Cinta menatap batu nisan Papahnya,Bayu.Deraian air mengalir jatuh membasahi pemakaman sang Papah.
"Maafkan aku Pah,Cinta emang anak yang tidak berguna."Lirihnya menyesali perbuatannya.
Cinta meninggalkan pemakaman sang Papah.Ia melangkah keluar kembali ke rumahnya.
Namun langkahnya terhenti.Beberapa pria tak di kenal berdiri di halaman rumahnya.
"Apakah kau Cinta?.Putri dari Pak Bayu?." Tanya Pria tak di kenal itu.
"Iya,benar.Tapi kalian siapa?"
"Kami dari petugas Bank.Pak Bayu sudah menunggak pembayaran.Jadi dengan terpaksa kami menyita seluruh aset beliau."Tegas Pria berpakaian rapi.
"Ya Allah,apa yang harus aku lakukan?"gumamnya Cinta memegang dadanya.Cinta terduduk,memikirkan nasip dirinya.
Sementara Bik Inah menatap Cinta dengan rasa kasihan.
"Non..yang sabar yah!."Lirih Bik Inah memeluk Cinta yang begitu terpukul atas semua masalah yang menimpa dirinya.Air mata jatuh meluncur merasakan betapa berat beban Cinta untuk menjalani kehidupannya saat ini.
"Bik,Cinta bingung harus ke mana?.Saat ini Cinta tak punya siapa-siapa lagi.Mamah tak tahu di mana?.Sementara orang yang menghamili Cinta pergi kabur begitu saja."Lirih Cinta memegang perutnya.
Cinta tak kuasa menahan kesedihannya.Satu-satu orang selalu mengerti dan setia menemaninya adalah Bik Inah.Namun Bik Inah harus meninggalkan dia.
Manik matanya nanar,air mata sudah tak mampu di bendung lagi.Ia menangis memeluk Bik Inah.
"Bik,mari kita bereskan pakaian kita.Maafin Cinta tak bisa mempertahankan Bibik untuk bekerja di sini."
"Tidak apa-apa Non."
Usai berkemas,Bik Inah memeluk Cinta untuk pamit pulang ke kampungnya.Cinta menarik kalungnya yang masih melingkar di lehernya.
"Bik,ambil ini untuk ongkos pulang.Cinta gak punya apa-apa lagi.Seluruh aset Papah sudah di blokir pihak Bank."Ujarnya tersenyum terpaksa dan meletakkan kalungnya di tangan Bik Inah.
"Tapi...?.Bagaimana dengan Non?tanya Bik Inah yang begitu memahami sifat Cinta dan begitu mengkhawatirkan Cinta.
"Tak usah pikirin Cinta.Bik Inah sudah banyak bekorban buat Cinta.Sekarang Cinta sudah dewasa.Jadi,Cinta tahu menjalani hidup Cinta tanpa harus bergantung dengan Bibik." Ucapnya sedikit menyengir namun hatinya begitu rapuh.
Setelah melepas kepergian Bik Inah.Cinta menuju rumah Thalita.
Thalita sedang bersantai bersama Azzam karna saat itu Azzam lagi libur bekerja.
"Assalam mu'alaykum."Sapa Cinta dengan suara tidak bersemangat.
"Wa'alaykum salam."Ucap Thalita dan Azzam yang saling berpandangan karna Cinta membawa tas dan meletakkan di sampingnya.
Cinta menyalami Thalita,dan tak sengaja menatap Azzam yang terlihat ketidaksukaan kehadiran Cinta di rumahnya.
Cinta menghambur memeluk Thalita.
"Sebenarnya apa yang terjadi padamu?.Mengapa kau ke mari membawa tas?"tanya penasaran Thalita mengusap rambut Cinta yang sudah anggap seperti adik sendiri.
"Mbak...Cinta ke sini ingin memberi ini?." Cinta mengoceh benda mini itu dari saku jaketnya.
"Hamil?"ujar singkat Thalita.
"Iya mbak."
Cinta memegang perutnya.Hatinya begitu sedih karna kehadiran bayi ini membawa duka dan beban yang berat.
"Semua ini karna Rio." Lirih Cinta yang tak tahu lagi menyusun kata.
Mendengar ucapan Cinta,Azzam naik pitam.Kelakuan Rio benar-benar membuatnya marah dan tak bisa di toleransi lagi.
Dia menelpon Rio,namun nomor ponselnya sudah di blokir.
"Semua ini gara-garamu yang selalu memanjakan adikmu itu.Lihat akibatnya dia menghamili anak orang terus kabur begitu saja.Sudah ku duga kepergian mendadaknya ke Paris pasti ada alasan.Sekarang lihatlah!"kesal Azzam menatap Cinta yang sudah menangis.
"Lalu...!" Ucap Thalita berharap Azzam memberi solusi dari masalah ini.
"Aaaaargh"pekik Azam meninggalkan keduanya yang saling memeluk.
Azzam tak mampu lagi berbicara.Sifat dingin mulai ia tampakkan.Thalita mendengar suara Azzam sedikit keras,membuatnya takut ingin bertanya.
Azzam tipe pria yang tak suka memikirkan masalah.Setiap masalah selalu di hadapinya dengan jernih.Berbeda dengan ini dia lebih mudah terpancing emosi apalagi semua ini ulah Rio,adik iparnya.
Thalita mengajak Cinta masuk dan mengantar menuju ke sebuah kamar untuk menenangkan Cinta yang begitu sedih.Rasa ketakutannya tampak jelas bermain di wajahnya saat Azzam berteriak.
Thalita melangkah ingin meninggalkan Cinta.Namun tangannya di tarik oleh Cinta yang tak ingin di tinggal sendirian.
"Mbak,saat ini Cinta gak punya siapa-siapa lagi.Papah Cinta baru saja meninggal dunia plus aset Papah juga di sita karna memiliki tunggakan hutang di Bank.Cinta bingung harus ke mana?"lirih Cinta menunduk saat berbicara.Dia menahan air mata yang sudah banjir.Suaranya gemetar menggambarkan perasaan saat ini yang begitu harap pada Thalita untuk membantu ia menyelesaikan masalah ini.
"Kau tak perlu khawatir.Akulah yang akan membantumu.Sebaiknya kau istirahat dulu karna aku ingin bertemu dengan Mas Azzam."Pinta Thalita melepas paksa tangannya yang di genggam Cinta.
Thalita menuju ke kamarnya.Terlihat Azzam sedang memijat pelipisnya.
"Mas..."panggil Thalita memeluk suaminya dari belakang.
Azzam yang begitu mencintai Thalita.Ia memutar tubuhnya memandangnya dengan senyum terpaksa.
"Jangan berteriak seperti itu.Sungguh aku sangat takut,apalagi Cinta." Ungkap Thalita yang kaget melihat perubahan Azzam jadi pemarah.
"Aku hanya kasihan dengan gadis itu.Dia sekarang yatim di tambah lagi hamil di luar nikah.Kasus seperti dirinya sering terjadi di kalangan remaja sekarang ini.Kau kan tahu aku seorang Dosen di Fakultas Kedokteran menghadapi gadis seperti dia sangat sulit.Pikirannya belum labil,belum bisa berpikir jernih dan memutuskan keputusan yang benar." Jelas Azzam yang sangat mengerti pada situasi Cinta .
Thalita tersenyum dan mengajak suaminya duduk berhadapan di kasurnya.
"Mas,kau kan tahu kalau Cinta pikirannya belum labil.Bearti kau juga tahu cara menyelesaikan masalah ini."Bujuk Thalita memcoba meminta solusi dari sang suaminya.
"Aku bingung Thalita.Emanglah Mas seorang dokter Psikiater tapi kan ...." Ucap terputus Azzam yang tak lagi harus bicara apa.
Tiba-tiba terdengar suara pecahan gelas di kamar tempat Cinta beristirahat.
Bughhhhh
Cinta terjatuh dan pingsan.Seharian ia tidak makan karna memikirkan masalahnya yang begitu berat.
klek
"Cinnnta"panggil Thalita duduk melihat Cinta tidak sadarkan diri.
Dengan segera Azzam mengangkat Cinta ke tempat tidur.
Dia memeriksa Cinta yang sepertinya mengalami anemia karna kelelahan memikirkan masalah yang bertubi-tubi.
"Bagaimana Mas?"
"Tekanan darahnya rendah.Papahnya di mana?"tanya Azzam.Setidaknya ada Papahnya bebannya berkurang.
"Papahnya baru saja meninggal karna terkena serangan jantung"ujar Thalita membuat mata Azzam membulat.
"Meninggal?"ujar Azzam tak percaya.
Cinta siuman dan memandang samar-samar langit kamar.Dia menangis lagi dan menatap Thalita penuh harap.
"Mbak...jika Rio tidak juga kembali dan tidak mau mempertanggungkan jawab ulahnya maka aku terpaksa harus mengaborsi anak ini."
"Tidak Cinta.Jangan lakukan itu!"lirih Thalita mengenggam kedua tangan Cinta.
"Aku tidak punya cara lain lagi.Kehadiran bayi ini membawa sial dalam hidupku.Aku harus kehilangan semuanya mbak."Tegas Cinta mulai beranjak pergi meninggalkan Thalita dan Azzam.
"Tunggu"kata Azzam membuat Cinta memaling wajah memandang Azzam.
"Kau tak perlu ikut campur.Aku tahu kehadiranku hanya menjadi beban dalam hidupmu."Cetus Cinta yang tak peduli dengan ucapan Azzam.
Cinta terus saja berjalan.Tubuhnya lemah tak mampu melanjutkan langkahnya berjalan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
moemoe
sama mbaknya mnggil mbak, sama suami mbakny jdi kau... adduh...gk duduk ceritanya niii
2022-04-18
1
moemoe
lah ini gmn sih?? tdi azzam bilang dia yatim..skrg tnya papanya dmn?pdhal bru bnrp alinea pernytaan dia yatim
2022-04-18
1
moemoe
knp gk d bawa bik klo khawatirM
2022-04-18
0