Hari ini aku sedang tidak enak badan,jadi aku pulang lebih cepat. Pukul sepuluh,aku sudah kembali ke kostan. Baru saja aku hendak berbaring,tiba-tiba Lisa keluar dari kamar.
"Mau kemana,bu? Ayah minta di kerokin donk." Pintaku pada Lisa.
"Nanti ya,yah. Aku di panggil mbak Siti nih." Tolak Lisa.
Hhh,aku menarik nafasku berat. Badanku rasanya remuk,mungkin enak kalau di kerokin tapi Lisa lebih memilih menemui tetanggaku yang di kamar tengah. Mbak Siti. Mereka memang sudah berteman lama. Tapi aku ini kan suaminya masa dia lebih mementingkan teman daripada suaminya sendiri.
Aku coba memejamkan mataku,mungkin dengan tidur,badanku jadi sedikit lebih enak. Tapi belum lagi aku menyambut mimpi,terdengar suara ribut-ribut dari luar kamarku. Entah ada apa di luar.
Awalnya aku mencoba bersikap masa bodoh. Mungkin ibu-ibu yang sedang ngerumpi saking hebohnya. Tapi ternyata suara ribut-ributnya makin rame. Aku yang merasa terganggu akhirnya bangun dari tidurku lalu menoleh keluar.
Ternyata Lisa,Siti dan tetanggaku satu lagi yang bernama Wati sedang beradu argumen dengan suami Wati. Memang Lisa sempat cerita kalau Wati curiga suaminya ada main di luar. Jarang pulang dan juga jarang kasih nafkah.
Aku yang tidak ingin ikut campur urusan orang,kembali merebahkan tubuhku di atas tempat tidur. Kebetulan Andre dan Alya sedang di rumah neneknya jadi aku bebas tidur di kasur.
Baru saja aku terlelap dalam mimpi,tiba-tba terdengar suara Lisa berteriak. Repleks aku terbangun lalu buru-buru keluar dari kamar. Ternyata Lisa sedang perang mulut dengan suami Wati.
"Bu!" Teriakku memanggil Lisa,istriku.
Lisa hanya menoleh sesaat ke arahku lalu kembali berargumen dengan suami Wati.
Aku yang tidak ingin Lisa terlibat masalah langsung menghampirinya.
"Bu,masuk!" Titahku sambil menatap tajam ke arah istriku itu.
"Aku belum selesai,yah." Tolaknya.
"Bu,ayah bilang masuk ya masuk!" Titahku lagi dengan suara lebih tinggi seraya tanganku menarik tangan Lisa agar mengikuti langkahku masuk ke kamar kost kami.
"Iihh,ayah!" Ucap Lisa kesal sambil sesekali menoleh ke belakang. Dia masih tidak ingin mengikuti perintahku. Rasanya aku kesal sekali.
Kami masuk ke dalam kamar,lantas pintu langsung aku kunci. "Bu,jangan ikut campur urusan rumah tangga orang!" tegasku.
"Wati itu teman aku,yah. Bukan orang lain. Aku kasihan dengannya yang di selingkuhi suaminya yang tidak tau diri itu," jelas Lisa berapi-api.
"Tapi tetap saja bu,itu masalah rumah tangga mereka. Biarkan mereka menyelesaikan sendiri masalah mereka. Tidak baik ikut campur masalah rumah tangga orang." Nasehatku lagi pada Lisa,istriku.
"Iiiihh,dasar ayah saja yang tidak punya rasa pertemanan. Kalau teman ada masalah ya kita bantu donk,yah." Protesnya dengan melipat kedua tangan di depan dada.
"Tapi bukan masalah suami istri,bu. Itu masalah yang sangat pribadi. Ya sudahlah. Ibu bisa kan pijitin ayah? Badan rasanya capek banget,bu. Sekalian di kerokin ya." Pintaku pada Lisa.
"Huuhh,makanya yah. Cari kerja yang bagusan dikit. Yang duitnya banyak,yang kerjanya tidak terlalu capek. Ujung-ujungnya kalau ayah sakit gini,aku yang capek. Terus gaji ayah juga di potong karena tidak kerja sehari." Gerutu Lisa seraya tangannya mencari balsem. Lisa mulai mengerok punggungku. Rasanya badanku mulai enakan.
Sepuluh menit kemudian. "Sudah,yah. Capek." Ucap Lisa lalu ikut tiduran di sebelahku.
"Hmm,terimakasih,bu." Sahutku lalu memakai lagi pakaianku.
"Anak-anak minta di jemput sebelum ashar. Ayah saja yang jemput." Ucap Lisa malas.
"Ayah kan sedang tidak enak badan bu. Ibu saja, ya," tolakku halus.
"Huuhh,ayah ini." gerutu Lisa.
Aku lalu memejamkan mataku sementara Lisa menyalakan tv.
Satu jam kemudian aku terbangun dari tidurku. "Bu,masakin nasi goreng donk. Ayah laper."
"Ayah ini banyak maunya." omel istriku.
"Sekarang kan sudah hampir jam satu,bu. Wajar ayah laper." Ucapku membela diri.
Dengan berat hati,Lisa bangkit dari duduknya lalu mulai menyiapkan bumbu untuk membuat nasi goreng. Beberapa menit kemudian tercium aroma sedap dari nasi goreng bikinan istriku. Istriku itu memang pandai memasak,itu sebabnya dia sering di panggil untuk membantu di catering bu Narti jika banyak pesanan. Karena karyawan di catering bu Narti sudah cukup,jadi Lisa hanya di minta saat pesanan banyak saja.
Lisa meletakkan dua piring nasi goreng di lantai yang beralaskan tikar. "Cuma nasi goreng sama kerupuk,yah. Ada telur dua buat makan malam Alya sama Andre." Ucap Lisa.
"Terimakasih,bu. Iya,tidak apa-apa. Sama kerupuk juga sudah enak kok." Sahutku lalu segera melahab nasi gorengku. Lezat rasanya sampai aku ingin nambah tapi sayangnya sudah habis.
Aku lalu menaruh piring kotor ke baskom kecil lalu mengambil air minum.
"Yah,aku jemput anak-anak sekarang saja ya." Ucap istriku seraya berdiri di depan kaca. Memoles wajahnya dengan bedak dan lipstik,tak ketinggalan pensil alis juga dia coret-coretkan di wajahnya.
"Mau jemput anak-anak kok pake dandan segala,bu?" Tanyaku heran.
"Iiihh ayah ini. Masa istrinya di suruh tampil jelek."
"Ya kan hanya jemput sebentar terus balik lagi ke sini."
"Aku mau mampir ke temanku dulu yah."
"Teman siapa,bu? Apa harus tampil menor begitu?" Tanyaku dengan nada tidak suka.
"Ayah kok bawel sih. Temanku yang kerja di catering bu Narti loh,yah. Katanya ada yang butuh tenaga buat masak." Jelas Lisa.
Aku menatapnya lekat-lekat. "Ya tidak perlu dandan begitulah,bu."
"Sudah ah,aku mau berangkat dulu. Ayah tidur saja sana biar cepat sembuh besok bisa kembali kerja. Jangan sering-sering ijin loh,bisa habis duit gaji ayah!" Ucap Lisa yang segera berlalu dari hadapanku.
Aku menatap kepergiannya dengan nanar. Aku jadi teringat ucapan Budi waktu itu. Aahh,Lisa tidak mungkin begitu. Hatiku bermonolog.
Aku lalu pergi ke kamar mandi,berwudhu lalu sholat zuhur. Setelahnya aku kembali berbaring di tempat tidur sambil menunggu anak dan istriku pulang.
Entah sudah berapa lama aku tertidur,tiba-tiba terdengar ramai suara anak-anakku dan ibunya. Aku membuka mataku,benar saja ternyata di bungsu sedang ngambek karena terlambat di jemput oleh ibunya.
"Ibu tadi kan jemput kamu jam satu,kenapa masih ngambek?" Tanyaku heran sambil mengusap lembut kepalanya.
"Ibu baru datang jam empat,ayah." Sanggahnya.
Dahiku berkerut. "Jam empat? Tadi ibu dari kost jam satu,kok."
"Jam empat,ayah!"
Anakku tidak mungkin berbohong. Aku lalu menoleh ke arah istriku. "Bu,kenapa mereka baru di jemput jam empat?" Tanyaku menyelidik.
"Kan tadi ibu sudah bilang kalau ibu mau ketemu sama teman ibu,gimana sih yah,masa lupa." Jawabnya membela diri.
"Hhmm,selama itu?"
"Lama apa? Hanya sebentar kok,Alya saja yang tidak sabar."
"Sudah-sudah. Alya sayang,ibu kan tadi ada urusan sama temannya jadi jemput kamu sedikit telat. Kamu sudah makan belum,nak?"
Alya hanya diam saja sepertinya dia masih tampak kesal.
Aku kembali menoleh ke arah istriku. "Bagaimana bu,kapan ibu mulai kerja?" Tanyaku.
"Kerja apa,yah?" Lisa balik bertanya.
"Loh,tadi ibu bilang ada yang butuh tenaga buat masak makanya ibu ketemuan sama teman ibu." Jelasku.
"Hhh,tidak jadi." Jawabnya singkat.
Aku menghela nafasku. Belum rezeki. Batinku.
"Andre,ibu pinjam sebentar handphonenya." Pinta Lisa pada putraku Andre yang sedang asik dengan handphonenya.
"Sebentar lagi,bu." Jawab Andre.
"Hhh,makanya yah beli handphone satu lagi biar tidak perlu gantian begini. Aku kan juga butuh handphone,yah. Malu sama teman-temanku hari gini tidak punya handphone." Gerutu Lisa dengan wajah di tekuk
Aku pun ingin memenuhi semua kebutuhan keluargaku tapi apa daya,gajiku kecil. Aku juga tidak bisa mencari pekerjaan yang lebih baik karena ijasahku hanya SMP.
.
.
.
.
.
.
.
13
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
teti kurniawati
saya sudah baca sampai episode 6O an he he lupa tidak meninggalkan jejak saking ramenya.. asik membaca🙏🙏🙏😍
2022-09-19
1
sasip
setiap orang pastinya punya batasan kesabaran masing² ya.. ini suami aga lebar batasnya sementara sang istri aga sempit.. ✌🏻
2022-07-21
3
Senajudifa
kutukan cinta hadir
2022-05-27
0