Sudah satu jam Ayla berada di makam ayah, ia lalu bangkit dari duduknya, kini, ia meninggalkan makam sang ayah dengan senyum yang tulus.
...'Semoga ayah tenang di alam sana'...
Jam menunjuk kan pukul 16:07, masih sore, mas Aryan juga pulang nya pasti malam.
Ayla melanjutkan langkahnya ke cafe dekat tempat kerja temanya, disana dia sudah janjian dengan salah seorang teman, Ineke, teman dekat nya semasa kuliah, dan pernah menjadi teman kerja juga sebelum akhirnya Ayla memutuskan berhenti karna papah memintanya.
Sejak berhenti bekerja papah selalu mentransferkan sejumlah uang pada Ayla, begitupula dengan Mas Aryan.
Selain untuk kebutuhan pribadinya, Ayla menggunakan uang itu untuk panggilan jiwa sosialnya yang memang tinggi sejak dulu, meski kini ia berjalan tanpa sebuah Lembaga atau Organisasi, ia lebih sering datang sendiri ke yayasan-yayasan panti jompo dan yayasan yatim piatu, terkadang juga ke puskesmas menemui pasien yang di rasa oleh pihak puskesmas kurang mampu,
Ayla menyalurkan bantuan materi dan sedikit bisa menyibukkan dirinya. Selain itu, ia juga hoby menulis dan membaca saat sedang di rumah, tepatnya di kamar sendirian. Dan tidak banyak orang yang tahu dengan kepribadiannya itu.
Tak berapa lama temanya, Ineke datang, mereka saling melempar senyum dan setelah dekat mereka saling berpelukan.
Mereka mengobrol panjang lebar ngalor-ngidul, dari membahas pernikahan, suami Ayla, kepergian ayah, bahkan Aaron yang kemarin datang pada pemakaman ayah. Sesekali Ayla meneteskan air mata ketika pada part-part ceritanya yah sedih.
..."Apa kamu jatuh cinta pada suami mu Ayla?"...
Ayla diam membisu.
Ayla sendiri tidak yakin dengan perasaanya, di tambah sikap Aryan yang masih dingin, yah,,,, meskipun mereka sudah pernah melakukanya sekali, tapi itu tak mengubah apa pun.
Aryan tetap Aryan yang sama seperti sejak awal mereka menikah. Dalam hubungan itu hanya lah rasa saling menghormati.
..."Entah lah, aku selalu gugup saat berada di dekatnya, tapi aku senang ketika ia pulang ke rumah, dan sekamar dengan ku meski kami hanya saling diam."...
Ayla mendesah lemas.
..."Kalau, perasaanmu dengan kak Aaron,?"...
..."Hufffftt."...
..."Aku rasa aku masih menyayanginya, saat ia datang ke pemakaman ayah kemarin, jantungku berdegup kencang, aku senang bisa melihatnya setelah sekian lama kami tak bertemu, tapi, bukankah seharusnya aku mulai melupakan nya Ineke? Aku harus bisa melepasnya, aku harus belajar menerima kenyataan jika aku dan dia tidak akan bisa bersatu, dan, di tambah dengan keadaanku yang sekarang."...
..."Kak Aaron adalah pria yang sangat baik Ay, wanita yang bisa mendampinginya pasti akan menjadi wanita yang paling beruntung di dunia ini,"...
Desah Ineke yang terdengar samar di telinga Ayla.
..."Kenapa ke?" ...
Ayla meminta kepastian dari yang di dengarnya tadi.
..."Ah, tidak,lupakan, bukan hal penting,!"...
Di luar tiba-tiba hujan, memang sedari tadi siang langit sudah mulai mendung, karna lagi musim penghujan juga, Ayla berdecak, ia sedikit cemas jika hujan tak kunjung reda, karna ia mengendarai motor.
Jika pulang sekarang, dia akan basah kuyup kedinginan, jika menunggu hujan reda, ia takut mas Aryan akan lebih dulu sampai rumah, meski tadi Ayla sudah izin setelah dari makam ayah ia akan bertemu dengan teman di cafe.
..."Gimana kalau kita pesan taksi onlin saja Ay,?" ...
Ineke menawarkan ide.
..."Tidak ah, aku malas kalau besok harus kembali ngambil motor, soalnya besok aku juga mau ke panti asuhan kasih bunda, arahnya berlawanan.!"...
Terdengar suara adzan berkumandang, menandakan waktu Maghrib telah tiba. Kebetulan, di cafe ini tersedia mushola meski kecil, dan ada gazebo nya juga, yang masih menyambung dengan ruang utama cafe, serta ada panggung kecil yang biasa di gunakan anak band atau sekedar pemain akustik, pianis, tampil ketika malam hari.
Ayla dan Ineke melaksanakan kewajiban mereka sebagai muslim, dan setelah selesai menunaikan nya, datang seorang pemilik cafe yang sudah lama juga kenal dengan mereka.
..."Wah, kejutan baik ini, kalian kesini, kenapa gak ngabarin?"...
Jho langsung memeluk Ineke, dan hanya berjabat tangan dengan Ayla.
..."Tadi kami niatnya cuma sebentar doang kok Jho, gak taunya hujan, yah, kita nunggu dulu sampai nanti reda."...
..."Ay, turut berduka ya, atas kepergian ayah, sorry, gua baru denger kabar nya kemarin, dan belum sempat ke rumah kamu, eh, malah sudah ketemu kamu disini.!"...
..."Iya Jho, makasih,!"...
..."Ehhmmm, berhubung masih hujan, gimana kalau kamu bawain satu lagu untuk kami, musisi pengisi acara juga belum datang, gimana ke,? Kamu setuju kan Ayla nyanyi disini? Sudah lama sekali kamu gak pernah datang apalagi nyanyi disini seperti dulu."...
Ineke hanya senyum lebar mendengar pernyataan Jho.
..."Tapi Jho,"...
Ayla ingin menolak, tapi Jho sudah lebih dulu menariknya ke atas panggung, mendudukkannya di kursi yang di depannya terdapat mic terpasang pada alat penyangga, Lalu Jho menyerahkan sebuah gitar yang dulu biasa di mainkan Ayla saat nongkrong dengan teman-teman nya di cafe ini, termasuk Ineke.
Pengunjung cafe yang melihat kearahnya memberikan tepuk tangan tanda menyemangati, atau sekedar mempersilahkan.
Ayla mulai memetik gitar nya dengan nada rendah, ia mulai menghayati musik dan lagu yang di mainkan nya, Ayla menyanyikan lagu dengan judul hidup milik sara Wijayanto. Ayla memang sangat menyukai lagu itu, selain lagunya enak di dengar juga lirik nya memang benar seperti kehidupan banyak orang yang mengalami fase naik turun.
...(cari di YouTube untuk mengetahui lagunya)...
Reff
...*Kadang hitam, seperti malam yang sunyi...
...Kadang putih, seperti sinar mentari...
...Kadang semu, seperti malam kelabu...
...Kadang tenang, mengalir seperti air*...
Tanpa di sadari Ayla, sepasang mata memperhatikannya dengan tajam dari arah pojok ruang cafe, ia terus menatap Ayla dengan tatapan, entahlah, tidak marah, tapi tatapan itu membuat teman makan semeja nya memperhatikan nya dengan penuh tanda tanya.
Dia adalah Aryan, suami Ayla, dengan seorang perempuan berparas cantik, kulit putih, rambut sebahu, hitam dan lurus.
..."Bie, kamu mengenalnya,?"...
Aryan gelagapan dan melepas tatapan tajamnya pada Ayla memandang sang perempuan cantik di depannya yang memanggilnya dengan sebutan bie tadi.
..."He em, iya bie, aku mengenalnya."...
..."Siapa bie."...
..."Ayla.!"...
Perempuan yang bernama Nesa itu mengangguk angguk pelan seolah ia memahami dengan jawaban singkat Aryan, yang mengatakan nama wanita di panggung itu adalah Ayla. Dan sort matanya berubah seperti tatapan tidak suka.
..."Jadi, dialah istrimu bie, wanita yang dipilihkan papah mu, menggantikan posisi ku.?"...
Ayla menyelesaikan lagunya dengan tepuk tangan yang meriah dari pengunjung cafe. Dan hujan di luar juga sudah reda, akhirnya mereka berpamitan satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Bunbun Oke
Aryan Cemburu lihat Aaron saat dipemakaman sampai akhirnya minta Haknya sbg suaminya
Ternyata Ayla nyanyi Aryan n Nesa asyik mojok 2 an untung Ayla ga lihat tp walau gt kasihan Aylanya
Berkorban meninggalkan cintanya demi dijodohkan oleh Ayahnya kpd Aryan anak shbtnya
Tp Aryan mau menang sendiri enak sendiri
2023-07-11
0
Rose_Ni
pelakornya udah mulai eksis aja nih
2022-02-21
0
Lia Pazliani
wah udh mo msk konflik ni,,,bakal seru ni,,,
2021-12-17
0