Setelah selesai membuat juice, Annisa mengantarkan juice ke kamar Roland. Annisa mengetuk pintu kamar Roland berkali-kali tapi tidak dibukakan juga pintunya.
Kenapa tidak dibuka juga pintunya? Kemana A Roland? Apa lagi sholat atau mandi, ya? Buka aja pintunya? Buka jangan, ya? Buka aja deh.
Bismilahirohmanirohim, bisik Annisa dalam hati.
Perlahan Annisa membuka pintu kamar Roland.
“Aa…Aa Roland,” panggil Annisa sambil menongolkan kepalanya ke dalam kamar.
Annisa melihat ke sekeliling kamar Roland terlihat sepi. Hanya terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
Aa sedang mandi. Terus juicenya taruh mana? Bisik Annisa dalam hati.
Annisa mengedarkan pandangannya ke sekeliling kamar Roland. Matanya tertuju ke meja belajar yang berada di dekat jendela kamar. Annisa menyimpan juice diatas meja belajar, setelah itu Annisa cepat-cepat keluar dari kamar itu.
Roland baru saja keluar dari kamar mandi, ia melihat seseorang baru keluar dari kamarnya.
Siapa? bisik Roland dalam hati.
Tapi begitu ia melihat juice di meja belajarnya, ia tau kalau Annisa baru saja masuk ke kamarnya.
Ingin Roland menyicipi juice yang dibuat oleh Annisa, tapi mengingat ia belum sholat ashar maka nanti saja menyicipinya. Ia langsung sholat ashar.
Pada jam tujuh malam keluarga Ibu Elly berkumpul untuk makan malam bersama. Pak Supardi sudah pulang dari kantor sebelum adzan magrib. Jadi mereka bisa berkumpul makan malam bersama. Selama makan mereka tidak banyak berbicara, mereka makan dengan tenang
“Bagaimana Annisa betah tidak tinggal di sini?” tanya Pak Supardi setelah selesai makan.
“Pah, Annisa baru datang tadi siang, masa udah ditanya betah nggak tinngal di sini?” celetuk Roland.
“Insya Allah betah Ua,” jawab Annisa.
“Pah, juice buatan Annisa lebih enak dari buatan Bi Minah,” kata Roland.
Pak Supardi menoleh ke Roland.
“Bener, Land? Kamu tau darimana?” tanya Pak Supardi.
“Bener, Pah. Ngapain Roland bohong. Tadi sore Roland dibuatin juice sama Annisa,” jawab Roland.
“Itu karena dia maksa minta Annisa buatkan juice,” kata Ibu Elly sambil memakan jeruk.
Lalu pandangan Pak Supardi beralih ke Annisa.
“Ua mau dong coba juice buatan Annisa,” kata Pak Supardi.
“Boleh Ua. Ua mau dibuatkan juice apa?” tanya Annisa.
“Ua mau juice sirsak,” jawab Pak Supardi.
“Eh..Mah, buah sirsaknya ada nggak?” tanya Pak Supardi kepada Ibu Elly.
“Ada, lengkap kok semua buah ada di kulkas,” jawab Ibu Elly.
Annisa berdiri dari kursinya.
“Eh…. kamu mau kemana Nis?” tanya Bu Elly.
“Mau buarkan Ua Pardi juice,” jawab Annisa.
“Buatkan dua, Ua Elly juga mau,” kata Bu Elly.
“Sekalian Annisa buat juice untuk Annisa sendiri,” tambah Ibu Elly.
“Iya Ua,” jawab Annisa lalu pergi ke dapur.
Setelah Annisa tidak terlihat, Ibu Elly berbicara dengan suara pelan kepada suami dan anaknya.
“Pah- Roland, jangan terlalu sering menyuruh Annisa kasihan dia. Mama menyuruh Annisa ke sini agar bisa kuliah dan mengangkat derajat keluarganya, bukan buat disuruh-suruh. ART kita kan banyak, masa masih nyuruh-nyuruh Annisa,” tegur Bu Elly.
“Papah cuma mau cobain juice buatan Annisa,” kata Pak Supardi.
“Roland kasihan sama Annisa, dia lagi bingung tidak ada kerjaan,” kata Roland dengan tidak berdosa.
Ibu Elly hanya menghela nafas mendengar jawaban suami dan anaknya.
Tak lama kemudian Annisa datang dengan empat gelas juice.
“Kok buat empat, Nis? Satu lagi buat siapa?” tanya Ibu Elly.
“Buat Aa Roland. Tapi ini juice sirsak. Kalau juice buah naga kan sudah tadi sore,” jawab Annisa.
Mendengar jawaban Annisa wajah Roland jadi senang.
“Wah….kamu bener-bener adik Aa Roland yang paling baik,” kata Roland.
Ibu Elly mencibir mendengar perkataan Roland.
Pak Supardi meminum juicenya.
“Wah…. kamu bener Roland, enak juicenya. Semuanya pas,” seru Pak Supardi.
Ibu Elly meminum juicenya.
Ternyata bener apa kata Roland, bisik Ibu Elly.
“Terima kasih, Nis. Juicenya enak,” kata Bu Elly.
“Sama-sama, Ua,” jawab Annisa.
“Nis, mau nggak kamu buka counter juice di Mall? Ua modalin,” tanya Pak Supardi.
Ibu Elly langsung melotot ke suaminya.
“Papah…..Annisa itu mau kuliah, kok malah disuruh buka usaha?” protes Ibu Elly.
“Mah, Papah cuma nawarin aja. Barang kali Annisa berminat buka usaha,” kata Pak Supardi.
“Terima kasih atas tawarannya Ua. Mungkin suatu hari nanti kalau Annisa sudah tidak terlalu sibuk kuliahnya, Annisa mau buka usaha juga,” ucap Annisa.
“Tuh Mah dengerin apa kata Annisa. Dia juga tidak menolak untuk buka usaha,” kata Pak Supardi.
Ibu Elly menghela nafas.
“Mah, besok Annisa daftar kuliahnya diantar siapa?” tanya Pak Supardi.
“Sepertinya diantar Pak Maman,” jawab Ibu Elly.
Ibu Elly mengalihkan pandangannya ke Roland.
“Roland, kamu besok ada kuliah nggak?” tanya Ibu Elly.
“Ada kuliah dari pagi sampai sore,” jawab Roland sambil menikmati juice buatan Annisa.
“Apa kamu nggak bisa menemani Annisa beli formulir?” tanya Ibu Elly.
“Jam berapa?” tanya Roland.
“Dari rumah jam setengah sepuluh,” jawab Ibu Elly.
“Roland selesai kuliah pagi jam sepuluh. Roland tunggu di pintu utama,” kata Roland.
“Alhamdullilah. Tuh Nis, Aa Roland bisa nemenin kamu beli formulir. Jadi kamu tidak bingung cari tempat pendaftaran. Soalnya kampus Roland luas, nanti kamu tersesat,” kata Ibu Elly ke Annisa.
“Mah, kalaupun tersesat tetap saja masih dalam lingkungan kampus. Nggak akan tersesat sampai ke Bogor,” kata Pak Supardi.
“Iihh ….Papah, Mamah takut Annisa ada yang ngegangguin,” kata Ibu Elly.
“Wajar kalau ada yang gangguin Annisa, namanya juga perempuan cantik. Selama mereka tidak berbuat kurang ajar, diamkan saja jangan didengarkan,” kata Pak Supardi.
Ibu Elly beralih lagi ke Roland.
“Pokoknya Roland tunggu sampai Annisa datang!” perintah Ibu Elly.
“Siap, Mah. Pokoknya Roland jagain keponakan Mamah,” jawab Roland.
Jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan malam. Merekapun kembali ke kamarnya masing-masing.
******
Keesokan paginya setelah sholat subuh Annisa ke dapur hendak membantu ART membuatkan sarapan.
Terlihat Bi Minah yang sedang memotong bawang merah.
“Mau masak apa, Bi?” tanya Annisa sambil menghampiri Bi Minah.
“Mau masak nasi goreng, Non,” jawab Bi Minah.
“Annisa bantu, ya Bi,” kata Annisa.
Bi Minah berpikir sebentar. Lalu…
“Boleh, Non. Non yang bikin telor ceploknya,” kata Bi Minah.
“Siap, Bi,” kata Annisa.
Kemudian Annisa mulai membuat telor ceplok.
“Bi ini taruh dimana?” tanya Annisa setelah selesai membuat telor ceplok.
Bi Minah yang sedang sibuk membuat nasi goreng, melirik ke telor ceplok buatan Annisa.
“Taruh di meja makan, Non,” jawab Bi Minah.
Annisa menyimpan telor ceplok di atas meja makan. Lalu setelah itu ia kembali lagi ke dapur.
“Non, tolong sekalian simpen roti tawar beserta selai, messes dan mentega ke meja makan,” kata Bi Minah.
“Maaf ya, Non. Bibi jadi nyuruh Non.”
“Eh…..nggak apa-apa, Bi. Annisa sudah biasa membantu Mamah di rumah,” kata Annisa.
Lalu Annisa membawa roti tawar beserta selai, messes dan mentega ke meja makan.
.
.
.
.
.
.
.
. Bagi yang sudah membaca tolong tinggalkan jejak kakinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Sandisalbiah
emang Nisa nya tipeborg yg rajin
2024-05-17
1
susi 2020
😍😘
2023-10-10
1
susi 2020
😔😔
2023-10-10
1