Mata mereka lansung membulat sempurna melihat darah yang keluar dari pergelangan tangan Amoera yang menangis karna melihat tubuhnya yang tiba-tiba ada didalam kamar mandi dengan pisau yang ada ditangannya.
"Kau..!"
"Sa..Sakit hiks!"
"Sutt! Tenanglah!"
Denzo lansung melihat pergelangan tangan Amoera yang terluka sangat parah, sepertinya pisau ini benar-benar memutus pembuluh darah kecilnya.
"A..Aku akan memanggil Zalwa!"
Rea mengangguki ucapan Damian yang lansung berlari pergi sedangkan Denzo mencoba menenagkan Amoera yang takut dan pucat pasih akan darah yang terus keluar, Rea tak berani menatap wajah kakaknya yang sudah mengeras kelam dengan kebengisan yang nyata.
"Tu..Tuan hiks! Ki..Kiki!"
"Dia akan baik-baik saja, jangan menangis!"
Ucap Denzo menggendong Amoera ringan dengan Kiki yang ternyata juga terkena luka sayatan dibagian punggung, Rea lansung mengangkat hewan malang ini dengan Denzo yang membawa Amoera kedekat ranjang, lalu mengambil Selimut lalu membalutkannya ke pergelangan tangan Amoera yang berlumuran darah.
"Sa..Sakit hiks! O..Ora takut!"
"Mian!!!"
Bentak Denzo yang sudah kepalang geram, ia tak menyangka hal ini akan terjadi padahal tempat ini tak mungkin bisa dilewati musuh sekalipun, tak ada cela untuk menerobos apapun tapi kenapa Amoera malah terluka parah bahkan pergelangan tangan mungil ini nyaris putus?
"King!"
"Tangani ini!"
Zalwa lansung mendekati Amoera yang sekugukan menahan sakit, ia sendiri prihatin karna selalu melihat Gadis belia ini terluka meski ia tak sempat menanganinya tadi.
"Ini pendarahan, King!"
"Lakukan apapun! bila perlu kirim Prof. Jayenley atau Dokter Helen, semuanya!"
"Saya akan berusaha, King!"
Zalwa si wanita berjilbab dari Indo itu lansung mengeluarkan Infus dan perban karna melihat wajah Amoera benar-benar pucat dan kekurangan cairan.
"Pu..Pulang hiks!"
"Tenanglah! aku disini!"
"Ta..Takut dia.. dia !"
Denzo memeluk Amoera yang masih menangis, tubuh gadis ini bergetar karna rasa takut dan sangat panik bercampur aduk, ia berkeringat dingin dengan degupan jantung yang kuat bisa dirasakan Denzo yang ikut dalam kehampa'an yang gadis ini rasakan.
"Tahan Nona!"
"Ti..Tidak! O..Ora mau pulang hiks, Kakak hiks!"
"Hey! tak akan terjadi apapun, kau tenang saja, hm?"
Amoera menatap netra elang coklat menajam Denzo namun juga memiliki sisi lembut dan membuat ia merasa terlindungi, rasa takutnya perlahan diredam oleh aura keberadaan pria tampan ini.
"Percaya padaku!"
Akhirnya Amoera mengangguk membuat Denzo lega kembali memeluk dengan penuh kehangatan, ia menggenggam tangan mungil Amoera yang mencengkram tangan kekarnya kuat menahan sakit dari suntikan dan beberapa jarum yang ditancapkan ke kulitnya.
"King! saya perlu waktu!"
"Hm! Kalian keluar!"
Rea dan Damian mengangguk melangkah pergi, mereka menatap penuh keyakinan pada Amoera yang terlihat sudah lemah hanya pasrah dirangkuhan Denzo yang mengeratkan pelukannya.
"Ini perlu dijahit, King! lukanya terlalu merobek kulit luar!"
"Lakukan!"
"Tu..Tuan!"
Denzo mengelus pipi Cubby Amoera yang mulai dilanda rasa ngantuk dari Obat Bius yang disuntikan Dokter Zalwa kelengannya, perlahan mata lugu itu sayu-sayu tertutup untuk merdam rasa sakit.
"Nona Tidur?"
"Lakukan apapun tapi jangan sampai saat dia bangun luka ini masih terasa sakit!"
Dokter Zalwa seketika tercekat, memang beberapa hari ini saat Kingnya sudah bertemu dengan Gadis dungu yang selalu membuat masalah ini sifat Kingnya mulai aneh, bahkan Pria ini lebih banyak menunjukan sikap Overposesif yang tinggi.
"Sa..Saya akan usahakan, King!"
"Itu harus dan Mutlak!"
Dokter Zalwa mengangguk patuh lalu mulai melakukan penyatuan kulit yang terlihat merekah akibat goresan benda tajam itu, ia membersihkan luka itu terlebih dahulu barulah ia melakukan hal inti.
Disepanjang waktu, Denzo hanya menatap wajah polos Amoera yang terlelap nenyak dengan selang Infus yang tertancap ke punggung tangan gadis ini, tanpa sadar Denzo sediri melamun entah kenapa pikirannya selalu kosong setiap bersama Amoera yang seakan menguasai dunianya dalam sekejap saja.
"King!"
Leo yang datang bersama Damian dengan wajah serius itu, keduanya tampak menatap Amoera yang sudah terlelap dengan wajah pucatnya serta Kiki yang masih menunggu pengobatan.
"Hm!"
"Dari pemantauan anggota! tak ada yang masuk kekamar Nona bahkan mereka tak melihat apapun ketika Nona berteriak!"
Denzo terdiam sesaat lalu mengamati luka ditangan Amoera yang sudah cepat diperban oleh Dokter Zalwa, kalau bukan orang lain yang melukai gadis ini maka siapa? apa Amoera memiliki sesuatu atau Kepribadian ganda?
"Hm! perketat semua keamanan dan jalankan apa yang aku rencanakan!"
"Baik, King!"
Jawab Leo lalu terfikir sesuatu, ia aggak berat mengatakan ini tapi apalah dayanya yang tak ingin terjadi sesuatu kedepannya. apalagi King besar Mark juga memerintahkan ini pada Putranya.
"Maaf, tapi Abi Anda tak memperbolehkan anda terlalu dekat dengan Nona ini, King!"
"Jangan terlalu formal! ini bukan lingkungan Publik, Leo!"
"Baiklah!"
Leo mendekati Denzo dari ucapan Damian yang memang adanya, ia terlalu formal hingga lupa kalau ia juga keluarga pria berkuasa ini, walau ia hanya Putra Janson dan Dania yang sudah menjadi saudara bagi Abinya Denzo.
"Uncel melarangmu dan dia ingin kau tak ikut campur dalam masalah gadis ini!"
"Kau pikir ini mudah?"
"King! Uncel hanya tak ingin kau bermasalah kedepannya, jangan buat dirimu sendiri terluka!"
Denzo lansung menatap wajah cantik Amoera, ia tak tega membiarkan gadis ini diluar sana sendiri dan ada rasa untuk melindungi dan memberi segala hidupnya.
"Akan ku coba! tapi aku ingin dia bisa melindungi dirinya sendiri baru aku melepasnya!"
"Denzo kau bisa..!"
"IYA atau TIDAK itu keputusanku!"
Leo dan Damian lansung menghela nafas kasar, sudah jelas Denzo tak akan mendengarkan mereka, tapi untung saja Abi Mark turun tangan memperingatkan putra Arogannya yang satu ini.
"Sudah, King!"
"Bawa hewan itu ketempat khusus!"
"Baik!"
Dokter Zalwa lansung berdiri dengan Anggota Latina yang lain menggendong Kiki keruang Lab, mereka perlu melakukan penelitian sebelum melepas hewan ini.
"Bentengi hatimu! jangan salah langkah, Zo!"
"Iya, King! itu yang terbaik dari pada kau sudah jatuh hati padanya!"
Damian dan Leo melangkah pergi meninggalkan Denzo yang hanya menatap datar wajah Amoera dengan tangan yang terkepal, kenapa rasannya sangat sesak saat aku harus melepasnya? padahal gadis ini sama sekali bukan Tipenya tapi ia sangat tak bisa lepas.
"Aaa, Brengsek!!"
Brakkk..
Denzo melempar lampu tidur Kamarnya ke lantai sana dengan deru nafas yang memburu, hanya ada 2 pilihan untuk bersama gadis ini, Membunuh atau ia yang akan di bunuh.
"Zo!"
Degg..
Denzo meneggang diam saat suara lemah itu menyapa pendengarannya, Denzo menormalakn raut wajah dan rona murka yang tadi ia tebar.
"Hm!"
"Kau marah?"
"Tidak!"
"Tenanglah, tak akan terjadi apapun! aku disini!"
Seketika Denzo tersenyum kecil mendengarnya dengan Amoera yang juga tak kalah bahagia, bagaimana tidak? Amoera mengulang ucapannya tadi dengan suara yang lebih merdu.
"Aku hanya bimbang!"
"Kenapa?"
Tanya Amoera seraya meletakan kepalanya kedada bidang Denzo yang berbaring disampingnya dengan wajah yang menatap ke langit kamar.
"Jika kau harus memilih antara membunuh seseorang yang telah membuat Prinsipmu goyah atau dibunuh karna itu kau pilih yang mana?"
"Prinsipnya dalam arti apa?"
"Aku tak tahu! dia terlalu berbahaya sehingga aku tak ingin melepasnya!"
"Boleh saya panggil Ora?"
Denzo lansung mengangguk, setidaknya itu lebih baik dari pada terlalu formal membuatnya tak nyaman.
"Ora tak tahu tapi menurut Ora jika Tuan kuat menjalaninya maka tak apa, jika tidak maka membunuh lebih baik!"
"Jika aku tak mau?"
"Ora juga tak tahu! memangnya mau membunuh apa?"
Denzo menggenggam tangan mungil Amoera yang sama sekali membuat ia tak tega melakukan ini, tapi lihat saja kedepan ia akan memilih apa.
"Tidurlah, ini sudah malam!"
Amoera mengangguk tapi ia menatap pipi Denso dengan lembut, hal biasa yang selalu ia lakukan pada Kakaknya.
"Lakukan saja!"
Cup..
Denzo memejamkan matanya saat bibir kenyal itu menyentuh pipinya, genggamannya menguat ketangan Amoera dengan dada yang bergemuruh.
"Selamat tengah malam!"
"Hm!"
Amoera kembali melelapkan diri dengan satu tangan yang terluka itu ia letakan dipaha Denzo yang menikmati kelembutan tubuh gadis ini, rasa hangat itu mengalir seakan menerangi rasa gelap matanya selama ini.
...........
Brakk..
Pintu kamar itu lansung jebol akibat tendangan seorang pria berpakaian hitam yang tadi masuk secara kasar dengan membawa Pistol panas itu.
Boby dan Dario meneggang kuat melihat itu semua, mereka sudah dipukli sampai darah itu keluar dari mulutnya oleh pria ini.
"Ka..Kau siapa? kenapa kau masuk kesini? kalau kau mencari gadis itu dia tak ada disini!"
Namun pria itu hanya menyeringai tipis dibalik Topinya lalu menaikan pistol tepat dikening Boby yang gemetar takut.
"Tu..Tuan! ka..kami bisa membantu anda untuk..!"
Dorr..
Dario lansung membulatkan matanya saat Boby sudah tergeletak tak bernyawa dengan kepala yang menyemburkan isinya membuat perut Dario bergejolak.
"A..Aku..Aku tak..!"
"Permainannya akan dimulai!"
Dorr...
.....
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sandisalbiah
siapa jati diri Amoera yg sebenarnya.. kenapa abi Mark dan Azilla sangat khawatir dgn kedekatan Denzo dan Mora?
2024-10-24
0
Dewi Nurlela
ada rahasia apa antara amoera dan denzo
2023-05-31
0
Abigail Chavali
Ezilla ini anak nya mom Alen dad Nareus bukan yak
2023-04-16
0