Aku kayuh sepedaku dengan tidak bersemangat. Pikiranku kalut,sampai tidak bisa berpikir jernih. Aku lalu duduk di pos ronda sejenak. Aku tidak mungkin pulang ke rumah sekarang karena masih siang. Setelah sedikit tenang,aku kembali mengayuh sepedaku perlahan.
Aku lalu keliling-keliling di gang belakang toko. Setelah satu jam berkeliling aku melihat sebuah rumah yang baru setengah di bangun. Aku langsung mendekati rumah itu. Ada beberapa orang yang sedang mengerjakan rumah. Aku lalu menawarkan brosurku tapi ternyata mereka sudah memesan pagar dan teralis dari beberapa minggu yang lalu. Aku datang terlambat. Mungkin belum rezekiku. Bersabar dan tak lupa untuk terus memanjatkan doa.
Aku kembali mengayuh sepedaku keliling gang lain. Sampai menjelang ashar,aku tidak mendapatkan satupun orang yang mau order. Kebanyakan mereka sudah memesan jauh-jauh hari. Aku lalu mampir sebentar ke masjid untuk salat ashar setelah itu aku kembali berkeliling ke lokasi yang lebih jauh tapi mungkin karena belum rezeki ku,sampai hampir jam 5 sore aku tak mendapatkan satupun orderan.
Akhirnya aku pulang. Sampai di rumah aku langsung pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi aku mengajak Andre ke masjid untuk salat magrib. Setelah pulang dari masjid kami makan malam bersama.
Keesokan paginya seperti biasa terlebih dahulu aku mengantar anakku pergi ke sekolah. Setelah mengantar mereka aku mampir ke rumah Budi. Budi menyambutku dengan wajah di tekuk. Sepertinya dia sedih setelah aku tidak lagi bekerja di toko bangunan Pak Toni.
"To, kok kamu sampai berhenti kerja, sih. Nggak enak aku kalau nggak ada kamu di toko," keluh Budi saat aku baru saja duduk di teras depan rumahnya.
"Kan masih ada yang lain, Bud," balasku lesu.
"Iya sih,tapi sama mereka kan aku nggak dekat seperti dengan kamu, To. Oh iya,aku sekarang mengantar pesanan orang sama si Adi. Orangnya tidak cekatan,mesti di perintah-perintah dulu baru dia mau bergerak. Tidak ada pengertian sama sekali. Anaknya juga males si Adi itu. Ah, bikin kesal setiap hari," keluh Budi lagi.
"Sabar ya, Bud," jawabku, mencoba menghiburnya.
"Oh iya aku mau kasih tau kamu kalau orang yang ngajak kamu ribut kemarin ternyata tetap tidak jadi membeli barang di toko Pak Toni. Dia benar-benar membatalkan pesanannya padahal kamu sudah di pecat gara-gara dia," jelas Budi.
Mataku membulat sempurna. Jadi apa tujuan dia sebenarnya, "Sebenarnya aku memang sudah mempunyai masalah dengan orang itu, Bud," jelas ku.
"Jadi sebelumnya kamu sudah kenal dengan orang itu?" tanya Budi kaget.
"Iya,aku sudah tau siapa dia."
"Oh mungkin dia sengaja mencari gara-gara dengan kamu,To?" Budi curiga dengan dahinya yang berkerut.
"Entahlah aku tidak tahu, Bud."
"Emangnya ada masalah apa kamu dengan orang itu?" tanya Budi penasaran.
"Tapi kamu harus jaga rahasia ini ya, Bud?"
Budi menggangguk cepat. "Iya. Memangnya ada masalah apa kamu dengan orang itu?"
"Dia selingkuhannya Lisa," jelasku parau.
Mata Budi membelalak lebar, "Apa kamu yakin, To? Kamu jangan asal bicara seperti itu," tanya Budi tak percaya. Dia terus menatapku lekat-lekat.
"Tentu saja aku yakin! Aku sudah beberapa kali bertemu dengan orang itu dan memergoki mereka saat sedang berselingkuh," ucapku pelan namun dengan penekanan di setiap kata-kataku.
Budi menghela nafasnya, "Pantas, pasti dia sengaja mencari gara-gara dengan kamu supaya kamu di peca."
Aku menggeleng lemah, "Iya, aku juga nggak tahu, Bud," sahutku lirih.
"Aneh, mereka sudah menyakiti kamu tapi masih juga belum puas sampai masih harus mencari gara-gara denganmu. Benar-benar jahat sekali mereka. Aku akan ceritakan ini sama bos!!'" ucap Budi dengan emosi.
"Jangan ,Bud. Aku nggak ingin orang tahu tentang kelakuan Lisa di luar. Biarlah, semoga ini ada hikmahnya dan aku bisa segera mendapatkan pekerjaan baru yang lebih baik lagi."
"To, tapi kamu itu nggak bersalah. Ini tidak bisa di biarkan. Bos harus tahu kalau kamu itu di jebak. Kamu tidak salah. Gara-gara orang itu, kamu jadi kehilangan pekerjaan."
"Hhh, nggak apa-apa Bud. Mungkin bukan rezekiku."
Budi menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya perlahan, "Lalu bagaimana, kamu sudah nggak punya pekerjaan lagi?"
"Hari ini aku akan mencari pekerjaan. Sementara waktu aku akan cari orderan bengkel saja."
"Iya,tapi itu kan nggak pasti,To."
"Hhh, doakan saja ya, Bud."
Budi menarik nafas kasar. "Kamu yang sabar ya,To. Semoga kamu bisa segera mendapatkan pekerjaan yang baru. Yang lebih baik daripada di toko pak Toni."
"Aamiin. Terimakasih, Bud."
"Jadi bagaimana apa kamu jadi menceraikan Lisa?"
"Tentu saja aku jadi menceraikannya. Minggu depan sidang terakhir kami. Semoga aku bisa mendapatkan hak asuh atas anakku Alya.
"Aamiin. Semoga masalah kamu cepat selesai ya,To," ucap Budi seraya menepuk bahuku.
"Aamiin. Terima kasih ya,bud. Ya sudah aku mau pergi dulu siapa tahu aku bisa mendapatkan pekerjaan baru hari ini," pamitku.
"Iya,To. Kamu hati-hati di jalan ya. Aku akan mendoakan kamu."
"Iya, aku pergi dulu. Kamu juga mau kerja kan." ucapku seraya bangkit berdiri di ikuti oleh Budi.
"Iya, To." sahut Budi.
Aku lalu pergi meninggalkan rumah Budi. Aku kayu sepedaku dengan perlahan tapi sampai menjelang siang aku belum juga mendapatkan orderan.
Aku beristirahat sejenak di masjid untuk salat zuhur. Karena lapar,aku lalu membeli gorengan hanya untuk sekadar mengganjal perutku yang lapar. Setelah cukup kenyang,aku kembali mengayuh sepedaku menyusuri gang demi gang bahkan sampai pergi ke Kelurahan sebelah.
Mungkin belum rezeki ku,sampai sore aku tidak juga mendapatkan orderan maupun pekerjaan yang baru. Aku lalu salat ashar sebentar di masjid yang ada di pinggir jalan. Setelah itu aku melanjutkankan mencari orderan di gang-gang yang searah dengan rumah.
Rumah ibuku sudah hampir dekat tapi aku tidak juga mendapatkan orderan hari ini. Aku tetap berharap semoga besok aku akan mendapatkan pekerjaan yang baru.
Sampai di rumah aku lihat anak-anak sedang bermain di halaman. Aku lalu menaruh sepedaku di samping rumah. Keesokan harinya aku kembali mencari pekerjaan tapi sampai siang haru,aku masih belum juga mendapatkan pekerjaan maupun orderan di bengkel.
Aku lalu memutuskan untuk pulang saja ke rumah. Saat aku baru sampai di rumah tiba-tiba ada Budi di belakangku. Dia memanggil-manggil ku.
"Anto!" teriaknya.
Aku lalu menoleh, "Ada apa,Bu?" tanyaku.
"Budi lalu menyodorkan amplop putih ke tanganku, "Ini,aku tadi di titipin sama bos Toni," jelas Budi.
Aku mengernyitkan dahiku lalu membuka amplop putih itu. Mataku membulat. Ternyata isi dari amplop itu adalah uang gaji ku selama sebulan.
"Loh ini uang gajiku selama 1 bulan,Bud," ucapku.
"Aku nggak tahu,To. Bos hanya menitipkannya saja padaku," jelas Budi.
"Alhamdulillah. Ya sudah terima kasih ya, Bud."
"Iya, To. Sama-sama. Bagaimana, apa kamu sudah dapat pekerjaan yang baru?"
Aku menggeleng lemah, "Belum,Bud."
"Kamu coba kembali lagi ke bekerja di toko. Siapa tahu bos mau menerimamu lagi."
"Nggak,Bud. Aku akan mencari pekerjaan lain saja. Aku sudah nggak enak sama mas Toni," tolakku halus.
"Hhmm,kalau bos Toni tau masalah kamu,dia pasti menyesal sudah memecat kamu gara-gara orang yang tak tau diri itu."
"Biarkan saja,Bud. Toh Allah nggak tidur. Pasti akan ada jalan untuk aku. Biar Allah yang akan membalas setiap perbuatan jahat orang pada kita."
"Iya, To. Ya sudah aku pulang dulu ya,sudah mau maghrib. Nanti sering-seringlah main ke rumahku," pamit Budi.
"Iya,In Sya Allah,Bud. Kamu juga sering-sering main ke sini,ya! Hati-hati di jalan!" ucapku.
Aku lalu masuk ke rumah dan langsung pergi mandi. Aku bersyukur bos Toni masih mau membayarkan gajiku satu bulan full walau aku kerja belum ada tiga minggu. Alhamdulilah, sementara aku masih punya pegangan uang untuk menyambung hidup satu bulan ke depan. Setiap kejadian dalam hidup, kita tidak perlu menyesalinya apalagi mengeluh sampai marah-marah. Sabar dan hadapi dengan hati ikhlas. In Sya Allah, akan selalu ada jalan terbaik yang Allah berikan pada kita.
.
.
.
.
13
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEDIH BANGET LIAT LO TO, SEMOGA LISA & DAVID DAPAT AZAB...
2022-10-06
1
Eliani Elly
lanjut kk
2022-01-14
0
Aris Pujiono
jangan mrnyerah
2022-01-09
0