"Lamaran kamu sama Ningsih" Bunda menjawab dengan senyum manis miliknya
Deg
Tubuh Bimo lemas seketika
"eh..yah...ayah"
"Tolongin ini..."
"Bimo...Bimo..."
jerit Bunda saat tubuh Bimo limbung. Karena perbedaan tubuh, Bunda tak kuat menahan badan Bimo yang mulai rubuh.
Dengan sigap Ayahnya dan ada beberapa saudara yang berada dibelakang memapah tubuh Bimo agar tidak tumbang. Bimo tidak pingsan, ia hanya lemas seperti tak punya tulang dan tenaga. Mereka memapah tubuh Bimo duduk di atas pelaminan sederhana yang bertuliskan namanya dan Ningsih dengan dekor bunga dimana-mana. Beberapa saudara perempuan memberikan air minum dan mengipasi Bimo.
Saat Bimo lemas syok tak berdaya, acara lamaran dadakan itu tetap berjalan sesuai rencana.
"JANGAN BIKIN MALU"
bisik Bunda ditelinga Bimo saat duduk disamping Bimo saat acara lamaran berlangsung.
Dan selama acara Bimo hanya bisa diam tanpa bisa memaknai apa yang sedang terjadi.
Itu sepenggal cerita satu bulan yang lalu. Dan Bimo setelah kembali sehari setelah acara lamaran dadakan itu menutup mulutnya dari Ima. Ia tak membicarakan tentang kisahnya yang sudah dipaksa untuk melamar wanita lain. Ia bahkan masih bingung bagaimana menyampaikan informasi itu kepada Ima.
Selama itu pula Ia mati-matian mencoba memberikan pengertian kepada Bundanya bahwa Ia keberatan dengan apa yang terjadi. Ia rela bolak-balik Bekasi-Bandung untuk bisa berbicara melunakkan hati Bunda agar membatalkan lamaran yang telah terjadi. Namun bukan melunakkan hati Bundanya. Yang ada berakhir dengan pertengkaran antara dirinya dengan Bundanya.
"Bun, Bimo gak mau sama dia"
"Bimo gak mau menikah sama dia"
"Hati Bimo sudah milik orang lain, milik kekasih Bimo...Ima namanya Bun."
"Bunda bukannya selalu menerima Ima kalau dia kemari, Kenapa jadi begini sih Bun"
"Ini hidup Bimo...Bimo tahu apa yang terbaik untuk Bimo sendiri"
Bunda selalu memperlihatkan wajah yang kesal setiap Bimo membicarakan masalah lamaran dengan Ningsih.
"Dia... dia... dia..."
"Namanya Ningsih... kamu sama Ningsih sudah kenal dari kecil. Main bareng sampai Sekolah bareng"
"Kamu lebih kenal Ningsih luar dalam daripada si cewe yatim itu"
"Hati kamu cuma belok sebentar nanti juga balik lagi kok ke Ningsih"
"Bunda mah baik kok sama siapa aja. Tapi klo mantu cukup Ningsih seorang"
"Ningsih itu sudah Bunda tau Bibit, Bebet ma Bobot nya"
"Kalau gitu ayo Bunda juga kenalan sama Ima. Bibit, Bebet ma Bobot Ima juga jelas Bun"
Bimo tetap mencoba memberikan pengertian kepada Bundanya.
"Ndak mau punya besan yang sudah meninggal"
Dan alasan pamungkas Bunda untuk menutup perdebatan antara dirinya dengan anaknya, Bimo.
"Ima juga klo bisa milih maunya orang tuanya hidup Bun"
"Kematian itu sudah takdirnya Tuhan Bun"
Dengan suara bergetar Ia berbicara.
" Kalau dia gak bisa milih..... Kamu bisa kok milih istri yang masih punya orang tua"
Tanpa rasa bersalah Bunda menjawab
*Deg*
Bimo memandang wajah Bundanya dengan tidak percaya. Bagaimana wanita yang ia hormati bisa berpikir seperti itu. Bagaimana bisa Bundanya berpikiran picik soal 'yatim piatu'
"Lalu kalau orang tua dia meninggal dunia juga, boleh dong Bimo menikah lagi dengan yang lainnya"
Tantang Bimo
"Atau gak Bimo selingkuh aja ma Ima"
"kalau gak Bimo nikah lagi sama Ima"
Bunda Bimo berdiri dari duduknya, wajahnya merah padam menahan amarah
"BIMO!!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments