Bayangan Cinta Sang Mafia
Hayy Guys.. Ketemu lagi sama Author Wilia, disarankan untuk membaca Novel Psychopat Husband Author dulu karna ini kelanjutan kisah anak-anaknya ya biar berasa karakter tokohnya. Ok kita Garcep.. Selamat membaca.
....................
Tatapan lemah wajah pucat lesu itu lansung menatap sebungkus roti yang ada ditangannya, tangan mungil putih pucat itu telah berlumur lumpur karna mencari bahan untuk menambah energi, namun sangat disayangkan hari ini ia tak dapat satu orangpun untuk dipakai jasanya. ia tak bisa membantu para Nelayan di Laut Eropa sana untuk mendapatkan uang, hanya ini yang ia dapat dari seharian memerah keringat beningnya.
Namun, senyum kecil itu tak pernah lekang dari wajah pucat lesu namun bersemangkat itu, ia menatap serigala berbulu abu dan berloreng putih yang selalu menemaninya setiap saat,
"Hari ini kita akan berlatih daya tahan tubuh! biar kalau kita sudah besar akan punya banyak uang!"
Suara lembutnya mengalun seraya tangan yang mengelus kepala Hewan buas ini, namun baginya ini adalah Boneka sekaligus malaikat penolong bagi Amoera.
Yah, dialah Amoera si mungil dengan wajah polos nan dungu itu, ia selalu berkeliaran didekat Pelabuhan Gousel Pres yang menjadi jalur lalu lintas Pedaggangan Maritim, disinilah banyak orang yang membutuhkan jasanya untuk membantu membawa barang-barang serta hasil tangkap laut Eropa yang melimpah.
Namun, tak setiap saat ia bisa makan, seperti sekarang perut datar mungil itu sedang berperang merebut ludah yang selalu ia telan saat hidangan menggiurkan yang tercium oleh cacing-cacing disalam sana.
"Hey! Kau!!"
Amoera lansung gemetar saat melihat 4 orang pemuda pemabuk yang setiap malam melewati jalan sunyi ini, tapi ia tak tahu kenapa harus ia yang dijadikan sasaran emosi.
"I..Iya Kak?"
Mereka lansung terbahak mendengar suara ciut Amoera yang meringkuk disudut tembok sana, pakaian kumuh dengan rambut panjang pirang yang sudah lengket akan keringat itu membuktikan kalau Mahluk ini adalah kotoran jalanan.
"Hey! sudah berapa kali ku bilang untuk melebarkan jalan ini!"
"Ta..Tapi aku tak bisa dan..!"
Bugh..
Amoera didorong kuat ke jalan yang si Aspal itu menyebabkan lututnya berdarah untuk yang kesekian kalinya, jalan ini sangatlah lebar dan panjang tapi 4 Pemuda itu selalu mendesaknya untuk memperkecil.
"lebarkan jalannya!!! Atau kau akan kami Bunuh!"
"Ta..Tapi jalannya sudah lebar! da..dan..!"
Byur...
Amoera disembur air berkumur dari seorang pria berambut pirang dengan tubuh oleng itu, ia malah tertawa senang melihat Amoera yang menangis dalam diam merasa sangat takut.
"Hahaha!!! Kau menangis, hm? ayolah.. kau itu Kotoran sempit disini! ayo luaskan jalannya!!"
Gerrr!!!
Serigala yang ada disamping Amoera menggeram menatap 4 pemuda yang malah terdiam seraya menegguk botol alkohol yang ada ditangan masing-masing, mata mereka sayu-sayu terbuka memperjelas keadaan.
"Ouhh! Jadi ini peliharaan Kotoran ini? lumayan kalau di jual!"
"Tidak!! jangan, Ki..Kiki tak salah, Kak!"
"Ouhh, namanya Kiki! Pantas dia sepertimu, KOTORAN..!"
Mereka kembali terbahak lalu menendang tubuh Amoera yang hanya menerima seraya meringkuk memeluk Kiki serigala yang berusaha melawan mengigit kaki-kaki tak berguna itu.
Bughh..Bugh..
"Jika kami datang lagi, jangan sampai jalan ini sempit, Kau mengerti!!!!"
"I..Iya, hiks!"
"Ciuhh!!"
Mereka meludahi kepala Amoera yang berusaha memeggang Kiki yang ingin melawan, ia takut 4 Pemuda berbadan kekar itu malah menjual Mahluk kesayangannya ini.
Grrrrr...
"Ki..Kiki, aku tak apa!"
Namun Serigala itu menjilati luka dibetis, pipi dan kening Amoera yang selalu begini setiap dijahati setiap Manusia tak bertanggung jawab.
"Ayo pulang! pasti Kakak sudah menunggu!"
Namun Kiki hanya diam menarik ujung baju Amoera yang hanya memakai Dress kumu putih yang sudah usam dimakan waktu, ditarik pelan saja pasti akan terkoyak. bukan tanpa alasan Kiki selalu tak ingin Amoera pulang, selain gadis dungu ini dianiaya ia juga mendapat perlakuan yang tak mengenakan karna hanya membawa pulang satu Bungkus roti Gandum saja, itupun entahlah bisa dimakan atau tidak karna telah diremas kuat setelah jatuh tadi.
"Ayo pulang! Kakak pasti sudah menunggu!"
Akhirnya Kiki menurut seraya ikut melangkah disela seokan kaki kecil ini, sesekali Amoera meringis saat perutnya begitu perih dan sesak, namun ia tetap menegguk ludahnya untuk membasahi kerongkongan yang sakit.
Setelah beberapa lama melangkah melewati Keramian yang tak memandangnya, ia sampai ke sebuah Rumah kecil yang sangat jauh dari Pusat kota, banyak ranting-ranting tajam yang mengikis kulit belia itu.
Melihat lampu Rumah yang masih menyala, ada rasa takut dihati Amoera, jika ia masuk maka kedua Kakaknya akan lansung menanyai makanan dan uang, lalu bagaimana dengan Kakaknya Kemal yang sedang jatuh sakit?
grett..
Deritan kayu yang dipijaki kaki mungil itu, rumah ini sudah begitu rapuh dengan timbunan Dedaun pohon yang menua, setiap lebaran pintu itu menuai kecaman bagi Amoera yang gemetar ditempat.
"Kau pulang?"
Degg..
Amoera meneggang ditempatnya saat melihat Pria berbadan tinggi besar dan gemuk melebihi batas Normal itu menatapnya dengan tajam namun penuh rasa lapar, ia,mendekati Amoera yang mematung ditempat.
"Ka..Kakak!"
"Mana makananku?"
"Ta..Tadi Ora hanya..hanya dapat ini!"
Plakk..
Satu tamparan panas itu membuat Amoera lansung tersungkur dengan Tragis, pipi lembut itu lansung bengkak dengan lelehan darah yang keluar disudut bibirnya, tangis itu pecah namun hanya tertahan oleh bibir Mungil sang gadis.
"Kau pikir aku biaa kenyang dengan sebungkus roti yang sudah tak layak ini, ha?"
"Ta..Tapi Ora ha..hanya dapat itu, hiks!"
"Sedari pagi kau pergi dan sekarang sudah malam tapi kau hanya dapat sebungkus ini, memang tak berguna!!"
Maki Boby yang menatap Amoera menyala-nyala, gumpalan lemak diperutnya sudah bergejolak untuk memakan sebuah Roti gandum ini, apalagi ia tak akan kenyang dengan benda ini.
"Bob! Aku lapar, dan berikan itu padaku!"
"Kau pikir aku tak lapar? sedari tadi aku juga menunggu ini!"
"Berikan padaku!"
"Aku yang dulu mendapatkannya!"
Dario si Pria berkepala botak dengan tubuh berotot itu lansung merampas Sebungkus roti yang ada ditangan Boby sigendut gempal. keduanya bertengkat bahkan nyaris memukul membuat Amoera lansung berlari menuju kamar Kakaknya yang tertua.
"Ora!"
Seorang Pria dengan tatapan lembut itu menatap Amoera yang mengendap-ngendap masuk kedalam kamarnya, dialah Kakak tertua dari Amoera adalah Justin, pria itu menderita kelumpuhan sejak usia remaja hingga tak bisa menjadi penyokong Kehidupan fana ini sedari Kedua orang tua mereka meninggal.
"Kak! Kakak tak apa-apa kan?"
"Ayo kesini!"
Langkah kecil Amoera lansung tercipta mendekati Justin yang hanya bisa terbaring diatas Kasur lusuh dengan selapis kain yang menutupi tubuhnya, ia mengulur tangan menggapai pinggang gadis itu namun Amoera menolak.
"Kak! Ora belum mandi, nanti Kakak bertambah sakit!"
"Tidak, Kakak akan sehat jika kau selalu disini!"
"Tapi..!"
"Kau sudah makan?"
Amoera terdiam sesaat lalu tersenyum memberikan kebahagiaan dan keceria'an yang tak pernah hilang dari wajah dungu nan cantik itu.
"Sudah! bahkan Ora makan sangat banyak!"
"Benarkah?"
"Iya, Kak! tadi Makanannya sangat enak, jadi Ora sisakan ini untuk, Kakak!"
Amoera mengeluarkan sepotong Roti dari bajunya, ia sempat menyembunyikan ini dari kedua Mahluk buas diluar sana yang masih terdengar bertengkar keras.
"Roti?"
"Hm, yah! nanti lain kali Ora akan membawa Kakak ke Restoran besar, tadi disana sangat ramai jadi Ora bisa makan!"
Justin hanya diam dengan mata yang menggenang, si cantik ini begitu bodoh membohonginya, mana ada Restoran ramai dan mewah seperti itu mau membiarkan gadis jalanan dan kotoran ini makan begitu saja, bahkan dari tampilan dan Aroma tubuh Amoera tak akan ada yang mau mendekat.
"Kau makan saja, Kakak tak lapar!"
"Ora sudah makan, Kak! ini Spesial untuk Kakak!"
Amoera membuka bungkusan itu dengan tangan yang bergetar, rasanya sangat lapar dan lemah melihat makanan ini tapi ia sekuat tenaga menahannya.
"Ini! Kakak makan saja, Ora mau kedapur!"
Namun Justin menarik tangan mungil itu hingga Amoera kembali terduduk menatap lembut wajah lemah Kakaknya, Justin sudah sangat tak kuat melihat Penderitaan Adiknya.
"Ma..Maafkan, Kakak!"
"Kenapa menangis? Ora tak apa-apa, ayo makan!"
Justin menggeleng membagi Roti kecil itu menjadi 3 bagian, lalu meletakan satu potong demi potongan ketangan Amoera dan juga Kiki yang lansung memakannya.
"Kak!"
"Makanlah, begini baru adil kan?"
Bibir Amoera lansung bergetar dan berhambur memeluk Justin yang juga memberi dekapan hangatnya, pria itu begitu menyayangi sang adik yang masih belia ini.
"Ma..Maafkan Ora hiks! Ora tak bisa cari uang banyak, hiks hiks! maaf!"
"Sudahlah, sekarang ayo makan dan istirahat!"
.......
..............
Vote and Like Sayang..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hah.. bab awal sambutanya udah luar biasa menguras emosi.. yernyata kka Amoera laki² tp malah menyiksa adok perempuanya buat cari nafkah.. waraska mereka??
2024-10-24
0
Nurr Amirr🥰💞
Hadir thorrr😘😘😘
2024-01-15
1
Zarin Mayresa
duuhhhh dah bertitik nih thor air di mataku ,,pdhl msh awal
2023-11-16
0