Aku mengambil sepedaku lalu menuntunnya keluar kost. Anak-anakku langsung berhenti bermain saat melihatku yang hendak pergi dengan membawa tas.
Andre mendekatiku, "Ayah mau pergi lagi? Kan baru saja pulang? Kenapa bawa tas ini?" Rentetan pertanyaanya membuatku bingung harus menjawab apa.
Aku menarik nafas berat. Aku belum siap memberitahukan pada kedua anakku tentang masalah aku dan ibunya, "Ayah malam ini ada perlu menginap di rumah nenek. Kalian baik-baik,ya? Jangan lupa sholat,"
"Mas Andre ikut,yah," sahutnya.
'Kamu di sini saja sama ibu dan adik,ya. Kasihan kalau hanya berdua saja,"
"Hhmm,iya deh. Tapi besok ayah pulang,kan?"
Aku hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaannya, "Ayah pergi dulu nanti keburu maghrib. Kalian juga masuk,sebentar lagi kan mau maghrib."
"Iya,yah," sahut Andre.
Aku langsung menaiki sepedaku dan mengayuhnya ke arah rumah ibuku yang berjarak lima belas menit menggunakan sepeda.
Tak lama kemudian aku sampai di rumah ibuku. Ibuku tinggal bertiga dengan adik perempuanku dan anaknya. Ayahku telah lama tiada dan suami dari adikku berada di luar kota karena mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di sana.
Aku simpan sepedaku di halaman samping,tepatnya di pintu menuju dapur.
"Mas Anto?" panggil adikku yang bernama Aminah. Dia menatapku dengan tatapan heran.
"Assalammu'alaikum," ucapku seraya melepaskan sandalku.
"Wa'alaikumsalam," sahutnya.
"Ibu mana?" tanyaku lalu duduk di meja makan.
"Ibu ada di kamar sama Hani," jawabnya. Hani adalah putri semata wayang adikku yang baru berusia empat tahun.
"Hhmm,mas ke masjid dulu," ucapku seraya menyimpan tasku di atas meja dapur.
Aku keluar lagi dari rumah dengan tatapan curiga dari adikku. Hhh,aku harus siap saat ibu dan adikku menanyaiku nanti.
***
Setelah sholat isya aku baru pulang dari masjid. Rumah ibu terlihat sepi dari luar. Hanya lampu teras yang memberikan penerangan.
"Assalammu'alaikum," ucapku seraya mengetuk pintu ruang tamu di rumah ibuku.
Ceklek. Pintu terbuka dan ibu yang membukakan pintu untukku.
"Wa'alaikumsalam," sahut beliau. Aku lalu masuk dan duduk di kursi yang ada di ruang tamu.
"To,kamu menginap di sini?" tanya ibu heran.
"Hhmm,iya bu," jawabku.
"Kenapa? Apa ada masalah sama istri kamu?" tanya ibu lagi.
"Hhmm,nanti aku akan cerita, tapi sekarang aku mau tidur dulu ya,bu," jawabku. Aku belum siap untuk jujur tentang masalahku pada ibu. Aku merasa malu dan tentu saja aku tidak ingin membuat ibu kepikiran tentang masalah yang sedang aku hadapi. Ibu juga pasti akan sedih.
"Hhh,makan dulu sana!" titahnya lalu pergi meninggalkanku sendirian di ruang tamu.
Aku sebenarnya lapar tapi aku malu numpang makan di rumah ibuku karena setiap bulannya aku hanya mampu memberi ibuku sedikit sekali uang. Ibu dan adikku makan dari kiriman suaminya Aminah yang bekerja di luar kota.
Aku menyalakan tv, mungkin lama-lama bisa tertidur walau dengan perut lapar. Tapi nyatanya sejam berlalu, aku masih belum bisa tidur dan perutku makin minta di isi. Rasanya lapar sekali.
Aku lalu pergi ke dapur. Alhamdulillah masih ada sepiring nasi dan tahu goreng. Aku makan dengan lahab. Setelah makan,aku kembali ke ruang tamu karena aku tidur di sana. Di rumah ibu hanya ada dua kamar saja,yang satu di pakai oleh ibu dan yang satu di pakai oleh adikku dan anaknya.
Entah pukul berapa aku bisa tertidur,tiba-tiba ibu membangunkanku.
"To,sudah subuh ini. Kamu mau subuh di masjid,kan?" ibu membangunkan aku dari mimpi. Karena aku baru bisa tertidur larut malam, pagi ini aku masih merasa sangat mengantuk sekali.
Aku langsung duduk lalu menggerakkan otot-ototku "Aku sholat di masjid,bu," jawabku seraya bangkit dan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Aku ke masjid sampai pukul enam. Sampai di rumah ibu, sudah terhidang makanan di meja makan. Ibu memang terbiasa masak pagi-pagi sekali.
"To,ayo makan dulu," tawar ibu.
"Aku makan di toko saja,bu," tolakku halus.
"Loh,memangnya kamu di kasih sarapan pagi di toko? Bukannya hanya makan siang?" tanya ibu heran.
Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. Aku ingin menolak tapi aku tidak punya uang untuk membeli makanan,uangku benar-benar sudah habis. Besok aku baru gajian. Akhirnya,aku ikut sarapan bareng ibu. Ada sedikit tenaga setelah menyantap sarapanku.
Setelah selesai sarapan, aku bergegas pergi ke toko, bekerja seperti biasa. Walau kali ini aku bekerja tidak begitu bersemangat seperti sebelumnya tapi aku tetap berusaha bekerja sebaik mungkin. Aku berusaha melupakan semua masalahku saat bekerja.
***
Keesokan harinya saat aku sudah menerima gajiku,aku ijin sama bosku untuk mengurus perceraianku. Aku sudah membawa berkas-berkas yang di perlukan untuk mengajukan gugatan cerai. Karena urusannya cukup lama, aku baru bisa kembali ke toko dua jam kemudian.
Aku hampiri bosku yang seperti menahan kesal padaku, "Maaf bos, urusan saya baru selesai."
"Nggak biasanya kamu seperti ini,To?" tanyanya penuh curiga.
Aku bingung, apa harus cerita sama bos,tapi kalau tidak cerita nanti dia bisa mikir yang tidak-tidak. Bos paling tidak suka pegawai yang suka telat dan tidak tepat janji. Sementara mengurus perceraian tidak hanya memakan waktu sehari.
"Hhmm,maaf bos. Tadi saya ke kantor KUA," terangku dengan suara pelan takut ada yang mendengar.
Bos Toni mengernyitkan dahinya, "Apa? Siapa yang mau nikah?" tanyanya penuh selidik.
"Saya-saya mau urus perceraian," jawabku lirih.
"Apa? Kamu mau cerai? Kenapa,To?" tanya bos kaget dengan alis bertaut.
"Saya sudah nggak bisa melanjutkan hubungan dengan Lisa,bos," jelasku tanpa memberitahukan alasan yang sebenarnya.
"Iya kenapa? Kamu pikir dulu baik-baik. Kasihan anak-anak kamu, to."
"Saya sudah pikir baik-baik kok,bos. Dan memang ini jalan yang terbaik yang harus saya ambil."
"Saya nggak mengerti jalan pikiran kamu,To," ucap bos sembari menggelengkan kepalanya.
"Hmm,jadi misal saya harus datang ke pengadilan,saya boleh ijin kan,bos?"
"Kalau menurut saya,kamu pikir-pikir lagi,To. Kalau bisa di perbaiki," nasehat bos Toni.
"Masalahnya sudah besar,bos. Aku sudah tidak bisa lagi menjalani rumah tangga dengan Lisa," jelasku.
Bos Toni tampak menarik nafas berar, "Ya sudah kalau kamu nggak mau cerita masalahnya apa. Semoga kamu nggak akan menyesal dengan keputusan kamu," bos Toni menepuk bahuku kemudian berlalu dari hadapanku.
***
Sore hari aku datang ke kost untuk memberikan jatah bulanan pada Lisa. Tapi aku hanya memberinya separuh dari biasanya karena aku juga butuh uang untuk mengurus perceraianku dan juga memberikan juga uang untuk ibuku karena aku tinggal di sana. Sementara uang kost,memang aku yang membayarkan langsung pada yang punya supaya tidak terpakai untuk hal-hal yang lain.
Biasanya Lisa akan protes jika jumlah uang yang aku kasih berkurang,tapi tadi dia diam saja. Mungkin dia tidak ingin ribut denganku atau untuk mencari simpatiku. Entahlah. Semenjak aku memergokinya itu, dia berubah lebih lembut dan sabar terhadapku. Tapi sikapnya itu tidak akan bisa merubah keputusanku.
"Ayah malam ini menginap di sini,ya, " pintanya dengan wajah memohon.
Aku menggeleng cepat, "Aku titip anak-anak. Kalau keberatan mengurus mereka,antarkan saja ke rumah ibuku!" tegasku dan segera berlalu dari sana tanpa mempedulikan lagi rengekannya.
"Ayah sudah pulang?" seru Alya tiba-tiba dari luar.
"Sayang,ini uang jajan untuk kamu. Mas Andre mana?" aku menyerahkan uang sepuluh ribuan padanya dan mataku sibuk mencari di mana putra sulungku.
"Mas Andre masih main, yah," jawab Alya sembari menatapku penuh tanda tanya.
Aku lalu menyelipkan selembar lagi uang sepuluh ribuan ke tangan putriku, "Tolong kamu kasih ke mas Andre, ya. Nanti ayah kasih lagi. Sekarang ayah mau ke rumah nenek dulu," pamitku pada Alya.
"Ayah mau tidur ke rumah nenek lagi?" tanyanya.
"Iya sayang."
"Kenapa nggak tidur di sini, yah?"
"Ayah ada pekerjaan di rumah nenek, " jawabku bohong.
"Aku mau ikut ya, yah," rengek Alya.
Aku lalu memegang kedua bahu putriku, "Alya di sini saja ya temani ibu sama mas Andre. Nanti ayah ke sini lagi."
"Tapi,yah?" protes Alya.
"Ayah ke rumah nenek dulu,ya. Baik-baik sama mas Andre," ucapku yang segera berlalu dari hadapan putriku yang menatapku dengan tatapan heran.
Maafkan ayah, nak. Ayah akan tetap bertanggungjawab atas hidup kalian walau tanpa ibu kalian. Aku membatin.
.,
.
.
.
.
.
10
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
El_Tien
lanjut
2022-03-27
0
Aris Pujiono
semakin seru
2022-01-01
0
Andropist
lanjut
2021-12-10
0