"Maaf. Lama," ucap Galang sembari mengecup kening Rahael.
"Memang dari mana Mas? Sepertinya ada yang penting."
"Nggak Rahael, hanya urusan toko. Mau duduk Rahael?" tanya Galang, saat melihat posisi tidurnya kurang nyaman.
"Punggung Rahael panas Mas.Gerah."
"Sabar Rahael. Hitungan Dokter, kurang lebih tiga minggu lagi lahiran Rahael. Sabar ya?" jelas Galang. Rahael hanya tersenyum menanggapi ucapan Galang sembari mengangguk.
"Mau makan sesuatu Rahael? Ini Mas beli beberapa cemilan?" ucap Galang menawarkan. "Nggak mas kenyang," jawab Rahael.
"Sudah di minum obatnya?" tanya Galang.
"Sudah di bantu Rini tadi."
Rahael menatap dalam. "Mas ... hem," jawab Galang.
"Kok hem, Mas."
"Apa bumil cantikku."
Sontak Rahael tersenyum. "Kan. Mas mulai lagi. La ... terus mau apa Rahael?" tanya Galang pelan.
"Sini Pak pawang, minta di elus ini, gerak- gerak terus sampek senep Mas, Jadi pingin pipis terus," ucap Rahael polos.
"Hhhhh ... Galang sontak tertawa. Ayo mas bantu pelan-pelan saja."
Rasa capek yang Galang rasakan mendadak hilang menderang ucapan Rahael.
"Ayo," ucap Galang sembari menuntun Rahael masuk kamar mandi.
"Eee, Mas kok ikut masuk, sudah tunggu di luar saja Mas, yakin deh Rahael bisa."
"Rahael .... halal Rahael, aku juga nggak bakal ngapa-ngapain, lihat perutmu itu saja aku geli Rahael."
"Ya sudah! tetapi balik badan ya? Malu soalnya pipisnya agak ekstrim."
Beberapa menit kemudian. "Sudah Mas. Ayo!"
pintanya. Entalah saat ini otak Galang lagi eror, tiba tiba sangkuriang kecilnya meronta.
"Ayo Rahael," ucap Galang sembari menahan sesuatu yang harus Galang alihkan. Hingga beberapa menit kemudian. 'Untung semuanya aman terkendali,' batin Galang berucap.
"Sudah! Tidur Rahael, saat melihat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, mengusap perlahan perutnya, gerakan di perut Rahael yang bergatian membuat hati Galang trenyuh, melihat sepintas Rahael tertidur.
Galang merebahkan tubuhnya di sofa setelah shalat isya yang tertunda, belum terlelap tiba tiba hp Galang bergetar .
"Ya," jawab Galang.
"Ada yang ingin Mawan bicarakan."
"Oke besok, setelah orang tuaku datang."
"Baik."
"Oke, aku kabari tempatnya besok.
Galang menutup telfon saat melihat Rahael berpindah posisi.
Pukul tiga dini hari, Galang terjaga saat melihat Rahel bangun dengan keringatnya.
"Kenapa Rahael?"
"Panas Mas," ucap Rahael sembari mengikat rambutnya keatas.
"Mas besarin ac nya, ya?" pinta Rahael.
Melihat Rahael kegerahan bergegas Galang membesarkan Acnya dan menuju kamar mandi.
"Mas tahajud dulu ya? Rahael," ucap Galang sembari menggelar sajadah.
Setelah beberapa menit menyelesaikan tahajud. "Mas ... eshh ... aduh ... ucap Rahael sembari meringis.
"Eeee, kenapa?" tanya Galang bingung.
"Kok sudah nggak terasa ya? mules," jawab Rahael.
"Mau pup?" tanya Galang.
"Nggak Mas, nggak tau tiba-tiba mules."
"Rahael ... nanti kalau mulesnya sudah sering sering ngomong ya? Ibu dan Bapak sudah nelfon mungkin nanti jam sepuluh datang."
"Lah! Katanya, baru nanti Mas berangkatnya."
"Nggak Rahael, Ibu dan Bapak langsung berangkat kemarin begitu tahu kamu masuk rumah sakit."
Dari pagi berkutat dengan Rahael tak terasa hampir jam sebelas dari tadi hp Galang sudah berdering, tetapi masih belum Galang jawab.
"Rahael. Mas ke depan jemput Ibu, ini sudah telfon."
Mendapati Bapak dan Ibu bingung di tempat parkir, membuat hati Galang seketika trenyuh.
"Pak ... panggil Galang saat mereka tengah mencari sumber suara dari Galang, sekilas nampak senyum mereka terkembang.
"Maaf Bu. Pak, kalau sampai menunggu, ketiga orang tua yang bersusah payah datang demi sang anak dan cucu mereka. Setelah sampai di area paviliun Hp Galang kembali bergetar.
melihat Mawan kembali menghubungi.
"Ya, sebentar mengantar ke dalam dulu," jawab Galang.
"Baik, Mawan tunggu."
" Oke," jawab Galang seketika.
Menghantar mereka ke dalam, mencium punggung tangan mereka satu persatu,
melepas kerinduan sesaat.
"Rahael, Ibu, Bapak! Galang tinggal sebentar ya?"
"Mau kemana Nak? Lha Ibu sama Bapak baru datang kok di tinggal?" tanya Ibu.
"Sebentar Bu, nanti pasti Galang cerita."
Melangkah menuju taman rumah sakit .
Galang melihat Mawan sudah datang, duduk dengan bersandar, kini nampak wajahnya meninggalkan bekas kebiruan.
Galang hanya menggelengkan kepala saat
mengingat kejadian itu.
"Ada apa? Apa pikiranmu sudah berubah?" tanya Galang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments