Reyhan hanya terpaku menatap Andi sambil mengingat apa yang terjadi sebelumnya. Beberapa menit dia bengong akhirnya ingatannya kembali saat dia mendorong seorang gadis kecil dan dia ingat betul bagaimana tubuh kecilnya di hantaman oleh mobil.
"Bagiamana keadaan adik itu paman, apa dia baik-baik saja?" Tanyanya justru khawatir tentang Adinda.
Mendengar kecemasannya, membuat Andi begitu tersentuh. Dia benar-benar takjub dengan jalan pikiran anak itu yang justru menghawatirkan orang lain padahal dia sendiri sedang terluka.
Andi duduk di sebelah Reyhan, kemudian menggenggam tangan bocah itu seraya berkata dengan lembut.
"Terima kasih karena telah menyelamatkan hidup putriku."
"Jadi itu anaknya paman, dia baik-baik saja kan?" Tanya Reyhan lagi.
Andi mengangguk sambil tersenyum lalu mengusap kepala Reyhan. Lalu Andi teringat dia belum mengenal anak ini dan siapa orangnya.
"Ohh iya siapa namamu?" Andi mulai menanyai Renyah.
Akan tetapi karena Efek obat, Reyhan merasa mengantuk hingga belum sempat dia menjawab Andi, dia sudah tertidur. Andi pun merasa sedikit kecewa akan tetapi dia mesti menunggu anak ini bangun kembali agar di bisa mendapatkan jawabannya atas pernyataan.
"Huff.. mungkin dia masih lemah, aku yang salah seharusnya aku tidak mengajaknya ngobrol di saat seperti ini." Ucap Andi, kemudian kembali ke sofa menunggu Renyah bangun lagi.
Tak berapa lama menunggu, akhirnya ada seseorang yang membuka pintu ruangan. Saat di lihat itu ternyata Rika istrinya.
"Mama, kok mama yang ngantar makannya bukan sopir?" Andi bingung sambil bertanya.
"Iya papa, Tadinya mama berencana meminta sopir yang mengantarnya tapi setelah mama pikir-pikir Mama sendiri aja yang ngantar mumpung Adinda tidur bersama Bi Lea." Jelas Rika.
Andi cuma angguk-angguk mendengar penjelasan istrinya. Lalu Rika menyajikan makanan yang ia bawah pada suaminya itu karena kebetulan hari sudah malam dan sudah waktunya makan malam.
Saat Andi makan, Rika bangkit berjalan mendekati Reyhan yang masih tertidur pulas. Rika berdiri menatap lekat-lekat wajah Reyhan yang terlihat lebam.
"Pa, anak ini sudah siuman apa belum?" Rika kemudian beralih menanyai sang suami.
"Tadi sekitar 2 Jam lalu dia siuman ma, mungkin karena efek obat membuatnya terlelap." Jawab Andi yang terus menyantap makanannya.
Rika duduk di samping Reyhan dan sesekali mengusap rambutnya bahkan merapikan selimutnya. Entah mengapa Rika merasa jika pertemuannya bersama anak ini akan berlangsung lama.
"Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkan hidup putriku. Jika kau tidak ada mungkin sekarang putriku yang ada di posisi ini." Rika mencoba berbicara pada Reyhan yang masih terlelap.
Sesaat setelah Rika mengatakan itu, tiba-tiba Reyhan terbangun dan membuat Rika terkejut dengan kalimatnya
"Ibu, apakah itu kau?" Dengan setengah sadar Reyhan mengira jika Rika adalah ibunya.
Rika tertegun mendengar Reyhan memanggilnya ibu. Dia kemudian memanggil suaminya dengan sedikit panik.
"Papa, sepertinya dia sudah bangun!" Ucapnya.
Andi yang sementara makanan langsung menghentikan aktivitasnya dan langsung mendekati bangsal. Sedangkan Reyhan masih berusaha untuk sepenuhnya bisa sadar.
"Nak, kau sudah bangun?" Andi mencoba bicara dengannya.
Reyhan yang masi Ling-lung melihat dua orang asing di hadapannya hanya bisa terdiam dan enggan menjawab pertanyaan Andi. Matanya menatap nanar ke arah dua orang itu.
"Nak, saya Andi orang yang sama tadi saat kau di periksa dokter, masih ingatkan?" Ucapnya dengan pelan-pelan.
Reyhan mengangguk menanggapinya. Andi tersenyum kemudian mulai memperkenalkan Rika istrinya pada Reyhan.
"Ini istri saya, ibu dari anak kecil yang kamu selamat." Ucapannya, Rika kemudian tersenyum pada Renyah begitu pun sebaliknya.
"Halo, namanya siapa sayang?" Rika kemudian menyapanya.
"Nama saya Reyhan tante." Jawabnya dengan Pasih.
"Wah, Nama yang sangat bagus bagaimana perasaanmu nak, apa kau merasa sakit?" Rika bertanya lagi.
Reyhan menggelengkan kepalanya karena memang dia tidak merasa sakit sedikit pun karena dia belum mencoba mengerakan tubuhnya.
"Anak yang kuat, ohh iya Tante boleh bertanya lagi nggak?" Reyhan lagi-lagi mengangguk tanda setuju.
"Pertama-tama Tante mau berterima kasih karena keberanian kamu yang mengorbankan diri demi menyelamatkan anak kami, kedua Tante ingin tahu siapa mama dan papanya Reyhan?" Ucap Rika.
Mendapat pertanyaan itu, Reyhan terdiam dan hanya menatap Rika dengan tatapan sendu. Rika bingung kenapa dia diam dan tidak menjawab pertanyaan.
"Ada apa Rey?"
"Om, Tante, Reyhan anak yatim-piatu." Dan akhirnya Reyhan mengungkapkan jati dirinya yang tidak memiliki orang tua.
Sontak Andi dan Rika terkejut mengetahui kebenaran itu dan merasa bersalah karena telah menanyakan hal itu.
"Ya ampun, maafkan aku karena tidak mengetahuinya." Rika kemudian meminta maaf padanya.
Reyhan kini telah meneteskan air mata karena merasa begitu bersedih sebab pertanyaan tadi. Rika pun ikut bersedih melihat kesedihan anak itu, dia kemudian menatap Ke arah sang suami dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Kemudian Andi memberi isyarat padanya agar tidak meneteskan air mata dihadapan Reyhan
"Reyhan, maafin kelancangan Om dan Tante. Tapi kalau boleh tahu kau tinggal bersama siapa, maksudnya apa kau memilih nenek atau keluarga lain?" Andi dengan hati-hati bertanya lagi.
"Reyhan, tidak punya siapa-siapa dan tidak punya tempat tinggal karena Renyah kabur dari panti asuhan, Om." Jawabnya.
"kabur, tapi kenapa nak?" Andi yang penasaran lagi-lagi bertanya.
Reyhan, kemudian menceritakan kehidupannya saat masih tinggal di panti. Di mana setiap hari mereka akan di paksa bekerja dan hanya di beri makan sehari sekali itupun di waktu siang setelah semua pekerjaan beres. Dan yang lebih parahnya, saat ada anak-anak yang sakit pemilik panti tidak pernah memberi obat ataupun membawanya ke puskesmas.
Pada puncaknya, di mana Reyhan memutuskan kabur. Dua hari sebelumnya, Ada salah satu anak yang sakit. Anak itu demam tinggi hingga membuat mereka semua khawatir, hingga akhirnya Reyhan dan dua orang temannya berencana mencuri uang dari si pemilik panti agar mereka bisa membeli obat untuk temannya itu.
Di tengah aksinya, mereka berhasil mendapat uang. Akan tetapi di saat ingin keluar dari ruangan mereka di temukan oleh si pemilik panti. Melihat uang yang di pegang oleh Rayhan membuat pemilik itu murka.
"Kalian mencuri, beraninya kalian ya!" Ucap Si pemilik panti dengan begitu marahnya.
Reyhan dan kedua teman ketakutan dan hanya bisa menunduk di hadapan orang itu.
"Benar-benar tidak tahu malu, sini uangnya dan terima hukuman kalian!" Si pemilik panti merebut uang itu dari Reyhan.
"Jangan Bu, Siti sakit uang ini untuk membeli obat untuknya." Di saat itu Reyhan mencoba menjelaskannya, akan tetapi si pemilik panti sama sekali tidak peduli.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments