Cinta hanya bisa memandang dua wanita yang sedang berbicara hangat.Keduanya begitu dekat bagai Ibu dan anak yang tak terpisahkan.
Masih dalam pikiran yang sama.Cinta tak banyak bicara.Penghinaan Thalita mengecapnya sebagai PELAKOR membekas menyusuri batin kecilnya.
Berpisah dengan Sang mamah bertahun-tahun bahkan tak ada kabar tentulah membuatnya kaget.Ia tertegun menelan saliva serta mengingat kenangannya bersama mamahnya.
Tak mampu menahan sesak di dada.Cinta menangis terisak-isak mengenggam ujung bajunya membuat orang di sekitaran menatapnya khususnya Azzam berjalan menuju ke arah Cinta lalu di cegah Thalita yang dari tadi duduk di sampingnya.
"Mau ke mana Mas? Biarkanlah dia menangis.Mungkin dengan menangis dia akan sadar bahwa yang ia lakukan salah.Mencoba mencari perhatianmu untuk merebut Mas dari ku." tegas Thalita memegang lengan tangan Azzam.
Melihat Thalita bersikap kekeh pada pendiriannya tentulah Fathimah tidak sampai hati.Bagaimanapun Cinta sekarang menjadi istri Azzam tentulah sudah menjadi menantunya.Fathimah melepas tangan Thalita dan menyuruh Azzam menenangkan Cinta yang sedang menangis.Sontak sikap Fathimah menimbulkan kontra bagi Thalita yang menganggap Fathimah sebagai Ibu mertuanya.
"Ummi.Apa yang ummi lakukan? Apa ummi juga udah tahu tentang hubungan Azzam dan Cinta?"
Fathimah mengangguk lalu tersenyum dan mengenggam tangan Thalita, " Gadis itu tidak salah.Mengapa kau memperlakukannya seperti itu? Rio adikmulah yang seharus di salahkan." ucap Fathimah memberi nasehat pada menantunya.Namun dengan cepat Thalita menarik tangannya.
Pandangannya berubah datar pada Sang mertua yang selama ini dia anggap seperti Ibunya sendiri.
"Jangan bilang ummi juga mendukung Mas Azzam untuk mempertahankan Cinta?Sampai kapanpun aku tidak akan rela dan ikhlas menerimanya menjadi istri kedua Mas Azzam." tegas Cinta lalu pergi meninggalkan mereka.
Fathimah tak habis pikir.Sifat keras Thalita pada pendiriannya tetap sama.Bahkan tak kan ikhlas jika Azzam mengurung niat untuk menceraikan Cinta.
"Azzam,sebaiknya kau pulang saja.Ummi khawatir pada istrimu.Dia sedang hamil apalagi perasaannya saat ini sedang hancur karnamu.Pergilah! Susul dia dan beri pengertian padanya.Mudah-mudahan dia mengerti." perintah Fathimah yang tak tega juga pada menantu pertamanya.
Meskipun Thalita kecewa sikap pada Fathimah yang membela Cinta.Namun Fathimah sangat mengerti di posisi Thalita yang harus rela berbagi cinta pada gadis yang tak menyangka akan membuat Azzam jatuh cinta padanya.
Cinta tak mampu menatap Azzam meski Azzam memeluknya.Dia justru menyuruh Azzam pergi mengejar Thalita yang sedang marah.
"Pergilah.Jangan memikirkan diriku.Aku bisa menanganinya sendiri." lirih Cinta tak mau memperburuk keadaan karna Azzam lebih memilih dia ketimbang Thalita yang lagi terpukul oleh sikap Azzam dan Fathimah.
Azzam bingung di satu sisi hatinya lebih cenderung bersama Cinta tapi di sisi yang lain ia teringat bahwa Thalita saat ini hamil buah cintanya.
Azzam berlari lalu meninggalkan Cinta.Terlihat Thalita menangis duduk di kursi koridor Rumah Sakit.Dia mengelus perutnya.
"Di saat Allah mempercayaiku punya anak justru aku juga di beri ujian kehadiran gadis itu.Gadis itu sepertinya akan menjadi duri di pernikahanku dan Mas Azzam.Aku tak mau nanti anak-anak ku kurang mendapat kasih sayang dari Ayahnya.Aku juga tak mau Rumah tanggaku seperti Bunda yang harus rela berbagi Cinta pada Pelakor itu.Aku benci kau! Dasar kau Pelakor.Kau lihat saja apa yang akan aku lakukan padamu! " ucapnya tanpa senyum memikirkan cara agar Mas Azzam menceraikan Cinta.
Tak lama ponsel Thalita berdering terlihat panggilan dari adiknya,Rio.
"Tidak mungkin! Bukankah..?" batin Thalita lalu mengangkat panggilan masuk.
"Hallo,Kak ini Rio.Bisa kita bertemu?"
Thalita menutup mulutnya dan mencoba mencari tempat aman agar bisa leluasa bicara pada adiknya.Dia takut Azzam mengejarnya secara tiba-tiba sehingga ia memilih berbicara di belakang mobil yang tersusun rapi di Parkiran Rumah Sakit.
"Iya.Tapi bagaimana kau...?"tanya Thalita tak percaya kehadiran Rio yang mendadak menelponnya.
Selama ini semua mengira Rio sudah meninggal akibat kecelakaan yang menimpa dirinya saat perjalanan menuju Paris.
Setelah mengakhiri percakapan lewat ponselnya Thalita sedikit tegar dan berjalan keluar mencari taksi untuk mengantarkan ke alamat yang di kirim adikya tadi.
Azzam berlari mencari Thalita dari koridor Rumah Sakit hingga ke luar menuju Parkiran.Terlihat taksi berhenti di ujung jalan lalu seorang wanita masuk ke dalamnya.
"Thalita! Tunggu." teriak Azzam agar istrinya itu berhenti dan memilih mengikutinya.
"Kemana dia?" batin Azzam kemudian berlari menuju Parkiran mencari mobilnya.
Azzam menyetir mobil dan mencoba mengikuti taksi itu.Tak salah lagi taksi biru berhenti tepat di sebuah Cafe di mana tempat biasa mereka nongkrong di sela-sela kesibukannya.
"Ini Pak bayarannya! Makasih.Sisanya ambil saja." ucapnya Thalita lalu segera masuk ke dalam Cafe tak lupa ia memandang ke belakang karna takut Azzam mengikutinya.
Seorang pria memakai jacket sweater bewarna biru dongker duduk sambil memainkan ponselnya.Merasa itu sosok Rio,Thalita mendekatinya dan memeluknya.Thalita memegang pipi Rio dan menangis bahagia karna Adiknya masih hidup.
Memiliki satu-satunya saudara tentulah harta yang paling beharga buat dirinya.Meski Rio sering membuat ulah dan mengecewakan sang kakak yang begitu menyayanginya tak mudah untuk Thalita membenci atau memutuskan silatuhrahim.Justru kata maaflah yang terbuka dalam hatinya.Meski di cincang sekalipun saudara tetap saudara karna pernah lahir dari rahim yang sama serta Nasab yang sama.
"Kakak senang,ternyata kau masih hidup."
"Bagaimana keadaan Cinta?" tanyanya lalu tersenyum mengembang menyebut nama Cinta.
"Cinta sekarang di Rumah Sakit.Bayinya meninggal.Tapi mengapa kau tega padanya?"
"Bagus kalau gitu.Lagi pula aku tak yakin bayi itu anakku.Dia itu gadis centil pasti banyak pria yang sudah menidurinya.Tampangnya saja polos membuat kalian percaya pada dramanya." ucap dusta Rio yang ingin kakaknya semakin membenci Cinta.
"Jadi...maksudmu Cinta sedang menipu kakak dan Mas Azzam.Bearti dia juga menipu ummi.Ini tak bisa di biarkan.Kakak harus segera menceritakan ini pada mereka sebelum terlambat."
"Sudah.Jangan buru-buru kita mainnya alun-alun saja.Kakak tenang saja aku akan mendukung kakak.Lagipula kalo kakak bicara pada mereka justru mereka akan mengatakan kakak pembohong alias ngarang-ngarang cerita." ucap Rio meyakinkan Thalita untuk tidak tergopoh gopoh mengambil keputusan.
"Cuma kemarin kakak gak sengaja nemuin foto Cinta bersama wanita yang sudah merebut Ayah dari kita." ujar Thalita lalu mengoceh foto dari tas selempangnya dan menyerahkan pada Rio.
Sebenarnya Rio sudah lama mengetahui hal itu.Namun ia harus berpura-pura agar kakaknya tidak curiga kalo niatnya mendekati Cinta untuk membalas dendam atas kematian sang Bunda yang begitu ia sayangi.
"Sudah ku duga kak.Wanita ini pasti Mamahnya,terlihat jelas mereka sangat akur.Semakin membuatku semakin sakit dan ingin segera membalas atas apa yang ia lakukan pada keluaga kita." ujarnya meremas foto itu dan membantingnya ke lantai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Djie Marwati Laissa
yahh udah cinta pergi aja dr rumah tangga si Azzam kubur cintamu tuk Azzam..ms bnyak lelaki lain yg akan mncintaimu...kasian dirimu yg akan mmbuang masa mudamu yg akan mmbuat hidupmu mnderrita...
2022-07-06
0
Hera
owh jadi motifnya bales dendam nih si rio ga gentle banget ya bahagia udah ngerusak hidup seorang gadis
2022-05-14
0