Assalam mu'alaykum...
Thanks you yang udah like My Novel🤗🤗
Cinta sadar dari komanya.Seminggu tertidur di Rumah Sakit tanpa makan dan minum.Hanya sekedar menghandalkan cairan bening yang masuk lewat urat kecil di pergelatangannya.
Pandangan masih buram dan samar-samar.Cinta mencoba bergerak namun masih terasa sakit di bagian perutnya.Kemudian ia menarik nafas memandangi sekitaran ruangan yang begitu sunyi tanpa suara.Cinta menyentuh kepalanya yang masih di perban,mencoba mengingat kejadian yang terjadi sebelum Azzam membawanya ke sini.
Menyadari adanya perubahan bentuk di perutnya yang tadinya buncit sekarang mengempes membuatnya menjerit dan menangis.
"Bayiku...di mana bayiku??"teriak histeris Cinta menyentuh perutnya.Hatinya hancur mengingat kejadian yang menyebabkan bayinya meninggal.
Tak lama Fathimah dan Azzam datang sambil membawa buah.Mendengar suara Cinta menangis,Azzam berlari langsung memeluk Cinta.
"Mas,bayiku mana? jawab Mas?"
Cinta memandang Azzam begitu dalam.Selama ini Azzam tak pernah memeluknya begitu erat.Dia merasa sentuhan Azzam begitu tulus tanpa paksaan ataupun tekanan.Terlihat Azzam mengusap rambutnya begitu lembut serta memegang kedua pipinya menatap dua matanya agar bisa kuat menjalani semua ujian yang di hadapi Cinta saat ini.
"Maaf.Bayimu meninggal.Kejadian kemarin membuat kau pendarahan hebat dan bayimu tidak bisa di selamatkan." ucap Azzam berat lalu mengusap air mata Cinta yang begitu deras jatuh membasahi bajunya.
"Lepaskan aku.Semua ini gara-gara istrimu itu,kalau dia tidak bermuka dua padaku dan aku tidak mendengar percakapan kalian mungkin ini tidak terjadi.Aku tak pernah marah atau kesal jika kau tak bisa menganggapku sebagai istrimu seutuhnya.Cukup kalian menghargaiku sudah membuat aku bahagia.Sebenarnya di sini akulah korban dari drama yang kalian ciptakan.Dari awal aku tak pernah meminta kau menikahiku tapi justru mbak Thalitalah yang memintanya.Kalau bukan karna Rio mungkin aku tidak seperti ini harus mengemis cinta dan kasih sayang pada orang yang memberi kebahagiaan semu.Aku lelah terkadang hatiku sakit namun aku kuatkan demi bayi ku agar mendapat pengakuan dari orang-orang yang menghinaku.Sekarang apa dayaku? alasan aku bertahan sudah hilang bahkan kau juga akan menceraikan ku sesuai perjanjian yang kau buat dulu." Lirih Cinta tak berhenti menangis.
Buah hatinya telah tiada.Bertahan pada cinta yang tak menerima sama halnya akan menambah luka serta menyayat hati yang begitu tulus mencintai Azzam.Sadar umur yang berbeda 12 tahun tak mengubah rasa suka bahkan tertarik pada Azzam yang bisa di bilang seperti seorang Ayah.
Mendengar kejujuran Cinta.Fathimah yang dari tadi berdiri mendengar suara rintihan gadis belia ini memandang datar Azzam.Bagaimana bisa Azzam dengan mudah mempermainkan syariat agama hanya demi mengikuti perintah sang istri.
" Tap "
Fathimah menampar keras pipi Azzam.Ia begitu kecewa pada sosok Azzam yang selama ia didik menjadi anak yang penyayang serta lembut pada wanita justru sekarang malah berubah menjadi pria yang lemah serta tidak tegas dalam mengambil keputusan.
"Ummi kecewa padamu.Ummi malu Nak! karna belum berhasil mendidikmu menjadi suami yang baik serta adil.Hanya karna istri pertamamu kau melukai gadis ini.Dia tidak bersalah Nak.Dia hanya korban dari keegoisan kalian.Sekarang coba kau pikirkan! bagaimana kalo gadis ini di posisi putrimu ? apa yang akan kau lakukan.Dia ini yatim Nak.Mengapa kalian tega padanya??"bentak Fathimah membuat Azzam tertunduk karna merasa bersalah.
Fathimah memutuskan keluar.Berlama di ruangan Cinta membuat nafasnya begitu sesak memikirkan ulah putranya.
Sementara Azzam terduduk menyentuh pipinya yang sakit karna tamparan sang ummi.Kekecewaan Fathimah padanya sudah di luar batas toleransi sebagai Ibu yang sudah begitu lelah membesar serta mendidik tapi balasan Azzam seperti ini.Semua yang di ucapkan Fathimah memang benar.
Benar pada hakikatnya Azzam bingung pada hatinya.Tak ingin menyakiti perasaan Thalita yang selama begitu setia menemaninya suka dan duka.Tujuh tahun mengarungi samudra bersama Thalita tidaklah mudah untuk melupakan kerikil-kerikil kecil bahkan besar.Semua mereka lewati tanpa berkeluh kesah.
Tapi berbeda pada kisah ini.Kesetiaan Azzam mulai goyah sejak hadirnya Cinta dalam hidupnya.Azzam tak mampu untuk berbohong pada dirinya sendiri kalo ia mulai jatuh cinta pada gadis kecil yang sedang terpuruk karna ulahnya.
"Cinta,dengarkan aku.Aku tidak akan menceraikanmu.Percayalah! kita bisa memulainya dari awal karna...?" Azzam ingin melanjutkan ucapan namun terhenti karna Thalita datang secara mendadak dengan segera Azzam melepas pundak Cinta.
"Oooo jadi ini alasanmu menyuruh aku ke sini? untuk melihat kemesraan kalian.Bagus yah Cin.Sekarang kau sudah mulai menampakkan taringmu untuk menghancurkan Rumah tanggaku seperti Ibumu yang menjadi pelakor hingga mamahku meninggal dunia.Woww! benar-benar sempurna.Emang benar kata pepatah Buah itu kalo jatuh tidak jauh dari pohonnya." Sindir Thalita sambil bertepuk tangan dan mengarah jari telunjuk ke muka Azzam dan Cinta.
"Kalian itu pengkhianat khususnya kau Mas.Aku menunggumu untuk mengantarku cek kandungan tapi kau malah bemesra bersama gadis ini.Ingat Mas,tujuan kau menikahinya? bukan untuk menjadi suaminya melainkan hanya untuk melindunginya hingga bayinya lahir.Sekarang bayinya telah tiada.Jadi cepat talak dia.Toh, anak itu juga bukan anakmu buat apa kau pertahankan?? anakmu ini! yang ada di rahimku.Bukan di rahimnya.Camkan itu!" Tegas Thalita menghasut Azzam untuk segera menceraikan Cinta.
Setelah ia menegur keras Azzam ia tak mampu berkata sehingga memutuskan untuk keluar.Rasa kecewa masih membekas pada jiwanya.Kemudian Fathimah teringat bahwa dokter menyuruhnya menebus obat melihat kondisi Cinta yang sudah siuman.
"Nih Nak,resepnya." Fathimah menyerahkan resep obatnya pada petugas Apotik.lalu di sambut oleh gadis itu kemudian memberinya beberapa obat serta aturan minumnya.
"Bu,jangan lupa minumnya sesudah makan dan 3×1 hari." Jelas petugas Apotik mengingat Fathimah sudah tua.Jadi di perjelaskan agar tidak salah memberi obatnya.
"Terima kasih Nak." Jawab Fathimah lalu menyebar senyuman pada gadis itu dan pergi menuju ruangan Cinta untuk memberikan obat karna waktu sudah siang.
Sejak pertemuannya dengan Cinta.Fathimah menganggap Cinta seperti putrinya.Dia tak kenal lelah mengurusi Cinta serta mendoakan agar kelak Azzam berjodoh pada putra sematang wayangnya.
Fathimah mengoceh ponselnya dan melihat beberapa pesan yang ia kirim.Terukir senyum lebar dari bibirnya dan bergegas masuk.
"Assalam mu'alaykum..." Sapanya pada putranya dan menantu-menantu yang sudah berkumpul di ruangan itu.Suasana begitu tegang terlebih Thalita dan Azzam yang habis bertengkar.Raut wajahnya gelisah sementara Cinta hanya terbaring memaling wajah tak memandang mereka.
Cinta hanya menangis tanpa suara.Perpaduan karoke antara Azzam dan Thalita semua mengarah padanya.Seperti judul lagu Rossa 'Hati yang kau sakiti'.
"Wa'alaykum salam." Jawab bersamaan mereka lalu Thalita mencium tangan Fathimah dan memeluknya.
"Ummi sehat?"
"Alhamdulillah Nak,kamu bagaimana, sehat? ummi dengar kamu lagi hamil yah? ummi senang akhirnya bisa nimang cucu juga dari kalian."
"Iya mi,alhamdulillah.Ummi ke sini ada apa?" tanya Thalita memandang Azzam untuk menjelaskan kehadiran Fathimah.
"Ayo,duduk dulu.Tak usah buru-buru suuzon sama suami sendiri.Ummi ke sini karna keinginan ummi bukan karna Azzam.Jadi kamu gak usah berpikiran aneh pada Azzam.Lagipula kamu sedang hamil.Jadi,harus banyak besabar,gak boleh marah-marah agar bayinya juga sabar yang pastinya sholeh dan sholeha." nasehat ummi sambil mengusap perut Thalita lalu tersenyum dan menyentuh lembut pipi menantu pilihannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments