Aku baru sampai di rumah ibuku setelah terlebih dahulu ke masjid sampai isya. Ibu sedang duduk di ruang tamu. Dahinya mengernyit saat tau kedatanganku.
"Kamu menginap lagi di sini,nak?" tanyanya heran.
Aku mengangguk cepat, "Iya,bu."
"Kenapa,nak? Tidak baik membiarkan masalah berlarut-larut. Kasihan Andre dan Alya."
"Bu,aku akan menceraikan Lisa," ucapku pelan namun penuh penekanan.
"Apa? Kenapa,To? Ibu nggak setuju!" ucapnya dengan nada tinggi.
"Bu,aku sudah nggak bisa hidup dengan Lisa lagi. Keputusanku sudah bulat. Tolong mengertilah."
"Kamu itu,To. Dulu saat ayah kamu nggak setuju kamu menikahi Lisa tapi kamu bersikeras tetap akan menikahinya,sekarang kamu juga bersikeras ingin menceraikannya!" protes ibu.
Aku menarik nafas berat, "Maafin aku,bu." sahutku lesu. Mungkin dulu aku sudah di butakan oleh cinta hingga tidak mau mendengar apa kata orang tua.
Aku lalu menghempaskan tubuhku ke sofa. Aku merasa lelah. Sungguh tidak menyangka rumah tangga yang aku bina atas dasar cinta sedang di ambang kehancuran. Aku tidak bisa membayangkan betapa hancurnya perasaan kedua anakku.
Ibuku lalu duduk di sebelahku, "Apa masalah kalian sampai kamu ingin bercerai? Jangan suka mengambil keputusan di saat sedang marah!"
"Aku sudah memikirkannya beberapa hari,bu. Dan aku sudah yakin dengan keputusanku!"
"Sebesar apa masalahnya sampai harus bercerai? Sampai harus mengorbankan anak-anakmu."
Apa aku harus jujur ya sama ibu? Aku takut nanti ibu malah jadi membenci Lisa, "Kita memang sudah nggak bisa lagi bersama,bu. Aku nggak bisa terus berpura-pura di hadapannya. Tolong ibu doakan saja semoga ini yang terbaik."
Hhh,ibu menarik nafasnya berat lalu bangkit dan berlalu meninggalkanku masuk ke kamarnya.
Maafkan aku,bu. Aku lalu memejamkan mataku. Karena kelelahan aku pun dengan cepat tertidur.
***
Pulang dari sholat subuh,aku lalu sarapan nasi goreng yang sudah ibu siapkan untukku. Aku jadi ingat nasi goreng buatan Lisa. Ahh,kenapa aku jadi ingat dia dan itu membuat aku juga mengingat tentang pengkhianatannya.
Aku lihat Aminah menatapku dengan tatapan yang tak bisa aku baca. Mungkin adikku itu heran melihatku menginap di rumah ibu dua hari ini tapi dia segan untuk bertanya.
Setelah selesai sarapan,aku mendekati ibuku, "Bu,ini ada sedikit uang untuk nambah beli beras. Maaf bu,hanya bisa segini," ucapku seraya menyodorkan uang merah tiga lembar pada ibu.
"Loh,kebanyakan ini,To. Buat istri dan anak kamu nanti kurang," tolak ibu halus.
"Nggak apa-apa,bu. Kan aku makan di sini. Kalau ada rezeki lagi nanti aku kasih lagi."
"Hhmm,semoga keputusan kamu berubah," sahut ibu yang segera berlalu dari hadapanku. Ahh,andai ibu tau kenapa aku seperti ini.
Aku mengambil sepedaku lalu pergi ke toko.
Aku bekerja seperti biasa. Setelah istirahat siang,aku dan Budi kembali mengantarkan barang ke pembeli.
"Kita mengantarnya agak jauh,To," jelas Budi.
"Nggak apa-apa," sahutku.
Setelah memakan waktu lebih setengah jam,kami sampai di rumah pembeli. Eh bukan rumah tapi lebih mirip gedung. Atau memang rumah orang kaya yang mirip gedung.
Aku dan Budi sibuk menurunkan barang. Saat hendak pulang,aku melihat seorang laki-laki berbicara pada si empunya gedung. Ternyata seseorang itu sedang menawari si empunya gedung agar memesan segala macam jenis pagar dan pintu besi ke bengkel las tempat dia bekerja dengan menunjukkan brosur.
Entah mengapa aku jadi tertarik meminta brosurnya juga.
"Bapak mau pesan juga?" tanya orang itu.
"Hhmm,mau lihat-lihat dulu," jawabku asal. Mau pesan buat siapa? Tanah untuk membangun rumah saja nggak punya. Batinku geli.
"Bapak bekerja di bengkel ini?" tanyaku.
"Saya hanya menawari saja. Kalau ada yang pesan melalui saya maka saya akan dapat komisi dari pemilik bengkel," jelasnya.
Aku mengangguk-anggukkan kepala, "Oh begitu. Jadi kalau saya bisa mencari orang yang mau memesan di bengkel ini,saya juga dapat komisi ya,pak?" aku makin penasaran dan mulai tertarik setelah mendengar penjelasan dari bapak itu.
"Iya,kamu akan dapat sepuluh persen dari keuntungannya."
Wah,aku makin tertarik nih, "Brosurnya saya bawa ya,pak? Saya boleh kan mampir ke bengkel ini?"
"Oh iya boleh. Bengkel buka jam delapan dan tutup jam lima sore,ya," terangnya.
Aku menganggukkan kepala, "Baiklah,terimakasih. Saya permisi dulu,pak," pamitku.
Aku segera menyusul Budi ke mobil, "Kamu kok malah ngobrol sama orang itu sih,To." protes Budi.
"Maaf,Bud. Aku sedang cari usaha baru," jawabku.
"Kamu mau berhenti kerja di toko pak Toni?"
Aku menggeleng cepat, "Nggaklah,Bud. Aku hanya cari kerja sampingan saja. Ayo jalan."
Budi menggeleng-gelengkan kepalanya lalu mulai menyalakan mesin mobil, "Ada-ada saja kamu,To."
"Doain donk,semoga aku bisa dapat kerja sampingan. Lumayan buat biaya cerai,"
Budi tiba-tiba mengerem mendadak.
"Kamu apa-apaan sih,Bud?" ucapku kesal sambil melotot ke arahnya.
"Maaf-maaf,aku kaget," ucapnya lalu kembali menyalakan mesin mobil.
"Huuhh," aku masih kesal. Jantungku sampai mau copot karena ulahnya.
"Kamu sih,bikin kaget aku saja."
"Loh,kamu yang bikin aku kaget,kok!" protesku.
"Kamu yang bikin aku kaget! Jadi kamu beneran mau cerai?"
Aku mengangguk cepat, "Iyalah beneran masa bohongan!" sungutku.
"Kamu itu nggak bersyukur punya istri secantik Lisa,kok malah di cerai."
"Huuhh,dia juga nggak bersyukur punya suami ganteng seperti aku."
"Hahhaa,sok ganteng kamu,To,To!" Budi mengejekku.
"Memang aku gantenglah,makanya walau dia cantik tapi masih mau sama aku."
"Hhh,nasib orang jelek ya begini. Sampai sekarang belum nikah juga," Budi memasang wajah sedih.
"Nikah apa belum itu bukan masalah jelek apa ganteng,Bud. Tapi karena jodoh memang sudah di atur."
"Lalu kenapa kamu mau bercerai?"
"Hhmm,okelah Bud. Karena kita sahabat sudah lama,aku akan cerita sedikit. Tapi kamu janji jangan cerita ke siapapun!" Aku menarik nafas berat. Rasa sakit itu kembali muncul, "Lisa bukan istri yang setia."
"Bukan istri yang setia gimana maksud kamu,To?"
"Dia sudah selingkuh."
Lagi-lagi Budi mengerem mendadak hingga aku yang tidak memakai sabuk pengaman jadi membentur dashboart.
"Budiii!" teriakku kencang.
"Maaf-maaf! Kamu sih bikin aku kaget lagi!"
"Kamu yang bikin aku kaget!" protesku.
"Ya kamu lah!" sanggahnya.
"Iihh nih orang. Dia yang bikin kaget malah nyalahin orang lain." aku jadi emosi.
"Ya kamu bikin aku kaget pake bilang kalau Lisa sudah selingkuh."
Aku menarik nafas dalam-dalam, "Memang dia sudah selingkuh. Aku lihat pake mataku sendiri!"
"Hhh,sayangnya mataku nggak lihat."
Aku tinju bahunya hingga dia meringis.
"Kamu yakin To mau bercerai dari Lisa?"
"Seribu yakin!" jawabku.
"Hhhh,aku hanya bisa memberikan doa saja,To. Semoga keputusan kamu itu yang terbaik."
"Aamiin. Terimakasih," sahutku.
.
.
.
.
.
.
19
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Eliani Elly
lanjut
2022-01-14
0
Aris Pujiono
lanjut kak
2022-01-03
0
♕FiiStory_
saya mampir kak, semangat 💪 mampir juga di Karyaku Melahirkan Anak GENIUS dan AJAIB 🥰
like and fav meluncur
2021-12-30
1