Di tengah teriknya matahari, terlihat seorang anak laki-laki yang berjalan menelusuri kota tanpa menggunakan alas kaki, penampilannya yang kucil dan wajah pucat seolah menahan kesakitan.
Namanya Renyah, Seorang bocah kira-kira usianya 12 tahun dia adalah anak yatim piatu yang kabur dari panti asuhan sebab tidak tahan dengan kekerasan yang selalu di dapatkan dari pemilik panti. Dia memutuskan kabur di saat ada kesempatan, dan sekarang terpaksa pontang-panting di jalanan kepanasan dan kelaparan.
"Ohh perutku sakit sekali, ibu." Ringisnya memegang perut yang sakit karena belum makan.
"Kemana aku akan pergi hiks, aku tidak punya siapa siapa." Di bawah pohon rindang di tepi jalan dia duduk meratapi nasibnya sambil menangis.
Saat tengah istirahat, di seberang jalan ada sebuah rumah makan. Reyhan bisa mengamati orang-orang yang tengah menikmati hidangan lezat mereka. Dia hanya bisa menelan selivanya melihat pemandangan itu dan membuat perutnya meronta-ronta ingin segera di isi makanan.
Karena sudah tidak tahan, Reyhan berdiri berniat menghampiri kedai itu untuk meminta belas kasihan. Tetapi saat ia akan menyebrang jalan, tanpa sengaja ia melihat seseorang gadis kecil yang tengah berlari mengejar balon gasnya menuju jalan raya.
"Adek jangan, itu bahaya!" Reyhan berteriak memperingati gadis kecil itu akan tetapi tidak di dengarkan.
Reyhan yang panik langsung melupakan rasa laparnya. Karena mereka bersebrangan, jadi Reyhan kesulitan untuk menghentikan anak kecil itu dan sialnya tidak satupun orang yang menyadari jika gadis kecil itu dalam bahaya.
Karena peringatannya tak kunjung di gubris oleh si gadis kecil . Dia pun memutuskan untuk berlari menyebrangi jalan yang kala itu sangat ramai, Reyhan mempertaruhkan nyawanya untuk bisa menyelamatkan gadis itu.
Brukkk... Terdengar benturan keras yang membuat semua orang di sekitar tempat itu terkejut dan mengalihkan pandangannya ke sumber suara. Reyhan memang berhasil menyelamatkan gadis kecil, meskipun dia sendirilah yang harus tertabrak. Karena tabrakan itu, tubuhnya terpental jauh hingga terluka parah.
Orang-orang berlari mengerumuni Renyah yang tergeletak lemah bersimbah darah. Lalu ada seorang pria menghampiri dan khawatir melihat kondisinya.
"Ohh Tuhan, kenapa kalian hanya menonton cepat panggil ambulance!" teriak pria itu, namanya Andi dia adalah ayah dari gadis kecil yang Reyhan selamatkan.
"Papa, karena menyelamatkan Adinda dia jadi seperti ini." Tiba -tiba istrinya datang sambil menggendong gadis kecil tadi untuk memberitahukan hal ini pada sang suami.
"Apa, ohh tidak cepat ma panggil ambulance segara!!" Andi syok saat mendengar ucapan sang istri.
"Saya sudah menghubunginya pak, sebentar lagi ambulance akan tiba." Ucap salah seorang yang ada di kerumunan itu.
Benar saja tak butuh waktu lama akhirnya ambulance tiba di lokasi. Mereka kemudian memasukkan Reyhan ke dalam mobil dan langsung bergegas menuju rumah sakit. Andi dan keluarganya pun turut dalam ambulance itu.
Sesampainya di rumah sakit, Renyah langsung di larikan ke ruangan operasi mengingat dia terluka cukup parah. Andi beserta anak istrinya menunggu di luar dengan cemas.
"Aw... mama, papa lutut Dinda sakit." Di saat tengah menunggu, Adinda seketika mengeluh sakit pada kedua orangtuanya, Benar saja saat di cek lutut ternyata terluka.
"Ya ampun Dinda. Pah, kamu tetap di sini ya aku akan menemani Dinda untuk mengobati lukanya dulu." Ucap Rika (istri Andi)
"Iya ma."Jawab Andi.
***
Waktu terus berjalan, kini sudah hampir satu jam Reyhan di ruangan operasi. Andi dan istrinya senantiasa menunggu dengan perasaan was-was.
"Pa, semoga anak itu baik-baik saja mama takut jika terjadi sesuatu padanya, pasti orang tuanya akan marah." Ungkap Rika sungguh cemas.
"Tenaga saja ma, aku yakin dokter akan menyelamatkannya saat ini kita hanya bisa mendoakan agar anak itu bisa selamat." Ucap Andi menangkan istrinya.
10 menit berlalu, mereka melihat lampu ruang operasi akhirnya mati. Dengan perasaan yang masih cemas mereka menunggu dokter keluar dari sana, tak berselang lama orang yang mereka tunggu akhirnya muncul. Andi langsung menghampirinya untuk mencari keadaan Reyhan.
"Dokter bagaimana keadaan anak itu?"
"Tadinya kondisinya sangat kritis tapi sekarang dia sudah aman, Dia akan kami pindah ke ruang rawat segera jadi kalian bisa menemuinya di sana nanti." Jelas sang dokter.
"Syukurlah kalau begitu." Andi akhirnya menghela nafas lega mendengar pertanyaan itu. Dirinya sangat berterima kasih pada dokter karena sudah menyelamatkan Reyhan.
***
Kini Reyhan sudah ada di ruang rawat, namun dia masih belum siuman. Andi dan sang istri datang untuk melihatnya mereka berdua merasakan kasih terhadapnya.
"Ya Tuhan pa, mama merasa begitu bersalah melihat keadaan anak ini, karena putri kita dia sampai mengalami kecelakaan." Ucap Rika sambil mengusap rambut Reyhan.
"Iya ma, pasti orang tuanya merasa cemas mencarinya saat ini, mereka tidak tahu jika anaknya kini terbaring di rumah sakit." Ucap Andi.
"Papa benar, kita harus segera mencari tahu siapa orang tua dari anak ini." Jawab Rika.
"Tapi bagaimana caranya, kita kan tidak tahu di mana bocah ini tinggal." Kebingungan di wajah Andi langsung terlihat.
"Jalan satu-satunya untuk mengetahui itu hanya satu, yaitu kita harus menunggu anak ini sadar dan barulah kita bisa bertanya padanya." Ucap Rika.
"Ma, mending sekarang kau pulang bawah Dinda, kasihan dia sudah tertidur biar papa yang akan menemani anak ini di sini." Melihat anaknya yang tertidur pulas di sofa dalam ruangan itu, membuat Andi meminta istrinya pulang.
"Iya pa, kalau begitu mama pamit ya nanti mama akan meminta sopir untuk membawa makanan untukmu." Sebelum pergi terlebih dahulu Rika berpamitan pada suaminya.
Saat istrinya telah pulang, Andi menghilangkan kebosanannya dengan membaca berita di handphone miliknya. Hingga tak terasa senja menjelang akan tetapi Reyhan tak kunjung siuman. Namun, meskipun begitu Andi masih tetap setia menemaninya mengingat jasa yang Reyhan lakukan untuk putrinya.
Akhirnya penantian Andi berakhir, Reyhan kini sudah mulai membuka mata. Secara perlahan dia mencoba memperbaiki pandangnya.
"Di mana aku?" dengan suara yang lemah dia mencoba mengucap kalimat.
Mendengar suara Reyhan, Andi langsung bergegas mendekatinya. Dia merasa senang karena akhirnya Reyhan sadar.
"Nak, bagiamana perasaanmu?" Andi mencoba berkomunikasi pada Reyhan, akan tetapi karena masih lemah dia tidak mendapat respon.
Andi kemudian memanggil dokter untuk memberi tahu jika pasien sudah siuman. Tak lama dokter datang dan langsung memeriksanya.
"Di mana aku?" Kalimat yang sama ia ucapkan kembali.
"Tenang kau jangan bergerak dulu, karena tubuhmu masih lemah." Dokter memperingatinya agar jangan banyak bergerak, karena jika tidak dia akan merasakan sakit.
"Nak, Sekarang kau ada di rumah sakit karena tadi kau mengalami kecelakaan." Andi mencoba menjelaskannya secara perlahan.
"Kecelakaan?" Tanya Reyhan bingung.
"Sudahlah nak, kau istirahat saja dulu nanti saat kau agak baikan om akan menceritakan semuanya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments