Seorang pria tampak berjalan memasuki rumahnya yang megah usai turun dari sebuah mobil mewah. Pria paruh baya yang masih terlihat muda dan tegap itu langsung berjalan menuju kamar. Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Pantas saja jika suasana rumah itu sudah lengang seperti tak berpenghuni.
Membuka sebuah pintu berukuran besar, ia menghela napas dalam melihat istrinya sudah terlelap di atas ranjang. Seperti biasa, wanita itu akan menutup wajahnya dengan masker kecantikan, lantas menutupi area matanya dengan irisan timun untuk menghadirkan sensasi menenangkan.
Alih-alih berpenampilan seksi untuk menyambut kedatangan sang suami, tak jarang belasan rol rambut juga memenuhi kepalanya yang terang saja membuat pria mana pun langsung kehilangan gairah meski nafsu sudah membuncah.
Wanita itu terlalu sibuk menjaga penampilan hingga melupakan kewajiban. Beruntung, ia memiliki dada yang lapang hingga masih bisa bersabar sampai sekarang.
Rendra hanya bisa mendesah kasar sambil berlalu menuju kamar mandi. Sedikit pun ia tak berniat mengganggu istrinya yang terlihat begitu nyaman dengan keadaannya sekarang ini. Ia sudah hapal betul bagaimana tabiat sang istri. Wanita itu tak segan marah-marah jika ia meminta jatah. Lebih-lebih jika sudah siap dengan serangkaian amunisi untuk kecantikan wajahnya.
Itulah yang membuat Rendra lantas memilih wanita ****** sebagai pelarian untuk menyalurkan segala hasratnya. Apa lagi yang membuat dia merasa berat? Uangnya banyak. Perusahaan di mana-mana. Tinggal tunjuk dan keluarkan beberapa nominal uang, maka wanita cantik dan muda akan dengan senang hati membuka pahanya.
Rendra memang merasa beruntung untuk segi finansial. Namun, tidak demikian dengan kehidupan rumah tangganya. Mungkin orang di luaran sana berpikir ia sangat bahagia. Bergelimang harta, memiliki istri cantik berwibawa dan mempunyai putri yang jelita. Akan tetapi, satu pun dari mereka tak ada yang tahu bagaimana kehidupannya di atas ranjang. Tak ada yang tahu bagaimana seringnya ia menelan kecewa dan memendam hasrat tak tersalurkan.
Rendra bukanlah tipe pria suka selingkuh. Lebih-lebih lagi berpoligami. Ia perlu menjaga citra diri dan nama baik keluarga. Dengan alasan itu, ia cenderung menyukai pelayanan se*s komersial tanpa sebuah ikatan. Ia hanya perlu membayar jasa, dan setelah transaksi usai maka selesai pula ikatan kerja sama di antara mereka.
Tak jarang, para mucikari yang ia hubungi itu menawarkan gadis virgin dengan harga yang fantastis. Memang para gadis itu rata-rata masih lugu dan sama sekali belum berpengalaman. Namun, dengan uang banyak sebagai iming-iming, mereka akan terpacu untuk memberikan yang terbaik dan terang saja itu bisa memuaskan libidonya.
Kucuran air hangat dari shower rupanya cukup menyegarkan tubuh Narendra. Dengan hanya mengenakan piyama mandi, ia melangkah keluar kamar dan mendatangi sebuah ruangan di dalam rumahnya yang diatur sedemikian rupa hingga menyerupai sebuah mini bar.
Diambilnya sebuah botol vodka dari lemari kaca sebelum kemudian menuangkan isinya ke dalam gelas kristal. Minuman mengandung alkohol yang konon berasal dari Rusia itulah yang kerap kali jadi pelampiasan segala kekacauan di otaknya. Rendra berpikir, mungkin dengan dirinya mabuk, ia bisa melupakan semua kepahitannya barang sejenak saja. Nyatanya, hingga menghabiskan beberapa cawan, pikirannya masih saja jernih seperti sebelumnya.
Ah, gara-gara mengingat peristiwa yang dialaminya tadi, tanpa sadar sebuah senyuman terkembang di bibir seorang Narendra Hartawan. Sosok gadis bernama Alisha kembali menari di pelupuk mata. Gadis itu hanya seumuran putrinya. Namun, ia bahkan memiliki tingkat kedewasaan melebihi istrinya.
Masih larut dalam kelana angan, perhatian Rendra yang tengah menimang-nimang gelas berisi vodka itu ditarik paksa oleh sebuah suara. Dan ia hapal betul dari bibir siapakah suara racauan itu berasal.
Rendra segera bangkit dari posisinya, melangkah cepat menuju ruang tamu yang ternyata menyuguhkan sebuah pemandangan yang benar-benar membuatnya naik pitam.
Anak gadisnya tengah berjalan sempoyongan. Ia meracau tidak jelas sambil tertawa tak karuan. Sudah lebih dari pukul dua dini hari dan dia baru saja pulang dalam keadaan seperti ini. Ia masih gadis remaja, tetapi cara berpakaiannya sudah seperti wanita dewasa. Pakaian dengan model terbuka, lebih-lebih lagi bau alkohol menguar dari mulutnya. Sebagai putri tunggal, apa yang akan Narendra harapkan untuk kelangsungan bisnisnya kelak jika sang putri selalu seperti ini?
"Lara! Apa saja yang kau lakukan hingga pulang selarut ini!" Suara bentakan Narendra menggema di kesunyian malam. Ia meraih lengan putrinya, lantas mencengkeram dengan kuat.
"Papa?" Lara mengerjapkan matanya, seolah-olah tengah memastikan dengan jelas siapakah yang ada di depannya. "Ini Papa? Beneran Papa? Pa, sejak kapan Papa mempunyai saudara kembar? Hahaha, lucu sekali. Papa sekarang jadi dua! Yeyyy, aku punya papa dua!" serunya kegirangan di sela tawa. Namun, sesaat kemudian, gadis cantik bersurai coklat itu memekik kala sebuah tamparan menyapa tepat di pipi kirinya.
Tak terdengar suara mengaduh atau rintihan. Lebih-lebih protes akan tindakan Narendra yang begitu kasar. Lara hanya diam selagi memegangi pipinya yang mendadak lebam dan kemerahan. Nyeri di sana tak sebanding dengan nyeri di hatinya. Gadis itu masih membeku dengan kepala memaling ke arah kanan.
"Siapa yang mengizinkanmu mabuk-mabukan seperti ini, Lara! Kenapa kau merusak dirimu sendiri seperti ini!" Suara lantang Narendra kembali menggema. Sorot matanya terarah begitu menusuk pada sosok kacau sang putri yang seketika refleks memejamkan mata sambil menutup telinganya dengan sebelah tangan.
Alih-alih menjawab tanya sang papa, Lara justru mengempaskan tangan Narendra lalu berucap dengan nada menyepelekan.
"Papa ini berisik! Aku hanya sedang merayakan sesuatu hal, Papa. Biarkan aku bersenang-senang sebentar!" Mengabaikan wajah marah sang papa, Lara berlalu dengan langkah sempoyongan.
"Dasar anak tidak tau adab. Papa belum selesai bicara, Lara!"
Rendra yang kadung terbakar emosi pun tak mau tinggal diam. Ia meraih pergelangan tangan putrinya, lantas menyeret gadis itu sampai ke dalam kamar. Mengabaikan Lara yang berupaya meronta, Rendra membawa masuk putrinya pada bilik kamar mandi berdinding kaca. Tangan kokohnya dengan cekatan meraih gagang shower yang tergantung. Ia lantas tanpa segan mengarahkan semburan air dingin ke tubuh putrinya hingga membasahi sekujur badan.
"Papa hentikan! Papa apa-apanya, sih!"
Lara gelagapan. Sembari berteriak, tangan gadis itu menggapai-gapai hendak merebut shower dari tangan Narendra meski itu sia-sia. Merasa geram dan marah oleh tindakan papanya, memaksa Lara berbicara keras dan itu sukses membuat jantung Narendra seperti diremas.
"Bunuh, Pa! Bunuh saja Lara sekalian! Percuma saja Lara hidup di dunia jika semua yang Lara lakukan tidak ada benarnya di mata Papa!"
Plak!
Satu tamparan lagi mendarat di pipi Lara akibat Narendra hilang kendali. Namun, seketika pria itu menyesali tindakannya sebab melihat kepala putrinya membentur tepian bath up sebelum kemudian tersungkur ke lantai dengan dahi yang berdarah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Noktafia Diana Citra
Bikin nagih ceritanya 😍
2022-03-15
1
Syala Yaya (IG @syalayaya)
Duh, sama anak sendiri sekasar itu
2022-03-15
0
Ig & fb : Karlina_Sulaiman
tampar balik saja
2022-03-15
0