Setelah menyimpan roti beserta dengan olesannya Annisa kembali ke dapur.
“Bi ada lagi yang bisa Annisa bantu?” tanya Annisa kepada Bi Minah.
Bi Minah masih sibuk dengan nasi gorengnya.
“Non, tolong ambilkan piring makan, piring roti, pisau kue, garpu dan sendok di lemari itu,” Bi Minah menunjuk ke lemari paling bawah.
“Nggak sama gelasnya, Bi?” tanya Annisa.
“Iya, sama gelasnya juga. Tolong, ya Non. Sebentar lagi Den Roland turun untuk sarapan,” kata Bi Minah.
“Baik, Bi,” jawab Annisa.
Dengan gesit Annisa mengerjakan yang di katakan Bi Minah. Tak lama kemudian nasi goreng sudah matang. Bi Minah menaruhnya ke meja makan.
Tak lama kemudian Ua Elly keluar dari kamar dan menghampiri meja makan. Dilihatnya susu belum tersedia di meja.
“Bi….susunya belum ada,” tegur Ibu Elly.
Annisa keluar dari dapur dan menghampiri Ibu Elly.
“Sebentar Ua, Bi Minah sedang buatkan susunya,” kata Annisa.
Ibu Elly kaget melihat Annisa keluar dari dapur.
“Eh….Annisa lagi apa di dapur?” tanya Ibu Elly.
“Bantuin saya, Bu,” jawab Bi Minah yang datang dari dapur sambil membawa nampan yang berisikan empat gelas susu.
“Ini susunya, Bu,” Bi Minah menaruh diatas meja makan.
“Terima kasih Bi,” ucap Ibu Elly.
Lalu Bi Minah kembali lagi ke dapur.
Tak lama kemudian Roland turun dari kamarnya dan langsung menuju meja makan.
“Sarapannya sudah siap, nih. Kamu yang masak, Nis?” tanya Roland sambil menuangkan nasi goreng ke piring.
“Bukan, Bi Minah yang masak,” kata Annisa.
“Oh…Aa kira Annisa yang masak,” kata Roland.
“Nggak berani, takut nggak enak,” jawab Annisa.
“Belum dicoba, udah bilang nggak enak. Kapan-kapan Aa Roland mau coba masakan Annisa,” kata Roland.
“Udah Roland jangan ngerayu adik kamu terus, nanti kesiangan berangkatnya,” tegur Ibu Elly.
“Iya Mah,” jawab Roland.
“Annisa ayo sarapan dulu,” ajak Ibu Elly.
“Iya Ua,” jawab Annisa.
Tak lama kemudian Pak Supardi keluar dari kamar dan bergabung sarapan bersama dengan keluarganya.
“Annisa tolong buatkan Aa roti buat bekal,” pinta Roland.
Annisa yang baru saja mau memakan nasi gorengnya langsung berhenti .
“Roland, kamu kan bisa bikin sendiri tanpa harus menyuruh Annisa,” tegur Ibu Elly.
“Nggak apa-apa kok Ua, biar Annisa buatkan,” kata Annisa.
“Aa rotinya ditempatkan pakai apa?” tanya Annisa.
“Coba kamu cari di lemari atas yang di dapur,” kata Roland.
Annisapun ke dapur mencari tempat bekal makanan Roland. Tak lama kemudian Annisa kembali dengan membawa tempat bekal makanan.
“Rotinya mau diisi apa A?” tanya Annisa.
“Meses aja. Buat dua tangkap,” jawab Roland.
Dengan cekatan Annisa membuatkan roti untuk Roland.
“Ini Aa bekalnya,” kata Annisa sambil menyerahkan tempat bekal.
“Terima kasih Annisa,” ucap Roland.
“Sama-sama Aa,” jawab Annisa.
“Annisa lanjutkan lagi sarapannya,” kata Ibu Elly.
“Iya Ua,” jawab Annisa dan melanjutkan lagi sarapannya yang tertunda.
Tak lama kemudian Roland pamit berangkat kuliah.
“Ini bekalnya jangan sampai ketinggalan,” kata Ibu Elly menunjukkan tempat bekal yang berada di dekat piring bekas makan Roland.
“Oh…iya lupa,” kata Roland sambil mengambil bekal makanannya.
“Assalamualaikum,” Roland pamit.
“Waalaikumsalam,” ucap semua yang ada di ruang makan.
*****
Pukul setengah sepuluh kurang Annisa sudah siap-siap untuk berangkat.
Ibu Elly memberikan sejumlah uang untuk membeli formulir.
“Ini uang untuk membeli formulir,” kata Ibu Elly.
Annisa menerima uang yang diberikan oleh Ibu Elly.
“Ua, banyak sekali uangnya,” kata Annisa.
“Memang segitu harga formulirnya,” jawab Ibu Elly.
Lalu Ibu Elly memberi Annisa uang lagi.
“Ini untuk Annisa, siapa tahu nanti di sana Annisa mau jajan,” kata Ibu Elly.
“Nggak usah Ua. Annisa masih kenyang, jadi tidak akan jajan,” tolak Annisa.
Ibu Elly memegang telapak tangan keponakannya lalu menaruh uang tersebut di telapak tangan Annisa.
“Uang ini untuk pegangan Annisa kalau sedang pergi keluar,” kata Ibu Elly lalu menutup telapak tangan Annisa dengan jari jemari Annisa.
“Tapi Ua, uang ini terlalu banyak,” elak Annisa.
“Tidak apa-apa, sisanya bisa kamu simpan,” kata Ibu Elly.
“Terima kasih, Ua,” ucap Annisa dengan terharu.
“Sama-sama, Nis,” jawab Ibu Elly dengan tersenyum.
Annisa memasukkan semua uang pemberian dari Ibu Elly ke dalam tasnya.
“Ua, Annisa berangkat dulu. Assalamualaikum,” Annisa pamit sambil mencium tangan Ibu Elly.
“Waalaikumsalam warohmatullohi wabarokatuh,” ucap Bu Elly.
AnnIsa keluar dari rumah menuju mobil yang sudah menunggu di halaman rumah.
********
Annisa tertegun melihat bangunan yang megah ketika mobil yang dikemudikan Pak Maman memasuki perataran parkir bangunan tersebut.
“Pak Maman ini kampusnya?” tanya Annisa yang masih memandangi bangunan tersebut.
“Iya, Non. Saya disuruh Ibu anterin Non Annisa ke kampus Den Roland,” kata Pak Maman.
Pak Maman memarkirkan mobil di perataran parkir.
“Saya tunggu di sini ya, Non,” kata Pak Maman.
“Iya, Pak,” Annisa turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu utama.
Dari jauh Annisa melihat Roland yang sedang menunggunya. Annisa menghampiri Roland.
“Aa Roland,” panggil Annisa.
Roland menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Seorang gadis cantik dengan berpakaian sederhana menghampirinya.
“Aa sudah lama menunggu?” tanya Annisa ketika mendekati Roland.
“Udah lima jam nunggu,” jawab Roland asal-asalan.
Annisa mengerutkan alisnya mendengar perkataan Roland.
“Berarti Aa nunggu Annisa dari subuh, dong?” goda Annisa.
Roland tersenyum kepada adik sepupuhnya.
“Nggak Aa belum lama nunggu Annisa. Baru lima menit,” kata Roland lalu merangkul bahu adik sepupuhnya.
“Ayo, kita ke tempat pendaftaran.”
Roland berjalan sambil merangkul bahu Annisa.
Annisa melirik ke bahunya, ia melihat tangan Roland yang menempel pada bahunya.
“A Roland….,” panggil Annisa.
“Hmm,” jawab Roland pandangannya tetap ke depan.
“Bisa nggak jalannya biasa, nggak usah ngerangkul bahu Annisa?” bisik Annisa.
Roland menoleh ke Annisa.
“Kenapa?” tanya Rolang sambil mengerutkan keningnya.
“Risih Aa,” jawab Annisa.
“Takut nggak laku, ya? Disangkai sudah punya pacar,” Kata Roland dengan senyum menggoda.
“Bukan begitu. Risih aja kalau jalan sambil rangkulan,” elak Annisa.
“Udah, jangan protes. Aa sengaja begini agar nggak ada yang berani macem-macem sama Annisa,” jawab Roland.
Mendengar perkataan Roland, Annisa hanya menghela nafas. Kakak sepupuhnya ini pinter mengelak.
“Nanti pacar Aa tidak cemburu?” tanya Annisa.
“Aa tidak punya pacar,” jawab Roland dengan santai.
Annisa menoleh ke arah Roland.
“Tidak punya pacar?” tanya Annisa sekali lagi.
“Tidak. Hanya teman biasa,” jawab Roland dengan santai.
Teman tapi mesra, bisik Annisa dalam hati.
Nggak mungkin laki-laki tampan seperti Roland tidak punya pacar. Sesuatu yang impossible menurut Annisa.
Akhirnya mereka sampai di tempat pendaftaran mahasiswa baru.
“Annisa kamu mau pilih falkutas apa?” tanya Roland.
“Falkutas ekonomi,” jawab Annisa.
Roland berbicara dengan petugas pendaftaran. Terdengar petugas menyebutkan jumlah uang yang harus dibayar.
“Berapa A?” tanya Annisa.
“Dua ratus lima puluh ribu rupiah,” jawab Roland.
Annisa memberikan uang sejumlah yang diminta oleh petugas.
Setelah mendapatkan formulir mereka meninggalkan tempat pendaftaran.
.
.
.
.
.
.
semoga suka dengan ceritanya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Noer Anisa Noerma
seruuuu nih
2022-06-19
1
Katherina Ajawaila
Rolland abu nawas juga nmnya juga anak kuliahan 🤫
2022-06-13
1
Cornelia Pujiastuti
Biasa kerja dirumah bantu irang tua ''dasrnya rajin ya dimanoun berada pasti rajin ya
2022-05-29
1