Cinta memasuki ruang operasi.Azzam yang begitu setia menunggu tak berhenti berdoa untuk keselamatan Cinta.
Tak lama Thalita datang menyusul karna begitu khawatir pada Azzam yang sudah di hubungi berkali-kali tapi tidak merespon pada ponselnya.
"Mas,mengapa kau tak mengangkat telpon ku?apa karna gadis itu membuat kau tak peduli pada diriku dan bayimu." cetus Thalita menarik paksa tangan Azzam untuk meninggalkan Cinta yang sedang menjalani operasi pengangkatan janinnya yang telah tiada.
"Maaf.Ponselku ketinggalan di mobil saat membawa Cinta ke Rumah Sakit."
"Lalu.Bagaimana keadaannya?" tanya Thalita penuh harap agar bayi Cinta tak selamat.Saat kejadian itu Thalita sudah menduga kemungkinan besar janin Cinta tak bisa di selamatkan.
" Bayinya meninggal."
Azzam menyandar tubuhnya di kursi tempat penungguan pengunjung yang di sediakan pihak Rumah Sakit.Rasa lelah,kantuk serta sedih melihat kondisi Cinta yang sudah begitu parah.
" Baguslah.Dengan begitu Mas bisa secepatnya menceraikan dia." sindir Thalita lalu menarik tangan Azzam untuk meninggalkan Cinta.
" Tapi..bagaimana dengan Cinta? kasihan dia tidak ada yang menemani dirinya."
" Bukan urusan kita.Tugasmu sudah selesai.Sekarang tugasmu menjagaku dan merawat calon bayi kita.Seharusnya Mas senang,dengan begitu kau tak perlu merasa bersalah tidak mengurusi Cinta.Setidaknya tanggung jawabmu berkurang." cetus Thalita.
Thalita terus saja melempar kata-kata pedas pada Azzam.Thalita tahu hati Azzam pasti berat melepaskan gadis bermata sipit itu.Selain cantik,penampilan Cinta juga menggoda setiap pria yang memandanginya.Tubuhnya kecil dan imut serta senyum yang manis tentulah Azzam tak rela Cinta jatuh di pelukan orang lain.
"Aku tidak boleh melepaskannya.
Apapun terjadi aku harus mempertahankan Cinta untuk menjadi istriku." gumam batinnya
Azzam terus saja berdialog pada dirinya.Dia tak mampu harus berpisah pada Cinta yang sudah mencuri hatinya.
Meski ia mencintai istri pertamanya.Azzam tetap pria yang memiliki hasrat tersendiri saat melihat gadis muda yang membangkit gairahnya.
Mungkin selama ini,ia tak tertarik pada Cinta karna belum mengenali sosok Cinta serta perasaan keterpaksaan menerima Pernikahan dirinya yang terjadi secara mendadak masih menyelimuti hatinya.
Semakin ia ingin meninggalkan Cinta hatinya semakin sakit dan menuntun jiwanya untuk tetap mempertahan Rumah tangganya bersama Cinta.
" Mas,aku ke sini mengajakmu pulang bukan untuk melamun."
Mendengar panggilan Thalita,Azzam bergegas bangkit dan terpaksa meninggalkan Cinta seorang diri.
Maafin aku Cinta.Aku harap akan ada kesempatan untuk bertemu denganmu besok. gumamnya tak henti menatap pintu ruang operasi yang masih tertutup rapat.
Sepanjang perjalanan tak henti-hentinya ia memikirkan Cinta.Darah segar bekas pendarahan Cinta masih melekat di mobilnya.
Dia teringat saat manis Azzam mengenggam tangan dan mengusap lembut rambutnya.
**FLASH BACK ON
Cinta terbaring lemah namun suaranya masih ada.
" Massss, ma aa fin Cinta.Jujur Cinta su uudah ja aa tuh ci cin ta pa pada Mas." lirihnya mengucap itu tanpa sadar air matanya jatuh lalu suara itu menghilang.***
Suara Cinta menggiang-giang pikirannya.Seakan suara itu terus saja berputar-putar di memory otaknya tanpa ada tombol off untuk memberhentikannya.
💦💦💦💦
Setelah membersih diri Azzam menghempas tubuhnya di samping Thalita yang sudah tertidur pulas masuk ke alam mimpi.
Azzam masih enggan memejam mata.Ia bangun dan berdiri menuju ke balkon memandang langit yang gelap di hiasi bintang kecil.Perasaan Azzam hanyut memikirkan Cinta yang saat ini berada di Rumah Sakit.
Bintang kecil itu menggambarkan rupa Cinta.Azzam mengucek-ucek kedua matanya meyakinkan bahwa yang ia lihat hanya bayangan Cinta karna terlalu kepikiran padanya.
Azzam menelpon Fathimah untuk meminta bantuan pada umminya.
tut tut tut...
" Assalam mu'alaykum ..."
" Wa'alaykum salam...Azzam tumben nelpon malam-malam begini.Pasti lagi ada masalah yah...."
" Maaf Azzam ganggu.Ummi sehat kan?"
" Alhamdulillah ummi sehat Nak.Lho Azzam kog menangis? tak biasanya begini.Kenapa Nak??"
" Azzam bingung mi.Saat ini istri Azzam masuk Rumah Sakit.Gadis yang Azzam cerita kemarin.Azzam sudah menikahinya.Tapi tiba-tiba Thalita meminta Azzam untuk menceraikannya karna saat ini Thalita sedang berbadan dua.Azzam bingung mi....? siapa yang harus di dahulukan.Gadis itu jatuh menyebabkan janin dalam kandungannya meninggal.Saat ini ia sedang di rawat tanpa ada yang menjaganya." lirih Azzam yang menangis.Suaranya terlihat serak dan gemetar.
" Innalillah wainna lillah hiroji'un.Ummi turut berduka Nak.Terus gadis itu di rawat di mana?kalo Azzam tak keberatan,biarlah ummi yang menjaganya."
" Ummi serius ??"
" Iya Nak.Ummi gak tega melihat anak ummi menangis.Yaudah,kamu kirim saja alamat Rumah Sakitnya biar ummi bisa menyusul ke sana." titah Fathimah
" Baik mi.Assalam mu'alaykum..." ucap akhir percakapan Azzam lalu mengetik cepat alamat dan mengirim pesan ke umminya dengan sedikit senyum serta bernafas lega.
" Wa'alaykum salam."
tut tut tut
Telpon terputus lalu Fathimah dengan cepat mengemas diri menuju Rumah Sakit yang Azzam maksud.
" Uuuudin.." panggil Fathimah menyuruh supir yang biasa mengantar anak anak Panti ke Sekolah.
" Iya mi.Ada apa?" tanya Udin memandang Fathimah sudah rapi sambil mengenteng tas berisi pakaian untuk gonta ganti selamat merawat Cinta.
" Mau pulkam yah mi.Tapi ini sudah malam.Apa tidak besok saja berangkatnya." cetus Udin lalu melangkah pergi.
" Hush,sembarangan.Tolong antarkan saya ke Rumah Sakit.Sekarang yah."
" Oo,tapi siapa yang sakit? Azzam yah?"
" Bukan.Istrinya.Sekarang cepat antarkan saya ke sana."
Udin dengan segera mengambil kunci lalu bergegas mengantar Fathimah menuju ke Rumah Sakit.
" Terima kasih sudah mengantar saya.Maaf menganggu istirahatmu." ucap Fathimah menutup pintu lalu berjalan terburu-buru mencari ruangan di mana Cinta di rawat.
" Sama-sama." jawab Udin lalu bergegas kembali menuju ke Panti untuk menyambung istirahatnya yang tertunda.
Fathimah melewati koridor ke koridor lain demi mencari gadis yang Azzam katakan.Fathimah mencoba bertanya pada petugas Rumah Sakit.Dia tersenyum saat menemukan ruangan yang di katakan perawat tadi lalu membukanya.
Tampak Cinta sudah di tempeli beberapa selang.Wajahnya begitu pucat serta tubuh yang kecil mengundang simpati pada Fathimah.
" Subhanallah.Pantas saja Azzam sedih saat menceritakan tentangmu.Kau masih terlihat muda dan bisa di katakan masih remaja.Tapi sudah merasakan ujian yang berat." gumam Fathimah mengusap rambut Cinta kemudian mengecup keningnya.
Fathimah duduk setia menemani Cinta sambil membaca Al-Qur'an.Sesekali dia tersenyum mengingat putranya menangis meminta tolong padanya.
" Kau sangat cantik.Azzam Azzam .. bisa-bisanya kau jatuh cinta pada bocah kecil ini.Mungkin kau lebih cocok di bilang Bapaknya daripada suaminya." gumam Fathimah usai menutup Al-Qur'annya dan meletak di atas meja yang biasa untuk meletakkan makanan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
enungdedy
màsih penSaran rio kemana
2022-04-20
0
Aulia Nia
thor emang azam umurnya berapa. di atas G di sebutin yah
2022-01-07
0