Chapter 8

Aleena tersentak saat keluar dari pintu toilet ia mendapati pak Ivan. Ia menatap tajam dengan sudut bibir terangkat.

Aleena memundurkan langkahnya saat pria itu mendekat ke arahnya, gadis itu kembali mundur beberapa langkah saat pak Ivan semakin mendekat kepadanya hingga akhirnya tubuhnya membentur dinding. Ia pasrah saat Pak Ivan menempelkan tubuh padanya, ia dapat merasakan hembusan nafas Ivan karena begitu dekat nya mereka kini.

Aleena menundukkan kepalanya, ia tak sanggup bertemu tatap dengan pria itu atau ia akan semakin tenggelam pada pusaran perasaan yang begitu menakutkan.

"Rahasiakan pertunangan ini, aku tidak mau guru-guru Pelita Harapan mengetahui informasi ini" Suara pak Ivan terasa menggetarkan hatinya, Aleena baru menyadari ternyata pria ini benar-benar berpengaruh besar pada dirinya.

"I-iya, aku nggak akan bilang siapa-siapa pak. Lagipula aku tidak terlalu suka menceritakan sesuatu yang bukan urusan ku pada orang lain" suara yang keluar begitu kecil padahal Aleena sudah berusaha mengeraskan suaranya agar terdengar tegas.

"Baguslah, kalau sampai ada yang mengetahui nya maka kamu akan menerima akibatnya" Bisik Ivan begitu dekat dengan telinga Aleena hingga membuat tubuh Aleena semakin melemah.

Aleena menghirup udara sebanyak-banyaknnya saat Ivan meninggalkan dirinya, sebelumnya ia kesulitan menghela nafas karena berada pada posisi tanpa jarak dengan pria yang telah mencuri keseluruhan hatinya.

Pantas saja sejauh ini Aleena tak bertemu dengan warga sekolah Pelita Harapan. Ternyata Ivan ingin merahasiakan pertunangan nya, tapi kenapa? Apa akan mengakibatkan masalah yang begitu serius hingga Ivan harus repot-repot mengikutinya hingga ke toilet hanya untuk memastikan berita ini tidak bocor.

Sepertinya keputusan nya untuk datang kemari adalah keputusan yang salah, dirinya merasa kacau dengan semua yang ia alami.

Setelah berhasil menenangkan hatinya Aleena keluar meninggalkan toilet dan menuju ballroom tempat di mana pertunangan akan digelar.

Ternyata semua tamu sudah menempati tempat duduk nya, acara sudah dimulai. Aleena kebingungan untuk mengambil tempat, untung saja sesaat kemudian ia mendengar seseorang memanggilnya. gadis itu menoleh ke sumber suara, Gio melambaikan tangan memberi kode pada Aleena dan menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

"Lama banget, ngapain aja di toilet?"

"Masak" jawab Aleena asal.

"Kamu tu ya, gemes aku jadinya" Gio terkekeh sambil mengusap kepalanya. Dan Aleena refleks menatap ke arah panggung, entah mengapa ia begitu mengkhawatirkan respon Ivan akan perlakuan Gio padanya. Benar saja Ia melihat Ivan tengah menatap tajam padanya.

Aleena tak habis fikir, ada apa dengan dirinya hingga begitu khawatir pada respon Ivan ketika ia berinteraksi dengan laki-laki.

"Al, pacaran yuk?" Bisik Gio begitu dekat di telinga nya. Gadis itu menegang, kali ini ia tak berani menatap ke arah Ivan. Ia tak sanggup menerima tatapan yang membuatnya selalu tak berdaya.

"Apaan si Gio, jahil banget"

"Al aku tu ngajak pacaran, bagian mana nya yang jahil?"

Obrolan mereka terhenti karena acara tukar cincin akan segera dimulai. Mati-matian Aleena menahan sakit yang menghujami hatinya.

'Pak Ivan akan segera bertunangan, tenang lah kamu akan melupakan nya dia milik Rania sahabat mu' Aleena terus mengucapkan nya di dalam hati, mensugesti diri nya agar tertanam di alam bawah sadarnya bahwa ia akan melupakan Ivan karena pria itu tidak diciptakan untuknya.

Aleena refleks menundukkan pandangan nya kala Rania dan Ivan saling memasangkan cincin. Rasa sakit dan ngilu semakin menjadi-jadi membuatnya tak sanggup untuk menyaksikan momen bersatunya Rania dan Ivan pada sebuah ikatan yang lebih serius.

Tepuk tangan yang menggema di ruangan itu terdengar seolah mengejek Aleena atas kekalahan nya.

"Yuk Al, kita samperin Rania dan tunangan nya"

"Ngapain?"

"Ngucapin selamat lah Al, ngapain lagi emang?" Gio menatap Aleena sambil tersenyum gemas.

"Emang harus?" Aleena tak yakin untuk menemui Rania dan Ivan, Ia takut tak sanggup.

"Iya harus" Gio tak lagi meminta persetujuan Aleena. Ia segera menggenggam dan menarik tangan gadis itu menuju tempat di mana Ivan dan Rania berada.

'Kuat, kamu kuat Al' Aleena menghembuskan nafasnya, ia menarik bibirnya agar membentuk sebuah senyuman meski ia tak tau seperti apa senyum yang tercipta dari bibirnya.

"Tu kan aku emang uda yakin kamu nggak akan pernah tega ngecewain aku" ucap Rania saat melihat kedatangan Aleena. Ia segera memeluk sahabatnya itu.

"Kamu emang sahabat aku yang paling pengertian Al. Nggak salah aku sayang banget sama kamu" ucap Rania lagi.

"Lebay ih, selamat ya atas pertunangan kamu. Semoga bahagia selalu dan cepat selesaikan co-*** nya biar segera married" Ucap Aleena tulus.

"Makasih, doain aku terus ya"

Setelah Rania melepaskan pelukan nya Aleena ragu melanjutkan langkah nya menuju Ivan. Namun karena Gio sudah mengantri untuk menyalami Rania mau tidak mau Aleena melangkah ke arah pria itu.

Aleena masih menunduk, ia tak kuasa untuk melihat wajah Ivan.

"Selamat atas pertunangan nya pak, semoga dilancarkan menuju jenjang selanjutnya" ucap nya lirih.

"Kalau berbicara tatap mata lawan bicara mu jangan menunduk" Bisik Ivan hingga Aleena refleks mengangkat wajahnya. Tatapan keduanya bertabrakan dan selalu saja Aleena dibuat terpaku tak berdaya, tatapan mata Ivan seolah menarik dan melahapnya hidup-hidup hingga Aleena tak memiliki kuasa atas dirinya.

Aleena dan Ivan menoleh cepat k arah Gio yang tiba-tiba merangkul pinggang Aleena.

"Gio lepas" Ucap Aleena panik sambil menatap ke arah Ivan, tampak senyum sinis dan tatapan membunuh pria itu pada nya.

"Jadi beneran yang teman-teman bilang kalian pacaran?" Tanya Rania dengan senyum lebarnya.

"Baru mau Ran, kita lagi penjajakan. Ya kan Al?" Gio menyeringai jahil, tak peduli pada Aleena yang tampak semakin panik.

"Enggak Ran, Gio ngarang doang" Aleena masih berusaha melepaskan diri dari rengkuhan Gio.

"Nggak usah malu Al jujur aja sama aku, kayak sama siapa aja deh main rahasia-rahasiaan segala." Ucap Rania pura-pura merajuk.

"Tapi emang Gio ngarang, ketemu aja baru ini setelah perpisahan SMA dulu. Penjajakan dari mana" Kali ini Aleena menjawab sewot. Ia menatap kesal pada Gio.

"Ekspresi kamu lagi kesal gini dari dulu selalu bikin aku gemas Al. Nggak nahan pengen aku cium" ah brengsek si Gio.

"Udah ah, tu antrian masih panjang. Masih banyak yang mau ngucapin selamat sama Rania" Aleena menginjak kaki Gio agar melepaskan tangan yang melingkar di pinggang nya. Ia segera berlalu dari sana tanpa menoleh pada Rania apalagi pada Ivan.

"Kamu tu tega banget sama calon pacar" Gio berlari terpincang mengejar Aleena yang berjalan cepat meninggalkan nya.

🍁🍁🍁

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***