Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Aku lihat Lisa masih tertidur. Aku segera mandi lalu ke masjid untuk sholat subuh.
Sepulang dari masjid,Lisa belum juga bangun.
"Bu,bangun bu. Subuh." Bisikku pelan seraya mengusap bahunya.
Lisa tidak bereaksi jadi aku coba bangunkan lagi dengan suara sedikit lebih keras sekalian membangunkan kedua anakku.
"Bu,bangun dulu. Sudah subuh ini."
Lisa lalu menggerakkan tubuhnya lalu membuka matanya perlahan. "Ayah,ibu masih ngantuk nih." Ucapnya kesal. Dia kembali memejamkan matanya sepertinya masih ngantuk sekali. Entah semalam dia tidur jam berapa aku tidak tahu.
"Ayah,sudah jam berapa sekarang?" Tanya Andre yang sudah duduk seraya mengucek-ucek matanya.
"Sudah jam lima,nak. Ayo bangun." Titahku.
Andre segera bangun dari tidurnya lalu menggulung kasur tipis yang dia pakai untuk tidur ke sudut kamar. Kemudian dia mengambil pakaiannya yang tersusun di rak lalu pergi ke kamar mandi.
"Bu,tidak ke warung beli sayur?" Tanyaku pada Lisa yang ternyata sudah duduk di atas tempat tidur sambil mengotak atik handphone. Baru bangun tidur sudah main handphone seperti tidak ada kerjaan saja.
"Aku mau bikin telur dadar saja,yah. Nanti jam sembilan aku mau pergi." Jawabnya tanpa menoleh ke arahku,masih sibuk menatap ke layar handphone. Entahlah dia sedang chat dengan siapa. Memang di handphone itu banyak nomor yang tidak ada namanya.
"Pergi kemana?" Tanyaku penasaran.
"Ke rumah bu Narti,ada banyak pesanan catering." Jawabnya datar.
"Alhamdulillah,semoga bu Narti tiap hari manggil ibu,ya. Lumayan buat tambahan." Ucapku penuh syukur. Setidaknya dia mempunyai uang tambahan untuk dirinya sendiri.
Lisa hanya menatapku sekilas lalu kembali menatap benda pipih itu.
"Bu,katanya paket datanya habis kok masih di mainin terus handphonenya?" tanyaku heran.
"Nanti siang baru habis, sudah satu bulan kan, yah. Sekarang sekalian aku habiskan saja." Jawabnya ketus. Wajahnya terlihat masam.
"Hhmm." Aku berdiri lalu keluar dari kamar sementara Andre sudah selesai mandi.
Aku duduk di dekat pintu pagar tempat penghuni kost lewat. Kita biasa ngobrol jika kebetulan tidak ada pekerjaan. Setengah jam kemudian aku dengar ada penghuni kost yang memutar lagu sangat keras. Aku lalu masuk,ternyata suara musik itu berasal dari kamarku sendiri. Lisa kalau memutar musik pasti suaranya sangat keras.
Aku masuk ke kamarku. "Bu,pagi-pagi muter musik kok keras banget. Tidak enak sama tetangga." Tegurku.
"Iihh,ayah ini. Orang-orang juga suka kok muter musik keras-keras." Sahutnya kesal.
"Hhmm,sudah masak bu? Sebentar lagi ayah mau berangkat kerja." tanyaku yang sudah tidak mempedulikan lagi suara musiknya.
"Aku sedang masak nasi,yah. Sebentar lagi mateng." Jawabnya malas.
Aku kembali keluar kamar karena kupingku mulai sakit dengar suara musiknya. Entahlah tetangga sebelah terganggu apa tidak. Lisa sangat susah di nasehati.
Setengah jam kemudian, Alya memanggilku. "Yah,sudah mateng. Makan yuk." Ajaknya lalu kembali ke kamar kami.
Aku segera mengukuti langkah kaki si bungsu. Di kamar,istriku sedang menyiapkan nasi di mangkuk besar. Ada beberapa potong telur dadar di piring.
Aku segera mengambil piring lalu mengisinya dengan nasi dan telur dadar di lengkapi kecap manis agar makan terasa lebih enak. Kami memang sering sarapan ala kadarnya seperti ini.
Setelah selesai makan,aku segera bersiap.
"Ayah pergi kerja dulu ya. Assalammu'alaikum." Pamitku pada istri dan kedua anakku. Aku lalu keluar dari kamar.
"Wa'alaikumsalam. Ayah hati-hati kerjanya,ya." Sahut si bungsu.
Aku tersenyum seraya melambaikan tanganku ke arah mereka. Aku lalu mengambil sepedaku. Ya,aku kerja dengan mengendarai sepeda karena aku memang tidak memiliki motor.
Ku kayuh sepedaku dengan semangat. Aku selalu bersemangat bekerja demi keluarga kecilku. Kadang kalau di tempat kerjaku banyak kardus tak terpakai,sepulang kerja aku akan menjualnya.
Jarak antara rumah dan tempat kerjaku hanya lima belas menit dengan mengendarai sepeda. Setelah sampai,aku memarkirkan sepedaku di pojok agar tidak mengganggu orang.
"Anto!" Panggil bosku,Toni.
"Ya,bos." Sahutku seraya melambaikan tanganku ke arahnya.
"Kamu ikut si Budi anterin pesanan bata sama semen." Titahnya.
"Siap,bos." Sahutku bersemangat.
Aku lalu mendekati Budi yang sibuk memasukkan bata dan juga semen ke mobil pik up. Aku lalu ikut memasukkan semua barang ke dalam pik up. Setelah selesai,aku langsung naik mobil dan duduk di sebelah Budi.
"Di antar kemana,Bud?" Tanyaku ingin tahu.
"Ke jalan Bunga." Jawab Budi seraya menghidupkan mesin mobil.
Sepuluh menit kemudian,kami sudah sampai ke rumah pembeli. Aku lalu membantu Budi menurunkan bata dan semennya di depan rumah.
Setelah selesai,kami kembali lagi ke toko.
Begitu setiap hari pekerjaanku. Kalau tidak ada barang yang hendak di antar,aku akan membantu mengerjakan apa saja di toko.
Menjelang siang,aku kembali menemani Budi mengantar pesanan pembeli. Kali ini sedikit lebih jauh. Lima belas menit kami baru sampai.
Karena pesanan pembeli sangat banyak,aku tentu saja merasa kelelahan. Aku langsung masuk ke mobil begitu selesai menurunkan semua barang di rumah pembeli. Aku bersandar di sisi kiri mobil seraya memejamkan mata.
Lima menit kemudian. "To,to!" Panggil Budi seraya tangan kirinya menyikut kakiku.
"Apa sih? Fokus saja nyetir." Ucapku masih dengan mata terpejam.
Tiba-tiba Budi menghentikan laju mobil hingga membuatku membuka mataku.
"Lihat di sana? Bukankah itu Lisa,istrimu?" Tunjuk Budi.
Aku lalu menoleh ke arah yang Budi tunjuk. "Mana Lisa?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi karena tidak ada Lisa di sana.
"Itu yang duduk di boncengan sepeda motor biru!" Jelas Budi.
Aku menatap lekat-lekat ke arah sepeda motor biru tapi orang yang di sangka Lisa oleh Budi tidak menghadap ke arah kami. Bentuk tubuh dan rambutnya dari belakang memang hampir sama. Memakai pakaian berwarna hitam polos. Aku pikir tidak hanya Lisa yang memiliki pakaian seperti itu. Tapi aku teringat ucapan Lisa tadi pagi kalau dia akan membantu memasak di catering di tempat bu Narti.
"Bukan,Bud. Lisa hari ini membantu catering di rumah bu Narti kok." Sanggahku walau ada sedikit keraguan dalam nada suaraku.
"Oohhh,apa aku salah lihat ya? Kalau begitu kita dekati saja biar lebih jelas." Ajaknya kemudian.
Aku hanya diam saja tanpa menjawab iya atau tidak.
Tapi baru saja Budi menghidupkan mesin mobil,sepeda motor berwarna biru itu sudah berlalu dari sana hingga kami kehilangan jejak.
"Yah,motornya sudah pergi,to. Telat kita." Sesalnya.
"Ya sudah kita kembali saja ke toko,nanti kelamaan bos bisa marah. Lagian aku yakin kalau itu bukan Lisa kok." Ucapku meyakinkan Budi.
"Ya sudah,semoga bukan Lisa." Ucap Budi kemudian,lalu melajukan mobil kembali ke toko.
***
Aku pulang ke rumah saat jam sudah menunjukkan pukul lima sore. Sampai di rumah,aku lihat Lisa sedang memainkan handphonenya sambil tersenyum-senyum sendiri. Di wajahnya masih ada sisa polesan make up.
"Assalammualaikum." Ucapku.
"Wa'alaikumsalam." Sahutnya seraya menoleh sekilas ke arahku.
"Anak-anak mana bu?" Tanyaku setelah aku sadar kalau Lisa hanya sendirian di kamar kost kami.
"Anak-anak ada di rumah neneknya. Bosen di sini." Jawab Lisa.
"Kamu tadi siang jadi membantu di rumah bu Narti kan bu?" Tanyaku dengan nada menyelidik.
"Ya jadi donk yah." Jawabnya sewot.
Hhh,aku menghela nafas lega. Aku lalu mengambil handuk dan juga pakaian gantiku lalu masuk ke kamar mandi.
Sepuluh menit aku keluar dari kamar mandi,Lisa masih asik dengan handphonenya.
"Bu,asik banget." Ucapku lalu hendak duduk di sebelahnya.
Lisa kaget lalu berdiri. "Ayah apaan sih? Bikin kaget saja." Gerutunya.
"Ayah hanya mau duduk di sebelah kamu saja loh,bu." Ucapku.
"Sana ih. Sebentar lagi maghrib,yah. Apa ayah tidak sholat di masjid?"
"Hhmm. . ." Aku berdiri lalu mengambil kopiahku. "Ayah ke masjid dulu." Pamitku.
Lisa hanya diam saja tanpa menggubrisku.
.
.
.
.
.
18
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 225 Episodes
Comments
teti kurniawati
mampir ya di novel aku "Cinta berakhir di lampu merah."
2022-09-16
1
Senajudifa
salam kenal thor dari saya dan novel pertama saya yang berjudul kutukan cinta
2022-05-03
0
El_Tien
pake POV satu ya
2022-03-27
0