Bab 3 Perkelahian
“Sudahlah ma. Jangan terlalu memaksakan. Suruh dengan perlahan saja” Ucap Pak Bristama mengingatkan istrinya Rosa.
Nyonya Rosa nampak membuang nafas kasar, lalu duduk disebuah sofa yang ada didekatnya dengan wajah yang merah padam.
“Ini semua karena Wisnu. Jika saja Wisnu tidak hadir didalam hidup Genisa. Genisa tidak akan menjadi pembangkang seperti ini” Ucap Nyonya Rosa geram.
Sementara itu, Wisnu yang sejak tadi berdiri di balik dinding sedikit dekat dengan pintu itu, hanya bisa menarik nafas dengan dalam. Bahkan kesedihanya saat ini begitu menyiksanya. Apa yang harus ia lakukan? Jika hati dan perasaannya masih sangat mencintai Genisa, namun tidak bisa berbuat banyak karena ketiadaan dirinya dalam memenuhi segala kebutuhan istrinya.
“Haruskah aku menyerah karena ketidak mampuanku? Atau harus bertahan dengan segala kehinaanku?” Batin Wisnu.
Sebagai seorang suami, sudah lumrah bahwa seorang suami sudah selayaknya bertanggung jawab atas segala kebutuhan istri. Namun bagaimana jika seorang suami tidak bisa memenhui itu semua?
Didalam kamar.
Wisnu berjalan dengan gontai, tatapannya begitu kosong.
“Mas? Kamu kenapa?” Tanya Genisa cepat, kala mendapati suaminya yang berjalan dengan tidak semangatnya.
Wisnu mengangkat wajahnya yang tertunduk, mensejajarkannya dengan wajah istrinya.
“Maafkan mas Genisa. Mas rasa, Mas sudah tidak bisa mempertahankan pernikahan ini lagi. Mas sungguh tidak berguna, mas hanyalah orang miskin yang tidak punya apa-apa. Bagaimana bisa mas membahagiakan kamu?” Ucap Wisnu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Apa maksud mu Mas? Aku mencintaimu. Jangan dengarkan omongan mami sama kakak-kakak ku! Mereka hanya ingin kita berpisah” Ucap Genisa.
“Tapi apa yang mereka bicarakan itu memang benar adanya. Sebagai suami, mas sunggu tidak berguna” Balas Wisnu putus asa.
Genisa memegang kedua bahu suaminya dengan lembut, ”Mas dengarkan Genisa! Apapun yang terjadi kita harus tetap bersama. Aku mencintai mu mas” Ucap Genisa meyakinkan suaminya.
“Tapi bagaimana dengan mami yang ingin menjodohkan kamu bersama Herlangga?” Tanya Wisnu.
“Aku tidak mencintai Herlangga mas! Apa mas ingin melihat aku menderita bersama Herlangga?” Tanya Genisa balik.
“Tidak” Jawab Wisnu singkat.
Genisa tersenyum, “Kita harus tetap saling menguatkan mas. Agar kita tetap bersama” Ucap Genisa seraya memegang kedua tangan suaminya lembut.
********
Keesokan harinya.
Wisnu berjalan menyusuri jalanan setapak. Matanya memandang kesana-kemari menyelusuri setiap gedung yang ia lewati. Terik matahari pun menambah gerah ditubuhnya semakin menjadi-jadi. Wisnu sedikit menyeka keringat yang membasahi wajahnya.
“Harus kemana lagi aku mencari pekerjaan” Ucap Wisnu frustasi. Wisnu langsung mendaratkan bokongnya disebuah kursi ditepi jalan untuk beristirahat sejenak.
Namun tiba-tiba acara istirahatnya terhenti disaat ia lihat seorang kakek tua berlari tergopoh-gopoh meminta pertolongan. Nampak ada beberapa preman bertubuh kekar sedang mengejar kakek itu.
Tanpa menunggu lama, Wisnu langsung berlari menuju kakek itu.
“Hei” Pekik Wisnu lantang.
Tiga orang preman itu menghentikan langkahnya, “Jangan ikut campur!” Teriak salah satu preman yang tidak kalah lantangnya.
“Tolong kakek nak!” Ucap kakek dengan wajah memelas. Bahkan tubuhnya terlihat sudah tidak berdaya.
Wisnu menatap ketiga preman itu dengan sorot mata tajam.
“Jika kamu tidak ingin pergi, maka jangan salahkan kami untuk membunuhmu” Ancam preman itu.
Wisnu hanya menyeringai, “Coba saja kalau kalian bisa” Jawab Wisnu dengan penuh percaya diri.
Preman itu menggeram, tangannya mengepal dengan keras.
“Hiyaaaaaaa” Baku hantam pun terjadi disana.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya. Dengan like dan komen ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
MATADEWA
Awal segalanya.....
2024-09-12
0
Cahaya Sidrap
lanjut thor
2024-08-07
0
Mbr Tarigan
menolong kakek yg TDK berdaya pasti ada yg hikmahnya wisnu
2024-07-06
0