Pertemuan kedua dengan Narendra

Selama seminggu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, keadaan Wanda terlihat semakin membaik. Dengan uang yang Alisha dapatkan, tumor ganas yang bersarang di dadanya berhasil diangkat.

Wanda terlihat begitu bahagia sebab sang putri setia berada di sisinya dan selalu melayani dengan setulus hati. Hanya Alisha pelita hidupnya. Satu-satunya keluarga yang mengerti benar bagaimana kondisi dia.

Alisha adalah gadis yang baik. Wanda mendidiknya dengan cara hidup yang baik sekalipun lingkungan sekitar tempat tinggal mereka dipenuhi dengan kubangan dosa.

Wanda tetap menyekolahkan Alisha meski dengan kondisi keuangan yang pas-pasan. Mengajarkan putrinya bagaimana beriman pada Tuhan, serta tidak memilih-milih teman dalam pergaulan.

Sebagai orang tua tunggal, Wanda bahkan bisa menjadi ayah dan ibu dalam satu waktu. Namun, semenjak dirinya sakit, Alisha lah yang menggantikan perannya dalam mengais rezeki. Gadis itu terpaksa banting tulang dan rela tak melanjutkan sekolahnya demi merawat dia.

Pagi itu, Alisha yang merasa lapar sengaja meninggalkan ibunya untuk mencari makanan. Sebuah kantong plastik berisi dua bungkus nasi rames ia tenteng di tangan kanan ketika kembali ke rumah sakit.

Namun, langkah kakinya mendadak terhenti ketika sepasang matanya menangkap sesosok pria yang baginya sudah tidak asing tengah berjalan di lobi rumah sakit. Tanpa pikir panjang, Alisha segera berlari demi bisa menghentikan pria itu.

"Pak Narendra!"

Pria dengan stelan jas rapi itu sontak menghentikan langkah mendengar namanya diserukan. Ia berbalik badan dan mendapati seorang gadis tengah tergopoh-gopoh mendatanginya.

"Selamat pagi, Pak. Apa Bapak masih mengenal saya?" Dengan napas terengah-engah Alisha bertanya. Gadis dengan balutan kaus warna hitam itu menatap sosok di depannya dengan wajah penuh harap. Tangan kanan masih menenteng kantong plastik, sementara tangan kirinya bergerak menyelipkan sulur rambut yang berantakan ke belakang telinga.

Pria bernama Narendra itu masih bergeming, menatap Alisha lekat dengan kening yang berkerut seperti tengah berusaha keras mengingat-ingat. Selama ini tak pernah ada seorang gadis pun yang berani memanggilnya di tempat umum seperti ini selain putri kandungnya sendiri.

"Bapak mengenal dia?" Sang Asisten yang selalu turut serta di mana pun dia berada akhirnya angkat bertanya setelah sejak tadi hanya diam memperhatikan.

Pria dengan balutan jas rapi yang berusia lebih muda darinya itu mendekat selagi berbisik dengan sikap hormat.

"Jika gadis ini mengganggu kenyamanan Anda, saya akan segera tangani, Pak."

"Tunggu Adrian." Narendra mengangkat tangannya untuk menahan Adrian bergerak. Namun, tatapannya sama sekali tak beralih dari Alisha.

Pria berhidung bangir itu maju selangkah mendekati Alisha yang masih berdiri di tempatnya. Narendra mengamati gadis itu dengan seksama sebelum kemudian melontarkan kata tanya.

"Kamu siapa?"

"Saya Alisha, Pak." Alisha tanpa ragu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. "Saya adalah gadis yang bapak beri uang dengan cuma-cuma sekitar seminggu yang lalu. Apa Bapak masih mengingat saya?"

"Hey, memangnya siapa kamu sampai orang sepenting Pak Narendra harus mengingat kamu!"

"Adrian." Meski Narenda menyebut nama sang asisten dengan nada pelan, tetapi hal itu cukup ampuh mengendalikan Adrian yang sepertinya mulai tak tahan. Pria itu sontak menganggukkan kepala dan mundur selangkah berdiri di belakang Narendra dengan sikap patuhnya seperti biasa.

Narendra kembali memfokuskan pandangan pada Alisha di depannya. Hanya seorang gadis lugu dengan balutan pakaian yang sederhana. Namun, siapa sangka jika seminggu yang lalu ia begitu berani menawarkan keperawanannya melalui jasa seorang mucikari dengan harga yang fantastis.

Sudut bibir Narendra terangkat sempurna hingga membentuk sebuah senyuman. Penampilan Alisha sangat berbeda dengan saat pertama kali mereka berjumpa. Jadi tak heran jika dirinya nyaris tak mengenali Alisha yang sekarang.

Maka tanpa ragu lagi, Narendra menyambut uluran tangan Alisha yang sejak tadi tampak tak lelah menggantung di udara.

"Senang bertemu denganmu untuk yang kedua kalinya," ucapnya dengan senyuman yang menawan.

***

Mobil mewah milik Narendra akhirnya melaju kencang meninggalkan rumah sakit di bawah kendali Adrian. Dua pria yang selalu bersama itu hanya saling diam hingga beberapa lama menempuh perjalanan.

Dari kaca spion depan, diam-diam Adrian memperhatikan wajah atasannya dengan seksama. Narendra tampaknya menyembunyikan sesuatu hingga membuatnya ketinggalan berita. Karena tak tahan disiksa oleh rasa penasaran, pada akhirnya Adrian memutuskan bertanya pada Narendra.

"Pak, boleh saya bertanya?"

Pertanyaan Adrian sukses membuat Narendra tersadar dari lamunannya. Pria itu setengah terperanjat, kemudian menoleh dan menatap Adrian melalui kaca spion depan.

"Ya, Adrian? Kau tadi bicara apa?" tanyanya kemudian.

Adrian mengulas senyum. Ia sudah bisa pastikan jika sang bos besar tengah memikirkan sesuatu hal hingga tak mendengar apa yang dirinya katakan barusan.

"Seperti Bapak tengah memikirkan sesuatu hal sampai-sampai tidak mendengar apa yang saya katakan. Bolehkah saya tau apa itu, Pak?"

Narendra sontak tersenyum ketika melihat asistennya bertanya setengah menggoda. Ia bisa pastikan jika Adrian sebenarnya tahu apa yang saat ini tengah berputar-putar di otaknya. Hanya saja, pria itu ingin mendengar sendiri dari bibirnya.

"Gadis tadi, apa kau tahu dia siapa?" Narendra terlebih dahulu bertanya sebelum memulai ceritanya. Ia menatap Adrian dari kaca spion depan, pria itu tampak mengernyit kening sebelum kemudian menggelengkan kepala. "Dia adalah gadis yang ku-booking seminggu lalu dari Debby."

Adrian sedikit menggeser bola matanya ke kiri sebelum kemudian mengangguk paham. Ia memang yang mengurus segala keperluan Narendra ketika bekerja, begitu pula dengan urusan booking-membooking para wanita malam. Namun, hanya sebatas itu saja, sebab untuk pemilihan wanitanya sendiri dan selebihnya, Narendra sendirilah yang mengurusnya. Jadi wajar saja jika dia tak tahu menahu dengan wajah-wajah wanita yang pernah bersinggungan dengan Narendra.

"Namanya adalah Alisha. Umurnya juga masih muda. Kau tahu apa yang membuatnya berbeda dari yang lainnya?" Narendra menjeda ucapannya untuk mengamati ekspresi Adrian. "Di saat orang lain rela menjual kesuciannya demi segepok uang hanya untuk berfoya-foya, Alisha justru rela mengorbankan kesuciannya demi sang ibu yang sakit parah."

Ingatan Narendra kembali melompat pada kejadian seminggu silam. Di mana ketika itu ia membooking seseorang untuk menjadi miliknya semalaman.

Seperti biasanya, Debby akan menyiapkan seorang wanita di sebuah kamar hotel yang menjadi tempat transaksi. Narendra segera menghampiri kamar itu setelah mendapatkan kode dari Debby.

Narendra membuka pintu dan mendapati seorang gadis cantik dengan pakaian seksi seorang diri. Ia adalah pria normal, yang mana langsung bergairah melihat makhluk indah tampak berdiri nyata di depan mata.

Awal pertemuan Alisha memang terlihat takut hingga tubuhnya gemetaran. Namun, bagi Narendra itu adalah hal wajar, mengingat jika Alisha memanglah masih perawan seperti yang Debby katakan. Wanita berambut blonde itu bahkan tak segan mematok harga mahal untuk seorang Alisha. Dan untuk gadis yang belum berpengalaman dan masih takut-takut seperti Alisha ini, Narendra sudah memiliki jurus ampuh untuk bisa menaklukkannya.

"Kau Alisha?" tanyanya memastikan.

Gadis itu langsung mengangguk, lantas menjawab dengan terbata. "Bb–benar."

Narendra mengamati penampilan si gadis dengan seksama. Kulit putih mulus dengan tonjolan dada yang pas digenggaman, rambut panjang nan indah yang dibiarkan tergerai bebas, serta wajah cantik dengan bibir ranum nan menggoda. Ia bahkan langsung membayangkan, bercinta dengan gadis ini akan senikmat apa.

Narendra melepaskan jas dan dasinya. Membuka tiga kancing paling atas, lalu kemudian mendudukkan diri di sofa panjang.

"Kemarilah," titahnya pada Alisha sembari menggerakkan telunjuknya sebagai isyarat.

Gadis itu mengangguk patuh sebelum kemudian bergerak mendekat. Seolah-olah tak menyangka, Alisha memekik kaget lantaran Narendra menariknya dengan gerakan cepat hingga tubuhnya berlabuh di pangkuan. Alisha kian membelalak dan nyaris meronta andai kata tak mengingat gunanya apa diirinya berada di sana.

Narendra memindai tubuh gemetaran Alisha dengan tatapan lapar, lalu kemudian hendak menyambar bibir gadis itu tanpa belas kasihan.

Namun sayangnya, Alisha bergerak cepat melepaskan diri hingga membuat Narendra kecewa dan membentak gadis itu dengan penuh kemarahan.

"Hey, apa yang kau lakukan! Kau pikir bisa lari dariku begitu saja, hah!"

Terpopuler

Comments

lovely

lovely

smoga sja di tolong Dante

2022-06-15

0

Noktafia Diana Citra

Noktafia Diana Citra

Masih lanjut maraton 😍

2022-03-15

1

lihat semua
Episodes
1 Pria Hidung Belang
2 Pengorbanan
3 Keluarga Narendra
4 Kang Ojek
5 Pertemuan kedua dengan Narendra
6 Gadis luar biasa
7 Iri
8 Berondong
9 Kamu?
10 Malu Sama Yang Maha Kuasa
11 Anugerah?
12 Nggak salah lagi
13 Entah kebetulan atau memang dirancang Tuhan
14 Perlu diruqyah
15 Gontai
16 Boleh ngomong sesuatu?
17 Andai saja
18 Gombal Amoh
19 Dia siapa?
20 Dia pilih kabur
21 Entahlah
22 Tercengang
23 Senang atau balas dendam
24 Ada bahuku
25 Pembicaraan Ayah dan Anak
26 Menatap jijik
27 Seperti petir menyambar
28 Tuduhan Lara
29 Jaga dia dengan baik
30 Bernegosiasi
31 Pertemuan dua keluarga
32 Pertemuan dengan seseorang
33 Sekali ini saja
34 Luka yang paling hebat
35 Rencana besar Robby
36 Kecewa yang berulang
37 Jiwa yang rapuh
38 Ah, manisnya
39 Senang Berkenalan
40 Pertemuan dua keluarga
41 Harus bisa!
42 Bisakah waktu diulang kembali?
43 Belum muhrim
44 Lagi-lagi ingat dia
45 Air mata bodoh
46 Dingin dan menjengkelkan
47 Benarkah ujian datang untuk mengangkat derajat makhluk Tuhan?
48 Gara-gara Sena
49 Gue memang gini orangnya
50 Amplop coklat
51 Bawa Alisha kemari
52 Merasa Berat
53 Diboyong
54 Hanya akan kuliah
55 Terbongkarnya rahasia Helena
56 Suara itu?
57 Mencekam
58 Aku juga mamamu
59 Siapa yang salah, siapa yang marah
60 Harap semu
61 Memiliki kesamaan
62 Nyeri di ulu hati
63 Marcel
64 Sini gabung
65 Nyaris menitikkan air mata
66 Batin yang berperang
67 Jangankan sekali, seumur hidup juga berani
68 Mata nakal
69 Tidak peduli tapi masih perhatian
70 Kupu-kupu dan kebun bunga
71 Calon tunangan yang tak pernah diharapkan
72 Dosa masa lalu
73 Ingin cemburu, tapi siapalah aku?
74 Seandainya saja
75 Kok jadi gini
76 David?
77 Belum siap
78 Calon besan Papa
79 Tak kusangka
80 Tersesat
81 Kalap hingga main tabrak
82 Terkejut
83 Sifat Dante sejak kecil
84 Hanya saja ...
85 Penyesalan Robby
86 Permintaan Lara
87 Perubahan Dante di mata Robby
88 Siapa Boy?
89 Model dadakan
90 Nikah beneran yuk
91 Pengantin bar-bar
92 Siapa yang kau cinta?
93 Dasar rakus
94 Perlakuan Marcel
95 Kecerobohan yang disengaja
96 Baper yang salah tempat
97 Harimau lapar
98 Kamu paham?
99 Kerasukan iblis
100 Jangan Alisha!
101 Memfitnah diri sendiri
102 Pertemuan Dante dengan Sena
103 Sosok di kegelapan
104 Penguntit amatiran
105 Dalam persembunyian
106 Kehilangan jati diri
107 Tuhan tidak tidur
108 Masuk dalam jebakan
109 Pertolongan Tuhan itu nyata
110 Rencana Dante
111 Bukan lagi calon tunangan
112 Kamu percaya sama aku, kan?
113 Tak lagi sama seperti dulu
114 Kesombongan yang bukan pada tempatnya
115 Lima jam
116 Selamat tinggal pada dunia?
117 Nggak terima
118 Kelar
119 Cantik versi masing-masing
120 Memiliki rasa tapi tak mampu menyatakannya
121 Ketakutan Lara
122 Saudara selamanya
123 Pemeran pengganti yang tak diinginkan
124 Dendam, kah?
125 Panas
126 Firasat buruk
127 Pertunangan (Ending)
Episodes

Updated 127 Episodes

1
Pria Hidung Belang
2
Pengorbanan
3
Keluarga Narendra
4
Kang Ojek
5
Pertemuan kedua dengan Narendra
6
Gadis luar biasa
7
Iri
8
Berondong
9
Kamu?
10
Malu Sama Yang Maha Kuasa
11
Anugerah?
12
Nggak salah lagi
13
Entah kebetulan atau memang dirancang Tuhan
14
Perlu diruqyah
15
Gontai
16
Boleh ngomong sesuatu?
17
Andai saja
18
Gombal Amoh
19
Dia siapa?
20
Dia pilih kabur
21
Entahlah
22
Tercengang
23
Senang atau balas dendam
24
Ada bahuku
25
Pembicaraan Ayah dan Anak
26
Menatap jijik
27
Seperti petir menyambar
28
Tuduhan Lara
29
Jaga dia dengan baik
30
Bernegosiasi
31
Pertemuan dua keluarga
32
Pertemuan dengan seseorang
33
Sekali ini saja
34
Luka yang paling hebat
35
Rencana besar Robby
36
Kecewa yang berulang
37
Jiwa yang rapuh
38
Ah, manisnya
39
Senang Berkenalan
40
Pertemuan dua keluarga
41
Harus bisa!
42
Bisakah waktu diulang kembali?
43
Belum muhrim
44
Lagi-lagi ingat dia
45
Air mata bodoh
46
Dingin dan menjengkelkan
47
Benarkah ujian datang untuk mengangkat derajat makhluk Tuhan?
48
Gara-gara Sena
49
Gue memang gini orangnya
50
Amplop coklat
51
Bawa Alisha kemari
52
Merasa Berat
53
Diboyong
54
Hanya akan kuliah
55
Terbongkarnya rahasia Helena
56
Suara itu?
57
Mencekam
58
Aku juga mamamu
59
Siapa yang salah, siapa yang marah
60
Harap semu
61
Memiliki kesamaan
62
Nyeri di ulu hati
63
Marcel
64
Sini gabung
65
Nyaris menitikkan air mata
66
Batin yang berperang
67
Jangankan sekali, seumur hidup juga berani
68
Mata nakal
69
Tidak peduli tapi masih perhatian
70
Kupu-kupu dan kebun bunga
71
Calon tunangan yang tak pernah diharapkan
72
Dosa masa lalu
73
Ingin cemburu, tapi siapalah aku?
74
Seandainya saja
75
Kok jadi gini
76
David?
77
Belum siap
78
Calon besan Papa
79
Tak kusangka
80
Tersesat
81
Kalap hingga main tabrak
82
Terkejut
83
Sifat Dante sejak kecil
84
Hanya saja ...
85
Penyesalan Robby
86
Permintaan Lara
87
Perubahan Dante di mata Robby
88
Siapa Boy?
89
Model dadakan
90
Nikah beneran yuk
91
Pengantin bar-bar
92
Siapa yang kau cinta?
93
Dasar rakus
94
Perlakuan Marcel
95
Kecerobohan yang disengaja
96
Baper yang salah tempat
97
Harimau lapar
98
Kamu paham?
99
Kerasukan iblis
100
Jangan Alisha!
101
Memfitnah diri sendiri
102
Pertemuan Dante dengan Sena
103
Sosok di kegelapan
104
Penguntit amatiran
105
Dalam persembunyian
106
Kehilangan jati diri
107
Tuhan tidak tidur
108
Masuk dalam jebakan
109
Pertolongan Tuhan itu nyata
110
Rencana Dante
111
Bukan lagi calon tunangan
112
Kamu percaya sama aku, kan?
113
Tak lagi sama seperti dulu
114
Kesombongan yang bukan pada tempatnya
115
Lima jam
116
Selamat tinggal pada dunia?
117
Nggak terima
118
Kelar
119
Cantik versi masing-masing
120
Memiliki rasa tapi tak mampu menyatakannya
121
Ketakutan Lara
122
Saudara selamanya
123
Pemeran pengganti yang tak diinginkan
124
Dendam, kah?
125
Panas
126
Firasat buruk
127
Pertunangan (Ending)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!