Dara memeluk Ima dengan erat. Mengelus punggung Ima dengan lembut dan susah payah karena perbedaan tinggi badan mereka. Dara berusaha menyalurkan perasaan peduli kepada Ima. Dara begitu merasa ikut sedih dan terpukul saat menerima surat undangan pernikahan dari Bimo, padahal yang ia tahu Bimo masih pacaran dengan Ima. Bahkan mereka serius menuju kejenjang pernikahan. Saat menerima kartu undangan berwarna ungu itu Dara senang karena ada acara makan gratis, namun setelah dibacanya nama pembelainya. Murka yang dirasakan. Bimo rupanya salah satu dari macam manusia brengsek, pacaran ma siapa nikah ma siapa. Dalam kurun waktu yang sama, artinya Bimo main dibelakang Ima. Tanpa memikirkan bahwa pria brengsek itu menyakiti hati orang lain. Muka tebal. Bukan satu lantai saja yang tahu bahwa ia dan Ima pacaran tapi satu gedung bahkan sepertinya satu yayasan sampai ada beberapa orang tua wali murid yang tahu. Tidakkah dia memikirkan perasaan Ima harus berhadapan muka dengan mereka semua. Bimo dengan kejam mencoreng muka Ima, mencoreng citra Ima yang merupakan salah satu guru terbaik dan terfavorit di lantai 1 Sekolah swasta tempat mereka bekerja.
Bagaimana Ima bisa mengangkat kepala lagi bila pasti banyak yang akan menatapnya dengan tatapan iba. Wanita yang ditinggal menikah oleh pacarnya. Wanita yang menyedihkan. Bahkan lelaki yang meninggalkannya masih satu kantor dengannya.
Dara mulai menangis sesenggukan. Membayangkan bila itu dirinya, agar bisa memahami perasaan Ima sekarang. Hatinya hancur, sakit, terluka, pedih.
"Kenapa jadi Lo yang nangis sih" Ima memutar matanya jengah
Dara masih saja sesenggukan didalam pelukannya. Tak bisa membalas perkataan Ima. Dadanya Sangat sesak hingga tak bisa berkata-kata. Bukan airmata saja yang tumpah bahkan sampai ingusnya pun keluar dari hidungnya.
Ima yang melihat pemandangan ratapan menangis Dara mencoba melepas pelukan mereka, ia jijik melihat Dara dengan airmata dan ingusnya. Dengan menambahkan sedikit kekuatannya, akhirnya lepas juga pelukan mereka. Ima mundur teratur beberapa langkah.
Dara malah terduduk dan sujud dilantai meneruskan tangisannya menjadi ratapan dengan sedikit raungan kesedihan.
'kenapa jadi dia yang kayak ditinggal kawin' Ima menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali karena bingung dengan tingkah temannya.
Ima mengelus-elus punggung Dara
"Semua bakal baik-baik aja Ra"
"Hidup harus berjalan"
"Jangan ratapin orang yang cuma numpang lewat"
"mereka cuma singgah tapi tak tinggal"
Dara menengokkan kepalanya melihat Ima, mendengar Ima bicara malah membuatnya bertambah sesak. Dan bertambahlah kencang ratapan dan raungan tangisan Dara.
Ima hanya bisa menghela nafas panjang. Bukannya ia tak mau menangis, namun ini bukanlah pengalaman pertamanya ditinggal menikah oleh lelaki istimewanya. Pastilah ia sedih namun ia sudah mengikhlaskan. Semua yang terjadi dalam hidupnya sudah ada yang mengatur, sudah ada takdir. Manusia hanya bisa berusaha namun semua hasil milik Tuhan yang maha esa.
"Gw ma Bimo dah putus sebelum ini Ra"
Dara kaget mendengarnya dan duduk bersimpuh dengan sempurna. Matanya membesar sedikit melotot dengan mulut yang terbuka
"APA"
Ima hanya nyengir kuda melihat kekagetan Dara. Ima belum menceritakan bagaimana Ia dan Bimo putus dan kenapa Bimo bisa menyebarkan undangan pernikahan dengan wanita lain. Berat untuk Ima sebenarnya menceritakannya karena ini ada sangkut pautnya dengan keluarga Bimo. Ia tak ingin membuka aib siapapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Nurul K
jalan-jalan memang sehat tapi jalanin dulu itu tidak sehat buat hati 😁😂
2021-12-27
4