Aku dan pak Anop sampai di toko tampatku bekerja sedikit telat. Aku pikir pak Toni pasti akan marah. Aku hanya bisa pasrah saja.
Aku memang melihat wajah pak Toni datar saja saat melihat ke arahku. Aku ingin menjelaskan padanya tapi pak Anop buru-buru ingin bicara dengannya. Aku lalu bicara dengan pak Toni mengenai pak Anop yang ingin membeli barang di tokonya.
Mereka lalu berbicara berdua. Aku kembali bekerja seperti biasa. Dan tak lama kemudian Budi mengajakku mengirim barang ke pembeli.
Sampai waktunya pulang,aku bersiap mengambil sepedaku di parkiran dekat dengan mobil bosku terparkir. Saat hendak mengayuh sepedaku,tiba-tiba bos memanggilku.
"Anto. Sini,kamu!" panggilnya.
Deg. Jantungku berdebar tak beraturan. Aku siap jika bos memarahiku asalkan aku tidak sampai di pecat. Aku masih ingin bekerja di tokonya. Mencari orderan di bengkel hanyalah sampinganku karena aku baru saja memulainya.
Aku gegas mendekat ke arah bos agar dia tidak makin kesal denganku, "Iya,bos," sahutku saat sudah di dekatnya.
"Nih,buat kamu," ucapnya seraya menyerahkan amplop putih padaku. Sontak aku kaget. Apa aku di pecat? Gajianku kan masih lama.
"Bos? A-aku minta maaf bos. Aku janji nggak akan ijin-ijin lagi. Tapi tolong jangan pecat aku,bos," ucapku memohon.
Baru saja memulai mencari penghasilan tambahan eh penghasilan utamaku malah harus terhenti.
"Siapa yang mau pecat kamu,To?" tanyanya heran.
Aku mengernyitkan dahiku. Jadi bos tidak memecatku! Lalu amplop ini,apa? Tanyaku dalam hati.
"Lalu ini apa,bos? Aku kan gajian masih lama," tanyaku heran.
"Kamu itu. Itu bonus buat kamu karena sudah mengajak pembeli ke toko saya."
"Pembeli? Oh,pak Anop tadi ya bos?"
Bos Toni mengangguk, "Iya. Dia memborong banyak. Besok pagi,kamu antarkan pesanannya sama Budi. Jangan ada yang salah!"
Mataku berbinar. Senyum langsung tersungging di bibirku.
"Jadi? Pak Anop sudah membeli banyak di toko dan aku dapat bonus ini,bos?" rasanya aku masih tidak percaya.
"Iya! Sering-sering saja ajak pemborong membeli di toko saya,To. Kamu akan dapat bonus lebih banyak lagi," janji bos Toni padaku.
"Baik,bos!" ucapku bersemangat. Tentu saja aku akan lebih bersemangat lagi.
"Ya sudah sana pulanglah!" titahnya kemudian.
Aku gegas pulang ke rumah. Sebenarnya aku ingin keliling dulu seperti kemarin-kemarin siapa tau dapat rezeki lagi tapi aku ingat Andre,putraku itu sepatunya sudah rusak. Aku ingin membelikannya dengan uang yang tadi di kasih oleh pak Toni.
Sampai di rumah ibuku,aku lihat kedua anakku sedang nonton tv bersama nenek dan juga saudara sepupunya. Mereka menoleh lalu tersenyum menyadari kedatanganku.
Aku gegas mandi lalu ke masjid untuk sholat maghrib bersama putraku. Setelah dari masjid,di meja makan sudah terhidang makan malam. Ibu masak sayur asem dan ikan asin beserta tahu tempe yang masih hangat membuat selera makanku bertambah.
Setelah makan,aku baru ingin membuka amplop putih yang tadi di kasih oleh bos Toni.
"Alhamdulillah," ucapku penuh syukur. Ada enam lembar uang warna biru.
Aku lalu mendekati putraku, "Mas Andre sepatunya sudah rusak,kan? Yuk,kita ke pasar dekat sini cari sepatu kamu!" ajakku pada sulungku.
Matanya langsung berbinar, "Beneran,yah?" tanyanya seakan tidak percaya.
"Beneran,donk! Ayo kamu siap-siap. Ambil jaket!" titahku.
Dia langsung beranjak ke kamar neneknya untuk mengambil jaket.
Aku lalu mendekati ibuku, "Bu,ini ada uang tambahan untuk belanja," ucapku seraya memberikan dua lembar uang biru pada ibuku.
"Loh,bukannya kamu mau membelikan Andre sepatu baru?" tanya ibu heran.
"Masih ada kok,bu. Aku dapat rezeki tadi," jelasku.
"Ya sudah terimakasih,nak. Semoga kamu mendapatkan rezeki yang banyak dan barokkah,ya. Aaminn," doanya dengan tulus.
"Aamiin," sahutku.
Aku lalu duduk di sebelah si bungsu, "Alya tinggal sama nenek dulu ya,ayah mau belikan mas Andre sepatu. Kasihan sepatunya sudah rusak," ucapku pada si bungsu. Dia mengangguk lalu tersenyum.
"Iya,yah,"
Aku lalu pergi berboncengan dengan Andre karena sudah malam aku tidak ingin dia naik sepeda sendirian dan juga karena jalan yang kami lewati adalah jalan raya. Alhamdulillah niatku membelikan anakku sepatu baru akhirnya terwujud. Sepatu Andre memamg sudah rusak parah. Dia membelinya dua tahun yang lalu sementara Alya,sepatunya baru saja di beli beberapa bulan lalu saat dia baru masuk sekolah.
Setelah memasuki beberapa toko,akhirnya putraku membeli sepatu yang biasa saja. Walau bukan sepatu yang mahal tapi juga bukan yang murahan. Semoga bisa awet di pakai.
Aku pulang setelah membeli juga alat tulis untuk anak-anakku. Alhamdulillah uang yang dari pak Toni masih ada dua lembar lagi akan aku simpan untuk keperluan mendesak sementara gajiku tinggal sedikit untuk pegangan aku bulan ini.
***
Beberapa hari kemudian saat aku sedang sibuk di toko,bos memanggilku. Aku gegas menghampirinya.
"Iya,bos," ucapku saat sudah ada di dekatnya.
"Nih,ada yang nelpon kamu," terang bos seraya memberikan gagang telpon padaku.
Siapa yang menelponku ke toko? Batinku heran. Gegas aku menjawab telponnya.
"Haloo," sahutku ragu.
"Iya,saya Anto."
"Oh,pak Sugi. Iya,pak."
"Apa,pak? Serius?"
"Alhamdulillah. Nanti sore saja bisa,pak? Sekarang saya masih bekerja di toko pulangnya jam lima."
"Ooh,rumah yang di sebelah bengkel itu rumah bapak?"
"Iya,baiklah pak. Saya akan ke sana sepulang dari toko. Terimakasih banyak,pak."
Aku lalu mengembalikan gagang telpon ke tempatnya. Aku pikir aku tidak jadi dapat uang dari pak Sugi setelah berapa hari aku tunggu. Ternyata aku dapat juga. Seneng banget rasanya walau aku tidak tau berapa jumlah uang yang akan aku terima.
Tepat jam lima sore,gegas aku ke bengkel pak Sugi. Sampai di sana,bengkel memang sudah tutup tapi di sebelahnya ada rumah sederhana milik pak Sugi. Beliau sudah menunggu di teras.
"Assalammualaikum," ucapku ramah.
"Wa'alaikumsalam," sahut pak Sugi ,"Ayo masuk!" ajaknya.
Aku lalu masuk ke rumahnya yang mirip sebuah ruko. Setelah di persilahkan duduk,pak Sugi langsung memberikan amplop putih padaku. Jantungku berdebar-debar menerimanya karena aku merasakan amplop itu cukup tebal. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar,aku pamit pulang karena hari sebentar lagi maghrib.
Aku kayuh sepedaku dengan sedikit ngebut tapi belumlah sampai di rumah,azan maghrib sudah berkumandang. Aku lalu sholat di masjid yang ada di pinggir jalan.
Setelah sholat maghrib,aku gegas pulang. Aku takut anak-anakku mencariku karena tidak pulang-pulang.
Sampai di depan rumah ibuku,Andre dan Alya sudah menungguku di depan pintu.
"Ayah,kok baru pulang?" tanya Alya dengan wajah cemas.
Aku lalu memarkirkan sepedaku di teras, "Iya,nak tadi ayah ada perlu. Ayo masuk!" ajakku.
Kami lalu masuk ke rumah,aku lihat ibu sedang menyiapkan makan malam. Aku gegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah mandi,semua keluarga sudah menunggu untuk makan malam.
Setelah selesai makan malam,aku lalu merogoh kantong celanaku,mengambil amplop yang aku dapat dari pak Sugi tadi. Mataku membulat,rasanya aku tidak percaya dengan penglihatanku. Aku hitung berulang kali uang yang ada di dalam amlop. Jumlah yang fantastis bagiku karena melebihi gajiku tiap bulannya.
Aku langsung sujud syukur sampai semua keluargaku heran melihatku.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SUKA BANGET DGN CERITA INI, BOSAN JUGA BACA CERITA CEO2 KAYA TERUS..
INI CERITA BNYK TEJADI DI KHIDUPAN NYATA, TRMASUK AKU YG PRNH MNGALAMINYA
2022-10-06
2
Eliani Elly
kayaknya setelah pisah rezeki malah bertambah
2022-01-14
0
Aris Pujiono
semangat bejerja
2022-01-05
0