Bab 20 Disita Oleh Bank
"Bagaimana perkembangan perusahaan kita Wisnu?" Tanya Kakek yang duduk tepat di samping Wisnu.
"Sudah jauh lebih baik kek. Wisnu juga sudah menuntaskan proyek perusahaan yang sempat tertunda beberapa bulan yang lalu. Tidak hanya itu juga, Om Bram juga sudah kami bekukan. Namun keberadaan nya sekarang masih belum diketahui" Jelas Wisnu.
"Baiklah. Tidak apa-apa. selagi ada kamu, kakek merasa lebih tenang walaupun Bram masih berkeliaran diluaran sana" Balas kakek tersenyum senang.
"Kek, sudah jam 5 sore. Wisnu harus pulang dulu" Ucap Wisnu kemudian seraya melihat jam yang ada ditangannya.
"Kenapa cepat sekali? Kakek ingin kamu kesini itu menginap! Jadi kita bisa mengobrol lebih banyak lagi" Tawar kakek.
"Maaf kek Wisnu harus kembali. Nanti Wisnu akan sering-sering kok kesini. Kakek jaga kesehatan ya" Balas Wisnu.
Kakek menghela nafas panjang, "Baiklah, hati-hati dijalan nak. Nanti ajak istri mu juga kesini. Kakek ingin kenalan dengannya" Jawabnya pasrah.
"Baik kek. Nanti aku kabari lagi" Jawab Wisnu dan berlalu pergi dari sana.
Mobil Wisnu melaju. Meninggalkan halaman rumah kakeknya.
Sesampainya dirumahnya. Wisnu menatap dengan heran orang-orang yang ada dirumah itu.
Semuanya menangis terisak disana. Hal itu membuat Wisnu semakin mempercepat langkahnya.
"Ada apa?" Tanya Wisnu cepat.
"Perusahaan bangkrut. Dan semuanya disita sama pihak Bank" Jawab Yunma.
Seketika Yunma menoleh kepada Wisnu, dia baru sadar bahwa yang bertanya adalah Wisnu.
Yunma berdiri, dengan sedikit mengusap air matanya. Senyumnya melebar kala mendapati sosok Wisnu disana.
"Wisnu. Bukankah kamu sudah menjadi kaya. Bantulah kami! Bayarkan hutang-hutang kami" Ucap Yunma penuh harap.
"Semua ini pasti kerjaan Rian. Menag benar-benar anak itu. Pekerjaannya sungguh tidak diragukan lagi" Batin Wisnu.
Wisnu seketika memasang wajah sedihnya. "Maaf kak. Aku sudah dipecat dari sana" Ucap Wisnu.
"Apa?" Ucap Yunma kaget. Matanya melebar sempurna, serta tangisnya pun kembali pecah.
"Maksud kamu. Kamu dipecat jadi OB itu? Sungguh tidak berguna" Timpal mertuanya.
Wisnu tidak menjawab. Hanya suara tangis semua orang yang terdengar.
"Mas! Sekarang kita bagaimana?" Tanya Genisa kepada Suaminya.
Wisnu menatap Genisa dalam, "Bagaimana kalau kita pergi kerumah peninggalan ayah dan ibuku" Ucap Wisnu.
Semua mata menatap Wisnu.
"Kamu mau kita tidur di gubuk kecil kamu itu?" Sergah buk Rosa tidak terima.
"Jika mami mau tidur dijalanan silahkan saja. Aku akan membawa Genisa kesana" Jawab Wisnu mantap.
"Sudahlah mi. Kita ikut mas Wisnu saja. Dari pada kita tidur di jalanan. Emangnya Mami mau tidur di jalanan sana" Bujuk Genisa.
Buk Rosa nampak diam sejenak. Semacam sedang berpikir.
"Jika teman-teman ku melihat ku tidur di jalan, bisa malu aku" Batinnya.
"Sudah ayo kita berangkat" Ajak Wisnu.
Satu persatu dari mereka berdiri. Dengan perasaan terpaksa, mereka mengikuti kepergian Wisnu menuju rumah peninggalan kedua orang tuanya.
"Masuklah!" Tawar Wisnu.
Mereka nampak diam sejenak. Menatap sebuah mobil butut yang terlihat sudah tidak layak pakai, namun masih bisa berjalan.
"Kita naik ini?" Tanya Anis. Menatap jijik mobil yang ada didepannya ini.
"Jika ingin jalan kaki silahkan saja" Jawab Wisnu tegas.
"Ahhh tidak. Aku akan naik" Jawab Anis cepat. Dengan menjinjing kopernya, Anis menaiki mobil itu dengan perasaan terpaksa.
Semuanya pun masuk kedalam mobil itu. Sangat sempit dan pengap. Bahkan rasanya tidak bisa bernafas karena saking sempitnya.
Wisnu tersenyum manis, melihat keluarga Buana yang tidak berdaya ini.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya 🙏🙏🙏 Dengan Like dan lkomen karya ini ya.
Jangan lupa ya! like dan komennya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Cahaya Sidrap
🤞🤞🤞🤞
2024-09-24
0
MATADEWA
Terbalik seketika.....
2024-09-14
0
Mbr Tarigan
makanya rasain roda berputar ibu mertua yg jahat yg selalu menghina orang
2024-07-06
0