BAB : Umpan di Tengah Badai

Sergio memanggil asistennya, Davin, ke kamar pagi itu.

Ia berdiri menghadap laut, sementara Davin menunggu di ambang pintu dengan ekspresi hati-hati.

"Davin, aku butuh semua informasi tentang Risa." ucap Sergio datar tanpa menoleh. "Segalanya. Dari mulai asal-usulnya, sampai keluargnya. Selidiki, Jangan lewatkan apapun."

"Risa, Tuan?"

"Ya," ucapnya datar. "Wanita yang datang padaku tiga hari lalu. Selidiki asal-usulnya, keluarganya, dan semua hal yang mungkin dia sembunyikan. Dan satu lagi. Selidiki semua staf yang bertugas di dek tiga malam itu. Terutama yang sempat berinteraksi denganku sebelum jam sebelas malam.”

​"Baik, Tuan." Davin menunduk sedikit. "Apakah … ada sesuatu yang mengganggu pikiran Anda tentang wanita itu?”

​Sergio menatap laut lekat-lekat, seolah sedang mencari jawaban di sana. Hening sejenak sebelum akhirnya ia berkata pelan, "Aku tidak mabuk sampai hilang akal, Davin. Aku ingat perasaannya. Dan wanita itu… dia palsu."

"Bagaimana anda bisa..."

Sergio diam sejenak, lalu berkata pelan:

"Naluri."

Hanya itu jawabannya, tapi nadanya dingin, nyaris bergetar. Ia merasa seperti sedang menahan sesuatu yang ingin meledak.

Davin hanya mengangguk dan segera pergi, tapi hatinya berdebar. Ia sudah bekerja bersama Sergio bertahun-tahun, dan tahu betul — setiap kali pria itu berkata "naluri", sesuatu yang besar akan terjadi.

...----------------...

Beberapa jam kemudian

Tok

Tok

Tok

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Sergio.

"Masuk."

Davin muncul, membawa sebuah map cokelat yang sudah agak kusut. Ia terlihat gugup — kemejanya sedikit basah di bagian dada, mungkin karena keringat atau percikan air laut.

Sergio duduk di kursi kulit dekat jendela, matanya tajam menatap map di tangan asistennya.

"Duduk, Davin. Katakan apa yang kau temukan."

"Baik, Tuan ... Ini adalah hasil investigasi singkat saya." Ia membuka map perlahan, kertas-kertas di dalamnya bergetar karena tangannya gemetar.

"Katakan."

"Risa Saraswati ternyata sudah menikah. Usianya saat ini 34 tahun, Suaminya bernama Bayu Hartoni bekerja sebagai security di kapal ini. Dan—" Davin berhenti, menelan ludah, seolah ragu melanjutkan. "Menurut laporan medis internal, tidak ada tanda luka atau memar di tubuhnya setelah malam kejadian."

Alis Sergio berkerut tajam. "Tidak ada ... tanda sama sekali? Kau yakin?"

"Sangat yakin, Tuan. Itu tidak ada, Saya sudah memastikan. Bahkan dokter kapal menegaskan hal itu."

Keheningan menggantung.

Sergio menyandarkan punggung ke kursi, menghembuskan napas panjang sambil mengusap rahangnya.

Matanya menatap kosong ke arah laut, tapi pikirannya jauh melayang pada malam itu — pada bayangan samar seorang perempuan dengan tubuh gemetar, kulit pucat, suara lirih yang memanggil namanya dengan ketakutan.

"…Tidak mungkin," gumamnya.

Davin menatapnya, bingung. "Tuan?"

Sergio menoleh perlahan, pandangannya tajam.

"Aku ingat jelas, aku… mencekik wanita itu. Ia menangis, memohon. Tangannya berusaha melepaskan genggamanku. Kalau itu Risa, seharusnya ada bekasnya di lehernya."

Setelah beberapa detik hening, Davin akhirnya berkata pelan, “Tapi, Tuan… ada hal lain. Saya menemukan laporan medis lain malam itu. Ada staf lain yang datang ke ruang medis dengan luka-luka di pergelangan tangan dan leher. seorang wanita. Namanya ... " Davin berhenti sebentar, seperti menimbang apakah ia sebaiknya melanjutkan. "Namanya Shannara Althea."

Nama itu meluncur perlahan dari bibir Davin, tapi dampaknya seperti pukulan keras ke dada Sergio.

Sergio membeku. Matanya membulat sedikit, tapi bibirnya tidak bergerak. Suara dentingan jam dinding terdengar begitu nyaring di antara keheningan.

"Ulangi," katanya nyaris berbisik.

"Shannara Althea" jawab Davin hati-hati. "Dia Staf pelayan ruang makan kelas VIP. Dia bertugas malam itu di dek yang sama dengan Anda."

Sergio diam. Lama. Cukup lama. Seolah nama itu menembus lapisan-lapisan waktu dan menusuk bagian paling dalam dari dirinya.

"Shannara… " gumamnya akhirnya. “Tidak … bagaimana bisa ini terjadi."

"Tuan?" Davin melangkah satu langkah mendekat. "Anda mengenalnya?"

Sergio menatap Davin dengan mata yang mulai tajam, seperti sedang menatap masa lalu yang menyakitkan.

"Dulu," jawabnya singkat. "Sangat mengenalnya."

​"Apa Anda ingin saya lanjutkan penyelidikan Risa dan Bayu?" tanya Davin, berhati-hati.

Sergio mengangguk tanpa menatapnya. "Teruskan. Aku ingin tahu semuanya. Mereka berdua bersekongkol. Cari tahu kapan mereka berhubungan dengan Shannara. Kenapa Shannara bekerja di kapal ini? Siapa yang merekrutnya? Semuanya."

Davin membalik beberapa lembar berkas lain. "Menurut laporan, Shannara keluar dari ruang medis sekitar pukul satu dini hari. Setelah itu dia menghilang dari area staf. Beberapa saksi mengatakan mereka melihatnya menangis di lorong belakang sebelum dia kabur."

Sergio memejamkan mata. Ingatan itu datang bagai badai—kulit yang dingin, tubuh yang gemetar, aroma tuberose yang familier, suara tangis yang memanggil namanya di tengah kabut mabuk.

​Ia mengusap wajahnya kasar. "Tuhan…" desisnya, rasa bersalahnya menghancurkan. "Jadi benar-benar dia."

Davin menunggu dalam diam, lalu perlahan berkata, "Tuan, apakah Anda ingin saya mencari keberadaannya sekarang?"

​"Ya." Sergio berbalik cepat, nadanya tajam. "Temukan dia. Apa pun caranya. Aku harus bicara dengannya."

​"Saya sudah mencoba, Tuan," kata Davin hati-hati. "Menurut catatan, dia mengundurkan diri keesokan harinya. Tidak meninggalkan alamat jelas. Identitasnya terdaftar melalui agen luar negeri."

Sergio terdiam beberapa detik, menatap Davin dengan pandangan kosong. "Jadi … mereka berhasil membuatnya menghilang."

"​Namun… " Davin membuka halaman terakhir. "Ada satu hal yang menarik, tuan. Ada satu catatan tambahan. Di formulir lamaran, dia menulis kontak darurat atas nama seseorang bernama Risa Saraswati."

Ruangan itu tiba-tiba terasa sesak. Sergio mematung. Tatapan matanya berubah—kini penuh dengan kepastian dan dendam.

"Risa..." desisnya pelan. "Jadi mereka bukan hanya saling kenal, tapi dia adalah umpan."

"Sepertinya begitu, tuan. Mereka bersekongkol." Ujar Davin

"Tidak. Shannara dijebak."

Terpopuler

Comments

Moyu

Moyu

Sergio Sergio hmm dibayangaku dia kek Giorgio Antonio 🤣🤣🤣 karena sergio jd inget bunsar n papiyo 🤭

2025-10-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!