Sok Asyik dan belagak Gila!
Lalu…
Aku melihat Mohammad Ismail duduk sendirian sembari menyesap secangkir kopi dan membaca buku. Sepiring kentang goreng tersaji utuh tanpa disentuhnya.
Aku tidak ingin tahu kenapa cowok itu hanya minum kopi dan sibuk membaca, tapi aku melihatnya sebagai peluang di saat aku sedang kebingungan menemukan tempat duduk.
Satu-satunya bangku kosong yang tersisa, hanya tinggal bangku di sampingnya, dan ia tidak makan secuil pun. "Elu lagi diet kali?" Tegurku sok akrab.
Cowok itu mendongak dan melirikku seraya tersenyum tipis. Lebih tepat disebut mencebik.
Dua orang cewek melirikku dan berbisik-bisik.
Aku menaruh nampan makananku di atas meja Mohammad Ismail, kemudian menarik sebuah bangku dan duduk di sampingnya tanpa menunggu persetujuan.
Situasi di sekelilingku mendadak gaduh ketika aku mulai duduk di samping cowok itu. Semua orang terdengar memekik dan menahan napas seperti ketika di dalam kelas---reaksi dramatis.
Cowok itu mengedar pandang dan menautkan alisnya, dari ekspresi wajahnya yang masam aku tahu cowok itu tidak terlalu senang dengan apa yang dilihatnya. Lalu ia mengamatiku dan juga isi nampanku.
"Apa?" semburku balas memelototinya sebelum ia sempat berkomentar. "Baru liat anak setan makan makanan manusia?"
Paling tidak kau harus bisa melucu!
Cowok itu terkekeh tipis dan menggeleng. Lalu kembali membaca bukunya.
Misi berhasil, batinku.
Sepasang mata melirikku dari meja sebelah.
Aku balas meliriknya seraya menjejalkan segarpu penuh kentang goreng ke dalam mulutku.
Sekarang dua anak perempuan berkerudung menatapku dengan raut wajah tak senang.
Aku menduga salah satu dari mereka mungkin fans cowok di sebelahku. Atau bisa jadi dua-duanya.
Apa boleh buat, pikirku. Si Patah hati adalah pengikut yang patuh!
Suatu saat nanti, mereka bisa jadi pengikutku.
Pada saat aku keluar dari kantin, kedua gadis berkerudung tadi menghadangku di depan pintu. Dan sebelum aku sempat bereaksi, keduanya tahu-tahu sudah menggamit lenganku dan menarikku.
Sejurus kemudian, seseorang tiba-tiba menangkap bahuku dari belakang dan menahanku.
Kedua gadis itu serempak berbalik dan memekik bersamaan. "Iis!"
Ternyata Mohammad Ismail. Jadi nama panggilannya Iis, pikirku.
Dengan sekali hentak, cowok itu akhirnya berhasil membebaskanku dari kedua gadis itu dan menarikku menjauh, kemudian melingkarkan sebelah tangannya di bahuku, tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Aku sempat melirik kedua gadis di belakangku sebelum kami menghilang di kelokan.
Dari raut wajah mereka, aku bisa melihat mereka cukup terpukul melihat Iis merangkul bahuku.
Barangkali pikir mereka, baru sehari sudah main rangkul-rangkulan!
"Lu ngapain sih pake acara gandeng gue segala?" Aku menggeram seraya mengedikkan bahuku dan melepaskan diri dari rangkulan Iis, setelah yakin kedua gadis tadi tidak melihat kami lagi.
Iis melepaskan rangkulannya dan memindahkan tangannya ke dalam saku celananya. Kemudian melirikku sepintas. "Apa susahnya bilang makasih?" sergahnya datar, kemudian mengalihkan perhatiannya kembali ke depan.
Aku balas meliriknya setengah mendelik. "Thanks!" Ungkapku singkat dan tercekat. Itu pun sembari mencibir.
Mungkin benar mengucapkan terima kasih itu tidak sulit, tapi bagiku tetap saja tidak mudah.
Iis tersenyum tipis seraya melirikku sekali lagi. Lalu menggeleng dan tak mengatakan apa-apa lagi.
Kelihatannya Iis termasuk tipe orang yang tidak banyak bicara kecuali untuk kata-kata pedas---tipe orang yang tidak akan menggangguku!
Sepertinya mulai besok aku tak perlu pindah tempat duduk lagi.
..._...
"Srikandi!" Wali Kelasku---Mr. Own menurunkan kacamata bacanya dan terbelalak ke arahku dari seberang meja.
Aku sudah bilang, aku paling benci nama asliku disebut!
"Panggil saja saya Kaka!" protesku seraya menunjuk bet namaku. Aku menemui Mr. Own di ruang guru itu sebetulnya untuk mengambil buku paket yang katanya wajib dimiliki setiap pelajar.
"Kamu sudah dapat loker?" Ia bertanya dengan logat khas bule yang tak pandai bilang "R".
Aku hanya mengedikkan bahuku sebagai jawaban atas pertanyaannya.
Justin Own adalah guru kesenian berkebangsaan Amerika yang sudah fasih berbahasa Indonesia, namun tak fasih bilang "R". Sosok tingginya yang terlihat tidak proporsional, mengingatkanku pada tokoh Shaggy dalam film Scooby-Doo. Potongan rambutnya yang berwarna tembaga bergaya plontos, mencuat di bagian depan. Dan ia selalu mengenakan kacamata baca berukuran kecil berbentuk bulat yang bertengger rendah di cuping hidungnya yang mancung melengkung seperti paruh burung hantu. Sepintas perilakunya juga mirip burung hantu.
Dan aku menjulukinya, Mr. Owl!
"Well..." Mr. Own bergumam rendah menyerupai dengung lebah yang sedang gelisah. "Tunggu sebentar," katanya seraya bangkit dari tempat duduknya dan mulai mengaduk-aduk isi lacinya. Tak lama ia mengeluarkan setumpuk file dan mulai memeriksanya dengan menggerak-gerakkan telunjuknya dari atas hingga ke bawah halaman kertas yang tengah dipegangnya.
Aku mulai mengerang bosan seraya memutar-mutar bola mataku. Urusan jatah loker saja bisa memakan waktu satu jam kalau gerakannya selamban ini, pikirku kesal.
"030," katanya seraya kembali menatapku melewati kacamatanya yang semakin melorot.
"Execuse me?" Entah kenapa nomor itu kedengarannya seperti kode buku ensiklopedia di perpustakaan.
"Nomor lokermu!" Mr. Own memberitahuku.
"Oh," gumamku konyol. Lalu tercenung menunggu Mr. Own memberitahuku di mana tepatnya ruang loker itu.
Tapi pria itu sepertinya mendadak lupa bahwa aku masih berdiri di situ.
"Mr. Own," panggilku lembut dengan sedikit tekanan. Bisa dikatakan setengah menggeram, sih!
Guru bule berkepribadian slow motion itu menurunkan kacamata lagi dan menatapku dari bagian atas kacamatanya.
Lupakan saja, batinku tak sabar. "Terimakasih," ungkapku seraya memaksakan senyum.
Tuan Burung Hantu itu menatapku sedikit tercengang dan meresponku sedemikian lambat, hingga aku merasa bahwa aku sedang tenggelam di dasar samudera dalam keadaan setengah tak sadar. "Sampai jumpa hari Rabu," katanya datar dan--apa lagi kalau bukan slow motion?!
Aku bisa sampai di ruang loker pada sore hari jika aku meminta bantuannya untuk mengantarku ke sana. Jadi aku memutuskan untuk mencarinya sendiri dan bertanya saja pada orang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Opunk KPJ
neraka terkutuk gak tuh kantin
pada saat kantong mulai kering di situlah saya merasa kantin sebagai neraka terkutuk 😆😝
2021-12-17
0
𝖂𝖎𝖉𝖞𝖆 𝕴𝖓𝖌𝖌𝖗𝖎𝖉
setuju aku soal hari pertama di sekolah baru, meskipun belum pernah pindah-pindah sekolah, tapi awal masuk SMU aku ngerasain banget kepisah sama temen SMP, terus ketemu orang baru di SMU dan gak ada yang kenal sama sekali 🤧
2021-12-13
1
Dini Safira
Kalo seumuran gua pasti yang jadi pacar Iis di sekolah... bukan begitu, is... bukan???
2021-11-27
0