Tiga

DID---Dissociative Identity Disorder atau gangguan identitas disosiatif merupakan gangguan kepribadian yang ditandai dengan lahirnya status kepribadian yang berbeda. Suatu kondisi yang membuat seseorang berdisosiasi atau mengembangkan lebih dari satu kepribadian alternatif yang diketahui secara sadar maupun tidak. Sebuah reaksi terhadap trauma sebagai cara untuk membantu seseorang menghindari kenangan buruk. Reaksi ini biasanya terjadi ketika seseorang tidak mampu lagi mengatasi rasa sakitnya.

Sebagian orang menyebutnya MPD---Multiple Personality Disorder atau gangguan kepribadian majemuk. Namun lebih dikenal dengan istilah kepribadian ganda.

.

.

.

.

.

"Benar," kata ayahku parau. "Kaka jelas punya masalah serius---dia menderita DID!"

"DID belum terbukti secara medis," bantah ibuku. "Bisa aja Kaka cuma cari perhatian!" Suara ibuku terdengar tipis. Begitu tipis hingga terasa tajam mengiris hatiku.

Cangkir kopi yang baru kuangkat dari meja sekarang bergetar di tanganku. Aku betul-betul tidak tahan lagi.

Tujuh tahun lamanya mereka membiarkan aku menunggu tanpa kepastian di bawah tekanan penindasan kedua bibiku, sampai aku memutuskan untuk pergi.

Pada hari aku dipukuli seperti anak anjing, aku bersumpah bahwa aku tidak mau lagi bergantung pada orang lain dan bertekad untuk jauh lebih kuat.

Diam dan tidak melawan membuatku diremehkan. 

Menjadi anak manis hanya membuatku seperti anak anjing.

Sejak saat itu, aku mulai benci belajar merajut, melakukan pekerjaan rumah dan semua kegiatan yang biasa dilakukan anak perempuan.

Pada saat itulah aku benci namaku!

Tiga tahun lamanya aku menjalani hidup mandiri sebagai pengamen, menantang kerasnya kehidupan jalanan demi bertahan hidup sendiri dan membiayai sekolah tanpa bantuan siapa pun, supaya aku tidak ditindas lagi hanya karena aku hidup menumpang.

Dan selama sebelas tahun itu kedua orang tuaku tidak peduli.

Sekarang mereka bilang aku cari perhatian?

"Gua gak butuh perhatian!" Aku berteriak nyalang, sementara cangkir kopi di tanganku terhempas keras mengenai pintu kamar mereka. "Gua gak butuh apa pun dari kalian!"

Seketika ayah-ibuku menghambur keluar kamar dan tersentak mendapatiku.

Keenam saudaraku dan juga Keyla---sepupuku, tergopoh-gopoh dari kamarnya dan berlarian ke ruang makan.

"Kaka!" Keyla memekik dengan tatapan marah. Lebih tepatnya memarahiku.

Lihat itu!

Keyla hanya sepupu, tapi dia tinggal di rumahku sementara aku menumpang pada nenekku, dan sekarang Keyla juga berani memarahiku.

Ibuku memandangiku dengan wajah terguncang dan sepasang matanya berkaca-kaca. Bibirnya bergetar menahan tangis akibat hardikanku. Membuat seisi rumah terenyuh, kemudian menghampirinya dan memelototiku.

Aku menatap ibuku dan semua orang yang berhimpun di sekelilingnya, Keyla, Ern dan Danielle. "Gua gede di jalan, Mom!" Sergahku seraya menepuk dada. "Ketiup angin!" Tandasku tajam.

"Kaka!" Ayahku berusaha menyela dan menghampiriku.

Tapi aku mengedikkan bahuku ketika ayahku berusaha menyentuhnya. "Gua gak butuh perhatian siapa pun," aku menambahkan seraya menyingkir.

Ayahku menghela napas berat dan mengembuskannya tak kalah berat, kemudian menatapku dengan raut wajah keruh.

Aku bergegas menuju kamarku dengan langkah-langkah lebar. Aku ingin mengemas semua barang-barangku dan secepatnya berganti pakaian. Aku memutuskan untuk kembali saja ke jalan dan takkan pernah kembali lagi ke rumah ini.

Tapi tiba-tiba Benjamin---kakakku yang paling tua, tahu-tahu sudah berdiri di ambang pintu dan menghadangku. "Monyet lu, pagi-pagi udah bikin rusuh. Mau jadi jaogan lu di mari?!" Cercanya seraya menoyor kepalaku.

"Oh, jadi elu jagoannya di mari?!" Semburku sembari mendelik dengan sikap mencela.

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat di pipiku. Dan refleks membuatku tak sadar---tahu-tahu aku sudah melayangkan lututku dan mendaratkannya di perut Benjamin.

BUGH!

Seisi ruangan menjerit menyaksikan tingkahku.

"Monyet!" Geram Benjamin seraya menjambak rambutku.

"Kaka! Abang!" Ayahku berteriak seraya menerjang ke arah kami. "Cukup!"

Tapi Benjamin sudah menyeretku dengan menjambak rambutku hingga ke teras rumah dan melemparku ke pekarangan.

"B.A.B.I!" Dengusku seraya memijat-mijat puncak kepalaku yang berdenyut-denyut.

Benjamin memiliki tubuh tinggi dan besar juga berotot. Sebut saja lebar. Atau luas. Terserah!

Yang pasti sangat mustahil untuk melawannya tanpa keahlian bela diri yang mumpuni. Bahkan jika kau mengikuti kelas karate, minimal kau sudah meraih sabuk hitam untuk bisa mengalahkannya.

Memukul Benjamin tidak ada bedanya dengan memukul beton.

Tapi harga diriku terus memberontak dan mendesakku untuk melawan. Dengan kepala merayang dan tatapan berkunang-kunang aku pun bangkit menghampirinya dengan menggenggam sebongkah batu bata yang kudapatkan secara sembarang.

"Kaka! Cukup!" Teriakan ayahku menghentikan langkahku seketika.

Buru-buru kusembunyikan tanganku di belakang tubuhku dan kujatuhkan batu bata di tanganku dengan diam-diam.

Dengan kerut wajah curiga ayahku mengawasiku dari ujung kepala hingga ujung kakiku.

Dan aku hanya terdiam seraya tertunduk dengan kedua tangan bersilang di belakang punggungku. 

Seketika aku mulai khawatir terancam sariawan karena tidak terbiasa menutup mulut. Biasanya kalau tidak mengoceh memarahi segala sesuatu, minimal aku harus bergunjing atau membual untuk melatih ketangkasan mulutku. 

Sebagai anak jalanan, mulutku juga perlu dilatih ilmu beladiri supaya aku bisa bertahan hidup. Hidup di jalan harus ahli bersilat lidah, meski kau tak ahli silat sungguhan.

Tapi benar kata orang, kita tak bisa menerapkan hukum jalanan di dalam rumah. Begitu juga sebaliknya.

Hukum jalanan tidak berlaku di sini. Terutama di depan ayahku.

Ayahku adalah seorang Komandan Militer yang menjunjung tinggi nilai-nilai disiplin dan kewibawaan.

Baru ditatapnya saja nyaliku sudah menciut.

Aku bisa mendengar Benjamin menahan tawa melihatku tak berkutik di depan ayahku.

Kulirik Benjamin sepintas melalui sudut mataku dan mendapatinya sedang menyeringai seraya bersilang tangan dan menyandarkan sebelah bahunya pada pilar di depan pintu masuk. Tampangnya yang mencemooh terlihat menjengkelkan dan membuat isi kepalaku kembali mendidih. Aku akan membunuhnya lain kali. Nanti, saat Pak Tua ini lengah. Barangkali besok pagi, kalau tidak kesiangan.

Mungkin juga lebaran!

Lebaran Haji!

Lebaran Haji Muhidin!

Siapa lagi coba Haji Muhidin? Kalian pasti bertanya-tanya.

Haji Muhidin adalah tetangga kami. Dan ia memiliki kebiasaan berjalan pelan seperti siput. Menunggu Haji Muhidin tidak ada bedanya dengan menunggu lebaran haji.

Kenapa aku jadi membahas Haji Muhidin?

Aku betul-betul butuh secangkir kopi!

Di mana aku bisa mendapatkannya sekarang? Pikirku.

Kulayangkan pandanganku ke jalan raya yang membentang di depan pagar pembatas pekarangan rumahku dan melihat sebuah bus sedang meluncur menuju jalan di depan rumahku. Kulirik ayahku sesaat sebelum akhirnya menghambur keluar area rumahku dan menerjang ke tengah jalan mencegat bus itu.

"Srikandi!" Ayahku berteriak terkejut menyadari aku melarikan diri. Aku benci mendengar namaku disebut. Terutama karena aku tahu ayahku takkan meneriaki anaknya dengan menyebutkan nama kecuali sesuatu betul-betul salah. Dan itu hanya berarti satu hal--Ayahku betul-betul marah sekarang!

Kakiku terasa sakit ketika aku mencoba mengayunkan kakiku menaiki bus itu. Sepertinya kakiku terkilir setelah menendang perut Benjamin tadi. Kekuatan fisiknya memang betul-betul tidak bisa diremehkan.

Seisi rumah berlarian ke luar pekarangan mencoba menghentikanku. Tapi mereka semua terlambat. Bus yang kunaiki sudah meluncur ketika langkah mereka baru mencapai trotoar.

"Bye, JF!" Gumamku licik sembari cengar-cengir.

Terpopuler

Comments

dyz_be

dyz_be

Anaknya bukan sih??
Qo malah terlantar begitu...

2022-07-24

1

Hendra Dwi M

Hendra Dwi M

tuh udah aku kasih kopi buat kaka, biar sabar nunggu haji muhidin buat dinaekin 😆

2022-01-09

2

ZaZa

ZaZa

Haji muhidin ohhhh haji muhidin

2021-12-17

0

lihat semua
Episodes
1 Prelude
2 Satu
3 Dua
4 Tiga
5 Empat
6 Lima
7 Enam
8 Tujuh
9 Delapan
10 Sembilan
11 Sepuluh
12 Sebelas
13 Dua Belas
14 Tiga Belas
15 Empat Belas
16 Lima Belas
17 Enam Belas
18 Tujuh Belas
19 Delapan Belas
20 Sembilan Belas
21 Dua Puluh
22 Dua Puluh Satu
23 Dua Puluh Dua
24 Dua Puluh Tiga
25 Dua Puluh Empat
26 Dua Puluh Lima
27 Dua Puluh Enam
28 Dua Puluh Tujuh
29 Dua Puluh Delapan
30 Dua Puluh Sembilan
31 Tiga Puluh
32 Tiga Puluh Satu
33 Tiga Puluh Dua
34 Tiga Puluh Tiga
35 Tiga Puluh Empat
36 Tiga Puluh Lima
37 Tiga Puluh Enam
38 Tiga Puluh Tujuh
39 Tiga Puluh Delapan
40 Tiga Puluh Sembilan
41 Empat Puluh
42 Empat Puluh Satu
43 Empat Puluh Dua
44 Empat Puluh Tiga
45 Empat Puluh Empat
46 Empat Puluh Lima
47 Empat Puluh Enam
48 Empat Puluh Tujuh
49 Empat Puluh Delapan
50 Empat Puluh Sembilan
51 Lima Puluh
52 Lima Puluh Satu
53 Lima Puluh Dua
54 Lima Puluh Tiga
55 Lima Puluh Empat
56 Lima Puluh Lima
57 Lima Puluh Enam
58 Lima Puluh Tujuh
59 Lima Puluh Delapan
60 Lima Puluh Sembilan
61 Enam Puluh
62 Enam Puluh Satu
63 Enam Puluh Dua
64 Enam Puluh Tiga
65 Enam Puluh Empat
66 Enam Puluh Lima
67 Enam Puluh Enam
68 Enam Puluh Tujuh
69 Enam Puluh Delapan
70 Enam Puluh Sembilan
71 Tujuh Puluh
72 Tujuh Puluh Satu
73 Tujuh Puluh Dua
74 Tujuh Puluh Tiga
75 Tujuh Puluh Empat
76 Tujuh Puluh Lima
77 Tujuh Puluh Enam
78 Tujuh Puluh Tujuh
79 Tujuh Puluh Delapan
80 Tujuh Puluh Sembilan
81 Delapan Puluh
82 Delapan Puluh Satu
83 Delapan Puluh Dua
84 Delapan Puluh Tiga
85 Delapan Puluh Empat
86 Delapan Puluh Lima
87 Delapan Puluh Enam
88 Delapan Puluh Tujuh
89 Delapan Puluh Delapan
90 Delapan Puluh Sembilan
91 Sembilan Puluh
92 Sembilan Puluh Satu
93 Sembilan Puluh Dua
94 Sembilan Puluh Tiga
95 Sembilan Puluh Empat
96 Sembilan Puluh Lima
97 Sembilan Puluh Enam
98 Sembilan Puluh Tujuh
99 Sembilan Puluh Delapan
100 Sembilan Puluh Sembilan
101 Seratus
102 Singa.Co
103 Singa.Co2
104 Postlude
105 Special Thanks!
Episodes

Updated 105 Episodes

1
Prelude
2
Satu
3
Dua
4
Tiga
5
Empat
6
Lima
7
Enam
8
Tujuh
9
Delapan
10
Sembilan
11
Sepuluh
12
Sebelas
13
Dua Belas
14
Tiga Belas
15
Empat Belas
16
Lima Belas
17
Enam Belas
18
Tujuh Belas
19
Delapan Belas
20
Sembilan Belas
21
Dua Puluh
22
Dua Puluh Satu
23
Dua Puluh Dua
24
Dua Puluh Tiga
25
Dua Puluh Empat
26
Dua Puluh Lima
27
Dua Puluh Enam
28
Dua Puluh Tujuh
29
Dua Puluh Delapan
30
Dua Puluh Sembilan
31
Tiga Puluh
32
Tiga Puluh Satu
33
Tiga Puluh Dua
34
Tiga Puluh Tiga
35
Tiga Puluh Empat
36
Tiga Puluh Lima
37
Tiga Puluh Enam
38
Tiga Puluh Tujuh
39
Tiga Puluh Delapan
40
Tiga Puluh Sembilan
41
Empat Puluh
42
Empat Puluh Satu
43
Empat Puluh Dua
44
Empat Puluh Tiga
45
Empat Puluh Empat
46
Empat Puluh Lima
47
Empat Puluh Enam
48
Empat Puluh Tujuh
49
Empat Puluh Delapan
50
Empat Puluh Sembilan
51
Lima Puluh
52
Lima Puluh Satu
53
Lima Puluh Dua
54
Lima Puluh Tiga
55
Lima Puluh Empat
56
Lima Puluh Lima
57
Lima Puluh Enam
58
Lima Puluh Tujuh
59
Lima Puluh Delapan
60
Lima Puluh Sembilan
61
Enam Puluh
62
Enam Puluh Satu
63
Enam Puluh Dua
64
Enam Puluh Tiga
65
Enam Puluh Empat
66
Enam Puluh Lima
67
Enam Puluh Enam
68
Enam Puluh Tujuh
69
Enam Puluh Delapan
70
Enam Puluh Sembilan
71
Tujuh Puluh
72
Tujuh Puluh Satu
73
Tujuh Puluh Dua
74
Tujuh Puluh Tiga
75
Tujuh Puluh Empat
76
Tujuh Puluh Lima
77
Tujuh Puluh Enam
78
Tujuh Puluh Tujuh
79
Tujuh Puluh Delapan
80
Tujuh Puluh Sembilan
81
Delapan Puluh
82
Delapan Puluh Satu
83
Delapan Puluh Dua
84
Delapan Puluh Tiga
85
Delapan Puluh Empat
86
Delapan Puluh Lima
87
Delapan Puluh Enam
88
Delapan Puluh Tujuh
89
Delapan Puluh Delapan
90
Delapan Puluh Sembilan
91
Sembilan Puluh
92
Sembilan Puluh Satu
93
Sembilan Puluh Dua
94
Sembilan Puluh Tiga
95
Sembilan Puluh Empat
96
Sembilan Puluh Lima
97
Sembilan Puluh Enam
98
Sembilan Puluh Tujuh
99
Sembilan Puluh Delapan
100
Sembilan Puluh Sembilan
101
Seratus
102
Singa.Co
103
Singa.Co2
104
Postlude
105
Special Thanks!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!