Aku dan kedua anakku sampai di rumah ibu. Ibu menyambut kami dengan wajah sedih tapi tetap hangat terhadap kedua anakku apalagi terhadap cucunya Alya yang terlihat matanya merah karena habis menangis. Ibu langsung memeluknya.
"Sayang,kamu sudah makan,belum?" tanya ibu seraya merangkul bahu Alya lalu mengajaknya ke dapur.
Telur goreng yang asap panasnya masih mengepul sudah terhidang di meja makan. Mungkin ibu baru saja memasaknya, "Ayo makan,nenek sudah siapin buat Alya dan mas Andre."
Putriku menoleh sekilas ke arahku. Aku menatapnya seraya menganggukkan kepalaku.
Alya lalu duduk di meja makan di ikuti oleh Andre. Ibuku segera menyendok nasi,sayur dan telur goreng ke piring Alya dan Andre. Mereka langsung makan dengan lahab seperti mereka seharian tidak makan saja. Dadaku terasa sesak melihatnya pun ibuku,beliau langsung meninggalkan dapur setelah menyuruhku ikut makan.
Aku ikut duduk di sebelah putriku, "Makan yang kenyang ya nak,ayah ambilkan lagi nasinya?"
Alya menggelengkan kepalanya sementara Andre langsung menganggukkan kepala. Aku lalu mengambilkan nasi untuk Andre dan juga untukku.
Setelah merasa kenyang,aku langsung mencuci piring kotor bekas kami makan. Alya dan Andre di ajak ibu ke ruang tamu. Rumah sederhana ibu memang tidak memiliki ruang keluarga,jadi ruang tamu jadi satu dengan ruang keluarga.
"Andre sama ayah tidur di sini tidak apa-apa ya? Biar adek Alya tidur sama nenek," ucap ibuku.
"Iya,nek. Tidak apa-apa kok," jawab Andre.
Aminah dan putrinya ikut berkumpul di ruang tamu. Aku lalu menyusul mereka setelah selesai mencuci piring.
Alya langsung menghampiriku lalu memelukku erat, "Ayah,jangan tinggalin Alya sendirian lagi," lirihnya.
Aku membalas memeluknya erat, "Iya sayang,ayah nggak akan tinggalin Alya. Alya di sini saja sama nenek,ya!"
Putriku mengangguk lalu melepaskan pelukannya.
Kami ngobrol sebentar,lalu ibu mengajak Alya tidur di kamarnya sementara aku dan sulungku tidur dengan memakai tikar di depan tv.
***
Hari ini hari minggu,aku libur kerja. Pulang dari masjid sehabis sholat subuh,aku membeli kacang ijo,aku ingin membuat bubur. Kedua anakku suka sekali makan bubur kacang ijo buatanku.
Pukul tujuh aku sudah selesai memasak bubur kacang ijo sekaligus untuk sarapan. Kedua anakku makan dengan lahab,Andre sampai nambah dua kali. Sulungku itu memang makannya banyak,mungkin karena masa pertumbuhan.
Selesai sarapan,aku mencuci pakaianku dan juga pakaian kedua anakku. Dari kamar mandi bisa aku dengar tawa lepas kedua anakku bermain dengan sepupunya,anak dari adikku Aminah. Mereka tampak akur.
Selesai mencuci pakaian,aku berniat keluar. Siapa tau ada rezeki untukku dan anak-anakku.
"Andre,Alya,ayah mau keluar dulu,ya," pamitku.
Alya gegas menghampiriku, "Ayah mau kerja? Kan hari minggu libur?"
"Ayah ada pekerjaan sedikit,nak."
Alya cemberut lalu memalingkan wajahnya dariku, "Alya mau ikut?" tawarku akhirnya.
Putriku langsung menoleh dengan wajah tersenyum, "Mau,yah!"
"Ya sudah,pakai jaket kamu. Kita naik sepeda," titahku.
Dengan bersemangat Alya mengambil jaketnya lalu menghampiriku lagi, "Ayo,yah!" ajaknya tidak sabar.
"Ayah sama adek mau kemana?" tanya Andre.
"Ayah sama adek mau keluar sebentar. Kamu mau ikut juga?" tanyaku
Andre mengangguk, "Iya,yah."
"Ya sudah,ayo. Kamu pakai sepeda sendiri,ya?"
Aku lalu berpamitan sama ibu. Bersama kedua anakku,aku keliling gang dekat rumah ibu sampai tembus ke gang-gang yang lebih jauh.
Karena masih pukul delapan,udara masih cukup sejuk. Banyak orang yang bersepeda bersama keluarga ataupun teman-teman mereka.
"Ayah,kita mau kemana?" tanya Andre yang berada di depanku.
"Kita muter-muter saja,nak. Kalau sudah mulai panas,kita pulang," sahutku yang di beri anggukan oleh putraku.
Setelah setengah jam.
"Wah,rumahnya besar banget," celetuk Alya yang duduk di belakangku.
"Rumah siapa,nak?" tanyaku penasaran.
"Itu,yah!" tunjuknya ke arah sebelah kanan jalan.
Aku berhenti. Ternyata Alya menunjuk rumah besar yang belum selesai di bangun. Aku langsung tersenyum lalu berteriak ke arah Andre.
"Ndre! Kita berhenti dulu,nak!" teriakku.
Andre pun berhenti lalu menghampiriku, "Kenapa,yah?"
"Kita kesana,yuk!" ajakku yang segera menuntun sepedaku ke arah rumah besar itu.
Aku lihat ada tiga orang yang sedang mengobrol tapi tidak ada yang bekerja. Mungkin hari minggu libur. Batinku.
"Permisi," sapaku saat sudah dekat dengan rumah itu. Sepeda aku parkirkan tidak jauh dari sana.
Satu orang yang paling tua mendekatiku, "Ada apa?" tanyanya heran seraya menatapku dan kedua anakku satu persatu.
"Boleh saya bertemu pemilik rumah?"
"Ada perlu apa?" tanyanya penuh selidik.
Dua orang yang memperhatikan kami pun mendekat.
"Ada apa ya,pak?" tanya laki-laki yang lebih muda dengan gaya lebih sopan dari orang yang pertama.
Aku lalu mengeluarkan brosur yang ada di saku celanaku, "Saya mau menawari ini,pak," jelasku seraya menunjukkan brosur itu.
Laki-laki yang lebih muda mengambil brosur dari tanganku lalu membaca tulisannya dengan seksama.
"Ini bengkel milik kamu?" tanyanya.
Aku menggeleng cepat, " Saya hanya mencari orang yang mau pesan saja,pak. Bisa bapak pilih mana yang di butuhkan. Kalau ada,bapak akan saya antar ke pemilik bengkel."
"Oohh,kamu mau cari untung lebih,ya?" tanya laki-laki yang pertama dengan pandangan sinis ke arahku.
"Kalau masalah keuntungan,saya hanya menerima berapa persen saja dari pemilik bengkel," jelasku.
"Dapat berapa,kamu?"
"Kata pemilik bengkel,saya akan mendapat upah sepuluh persen dari keuntungan yang di dapat," jawabku jujur.
"Memangnya kamu kerja di mana?"
"Saya kerja di toko bangunan,pak."
Laki-laki muda yang memegang brosur menganggukkan kepalanya, "Baiklah,kalau saya mau pesan,saya akan ke bengkel ini, " ucapnya.
"Terimakasih. Boleh saya ambil lagi brosurnya,pak? Saya hanya punya satu," pintaku.
"Baiklah. Kalau begitu saya akan menghubungi bapak kalau mau ke bengkel itu. Kita bisa ketemu di sana," ucapnya.
Aku bingung bagaimana caranya bapak itu menghubungiku karena aku tidak punya handphone.
"Berapa nomor kontak yang bisa saya hubungi?" tanyanya.
"Hhmm,saya nggak punya handphone,pak," jawabku lirih.
"Ok,baiklah kalau begitu besok siang saya akan ke toko tempat bapak bekerja setelahnya kita ke bengkel sama-sama. Apa bapak besok ada waktu?"
"Besok siang saya bisa,pak. Siang waktu istirahat saya," jawabku dengan senyum terkembang.
"Kalau begitu saya juga akan pesan bahan bangunan di toko tempat bapak bekerja," jelasnya.
"Oh iya,pak. Di toko bangunan tempat saya bekerja semuanya lengkap."
"Bagus kalau begitu. Saya akan ke sana besok siang."
"Terimakasih,pak. Kalau begitu saya permisi dulu," pamitku yang di beri anggukan oleh bapak-bapak yang paling muda.
Aku gegas menghampiri kedua anakku. Mereka menatapku dengan heran.
"Ayah,ada apa?" tanya Andre.
"Ayah sedang mencari uang tambahan,nak. Doakan ya semoga rezeki kita," ucapku.
"Iya ayah,kita akan doakan rezeki ayah banyak!" ucap Andre.
"Rezeki Andre dan Alya di limpahkan. Semoga barokkah. Aamin," ucapku yang di Aamiini juga oleh kedua anakku.
Aku lalu mengajak kedua anakku pulang ke rumah ibu karena matahari sudah mulai terik.
.
.
.
.
.
.
.
17
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
LISA GK THN MISKIN, KPN GK BANTU SUAMI JUALAN KECIL2N DPN RMH KONTRAKN..
INI MLALUI JLN PINTAS DGN SELINGKUH SAMA SUAMI ORG
2022-10-06
1
Martini Ayat
Jadi ikutan nangis....
Hua Hua aaaa
2022-09-16
0
bunda f2
Hadir lagi kak semangat terus ya
2022-03-17
0