Alhamdulillah hari ini aku sudah sehat dan fit jadi aku sudah bisa kembali bekerja untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan anak dan istriku. Aku bekerja dengan bersemangat. Semua pekerjaan di toko berjalan lancar dan tibalah waktunya aku pulang.
Dengan mengayuh sepedaku, aku pulang dengan membawa kardus. Aku mampir sebentar ke tempat aku biasa menjual kardus. Kardus yang aku ambil dari toko yang biasanya akan di buang, jadi lebih baik aku ambil dan aku jual. Lumayan untuk menambah penghasilanku.
Alhamdulillah kardus yang aku jual di hargai tiga puluh ribu rupiah. Bisa untuk peganganku jika sewaktu-waktu sepedaku ada masalah di jalan. Kita kan tidak pernah tahu di jalan akan mengalami musibah.
Setengah jam aku baru sampai di kost, sedikit telat dari biasanya.
"Assalammu'alaikum," ucapku seraya mengetuk pintu kamar.
"Wa'alaikumsalam," sahut si bungsu saat sudah membukakan pintu untukku, "Kok baru pulang,yah?" tanyanya seraya mencium punggung tanganku takzim.
"Iya,nak. Ayah ada perlu tadi," jawabku lalu masuk.
Ku lihat istriku sibuk dengan gawainya sedangkan putraku Andre sedang nonton tv.
Aku segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu aku lalu pergi ke masjid untuk sholat maghrib bersama Andre, putraku.
Pulang dari masjid, aku ingin makan karena sedari siang aku memang belum makan. Perutku rasanya sangat lapar.
"Bu,siapin makan donk.," pintaku pada Lisa.
"Lima menit lagi yah,aku balas pesan temanku dulull," Sahut istriku.
Setelah lima menit,Lisa menyimpan handphone di atas tempat tidur lalu masuk ke kamar mandi. Andre langsung mengambil handphone dan mulai mengotak atiknya. Sehari tidak cukup dua tiga kali mereka mengisi daya batre karena handphonenya yang memang tidak pernah beristirahat. Beruntung si bungsu tidak terlalu suka menggunakannya.
Tiba-tiba ada panggilan telpon dari nomor yang tidak di kenal. Andre langsung menerimanya. Belum sempat Andre menjawab,orang yang ada di seberang sana langsung bicara.
"Kok lama banget balasnya,yank?" Suara dari seberang sana. Suara pria dewasa.
"Ini siapa?" Tanya Andre.
Tuuuttt. Tiba-tiba telpon langsung terputus sepihak.
"Kok di matiin?" Tanya Andre heran.
"Siapa,nak?" Tanyaku penasaran.
Andre menggelengkan kepalanya cepat. "Aku nggak tau,yah. Tapi nggak ada namanya di kontak handphone." jelas Andre dengan wajah bingung.
"Mungkin salah sambung." Sahutku.
"Apa jangan-jangan teman ibu,yah? Kan ibu yang tadi pake handphonenya. Aku cuma maen game saja,kok." jelas Andre lagi yang membuat aku mengernyitkan dahiku.
"Nanti tanyakan saja sama ibu kamu." sahutku dengan hati yang mulai tidak enak. Siapa laki-laki yang baru saja menelepon? Andre sudah jelas tidak tahu. Lisa, apa yang istriku itu lakukan.
Tak lama kemudian Lisa keluar dari kamar mandi.
"Bu,tadi ada yang telpon tapi tidak ada namanya." Jelas Andre seraya menatap ke arah ibunya.
"Ada yang telpon?" Tanya Lisa lalu buru-buru mengambil handphone dari tangan si sulung.
"Apa ibu kenal?" Tanyaku penuh selidik.
Lisa menoleh ke arahku lalu menatap lagi ke layar handphone.
"Tadi dia bilang 'kok lama banget balasnya,yank?'. Pakai 'yank-yank' segala." Sinisku.
"Apaan sih yah,mana ibu tau. Mungkin saja teman ayah." Kilahnya untuk menutupi sesuatu
"Masa teman ayah manggil ayah 'yank'? Yang benar saja,bu. Itu suara pria dewasa." Ucapku sambil menggelengkan kepala. Ada-ada saja istriku itu. Bisa-bisanya berkata seperti itu padahal jelas-jelas aku tidak pernah menggunakan handphone.
"Ya mana ibu tau,yah. Mungkin salah sambung! Nih handphonenya." Ucapnya kesal seraya memberikan lagi handphonenya pada Andre.
Aku hanya bisa berdoa semoga saja memang orang itu benar-benar salah sambung. Aku yakin istriku tidak akan mungkin berani macam-macam.
***
Keesokan harinya, aku bekerja seperti biasa. Saat jam sudah menunjukkan pukul dua siang, bos menyuruh aku dan Budi mengantarkan pesanan pembeli. Lokasinya lumayan jauh dari toko tempatku bekerja. Aku dan Budi seperti biasa bergotong royong berdua menaikkan barang ke mobil dan kemudian menurunkan barang di depan rumah pembeli.
Setelah selesai, aku dan Budi bersiap untuk pulang. Karena haus dan lupa membawa air, aku lalu hendak mampir ke warung hanya untuk membeli air mineral. Aku berjalan beberapa meter ke arah warung. Setelah mendapatkan apa yang aku cari, aku langsung kembali ke mobil di mana Budi sedang menungguku. Tapi belum sampai aku ke mobil, tiba-tiba tanpa sengaja netraku menangkap sosok yang amat sangat aku kenal sedang melintas tidak jauh dariku. Dia duduk di atas sepeda motor di bagian belakang. Tangannya memeluk mesra orang yang di depannya. Dahiku mengernyit.
Aku kucek-kucek mataku mungkin aku salah lihat,tapi ternyata penglihatanku tidak salah. Pakaian yang dia kenakan pun aku hapal. Itu pakaian milik Lisa, istriku. Apa mungkin dua orang yang berwajah sangat mirip bisa memiliki pakaian yang juga sama persis. Aku makin penasaran dengan wanita itu.
Tanpa mempedulikan panggilan dari Budi,aku mengikuti kemana motor itu melaju. Tanpa aku duga,sepeda motor yang membawa Lisa berhenti di sebuah rumah sederhana tak jauh dari sana.
Aku mengendap-endap di bawah rimbunnya pohon mangga yang ada di sekitarnya. Aku menunggu beberapa saat.
"Di rumah kamu tidak ada siapa-siapa kan, yank?" tanya wanita itu dengan suara manja.
Deg. Jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya. Dari suaranya aku makin yakin kalau itu adalah Lisa, istriku.
"Kamu jangan cemas. Anak dan istriku masih lama pulang kampung." Sahut laki-laki di sebelah Lisa.
Mereka lalu berjalan bergandengan mesra menuju ke rumah. Setelah mereka masuk ke rumah,pintu langsung di tutup rapat. Tak ada seorang pun di sana. Rumah di kiri dan kanannya terlihat sepi. Lisa, apa yang kamu lakukan dengan laki-laki itu? Batinu berkecamuk.
Aku perlahan mendekati rumah yang Lisa masuki bersama laki-laki itu. Sepi,tidak terdengar suara apa-apa dari dalam rumah. Aku lebih mendekat ke pintu. Aku tempelkan telingaku ke pintu dan menajamkan pendengaranku.
Deg. Darahku seketika berdesir demi mendengar suara istriku di dalam. Jantungku makin berdetak tidak beraturan. Dadaku naik turun. Suara itu sudah sangat mengganggu pendengaranku.
Sepertinya orang yang ada di dalam sedang melakukan sesuatu hingga memancing adrenalinku dan makin lama aku sudah tidak tahan lagi mendengarnya.
Akhirnya emosiku mengalahkan kesabaranku. Sungguh, aku tidak tahan lagi mendengarnya. Telingaku rasanya panas.
Braakkk! Aku menendang pintu sekuat tenaga membuat dua sejoli yang ada di dalam kamar itu langsung menoleh lalu menghentikan adegan panas mereka.
Aku langsung masuk lalu memberikan tinju ke wajah laki-laki itu berkali-kali. Setelah puas,aku langsung keluar tanpa menoleh lagi ke arah istriku yang sibuk mengenakan lagi pakaiannya.
Rahangku mengeras,pikiranku berkecamuk membayangkan kembali apa yang baru saja aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Istriku, wanita yang sangat aku cinta. Walau aku tahu kalau aku belum bisa membahagiakannya secara materi tapi aku sudah berusaha semampuku. Bahkan pekerjaan rumahnya pun aku bantu untuk menyenangkannya.
Tanganku mengepal kuat,rasanya aku ingin memukul apapun yang ada di depanku.
Sakit. Sakit sekali rasa hatiku saat ini. Ini lebih parah daripada yang pernah istriku lakukan dulu. Ya,dulu pun Lisa pernah dekat dengan laki-laki tapi hanya lewat dunia maya jadi aku
masih bisa memaafkannya.
Aku langsung pergi dari sana,ternyata di luar sudah ada Budi menunggu di mobil. Entah,mungkin Budi melihatku lalu langsung menyusulku.
"To,kamu pergi kok nggak bilang-bilang sih? Mana aku haus lagi," gerutunya.
Aku langsung naik ke mobil tanpa menjawab pertanyaannya. Dan pada saat aku baru saja menutup pintu mobil,Lisa keluar dari rumah itu.
"Yah,tunggu!" Teriak Lisa memanggilku.
"Bud,jalan!" titahku pada Budi.
"Loh,itu istri kamu. Kenapa di tinggal?" tanya Budi bingung.
"Aku bilang jalan ya jalan!" Teriakku pada Budi.
Akhirnya Budi menyalakan mesin mobil dan segera meninggalkan tempat itu dengan Lisa yang terus memanggil namaku.
"Kamu kalau berantem sama istri kamu jangan marah-marahnya ke aku,donk." protes Budi.
Dadaku masih naik turun,rasanya aku ingin ngamuk tapi berusaha aku tahan. Aku belum sanggup untuk bercerita pada Budi. Sepanjang jalan pulang,aku dan Budi tidak saling bicara lagi walau dia sesekali melirik ke arahku tapi dia tidak berani bertanya macam-macam.
Lisa,ternyata kecurigaanku benar. Tega dia berbuat seperti itu. Rasanya aku masih tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi di dapan mataku. Perasaanku padanya pun seperti hilang. Seperti mati. Yang aku rasakah hanyalah benci dan kekecewaan.
.
.
.
.
.
.
11
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
KLO MMG GK MMPU HIDUP MISKIN, YAA MINTA CERAI BAIK2, DN KLO PUN MOK SELINGKUH KNP SAMA SUAMI ORG DN PARAH NYA SMPE BRZINAH LAGI,, KSIAN SI ANTO, UDH BBRP KALI TU SI LISA BRZINAH DGN SELINGKUHANNNYA, HARAM BAU SURGA TU SI LISA..
2022-10-05
1
teti kurniawati
biasa. rumput tetangga lebih hijau.. padahal sintetis... 😅🤣
2022-09-26
0
~R@tryChayankNov4n~
sama2 sdh berkeluarga ternyata😤😤😤
2022-09-10
0