Rendra berjalan tertatih sambil di bantu dua orang pria berseragam hitam putih, itu pengawal yang di minta Frans mengantar Rendra ke bandara. Karena pria itu hari ini harus berangkat ke Amerika.
Dibawah Citra, Jeremy dan juga Frans sudah berdiri berjejer menunggu Rendra. Rendra menatap kearah Papanya, dia begitu marah saat ini tangannya mengepal tapi dia juga tidak bisa apa-apa.
“Kalian sudah membawa barang-barang Rendra?” tanya Frans pada dua pengawal itu.
“Sudah tuan,” jawab salah satu dari keduanya.
“Ya sudah bawa dia ke mobil” perintah Frans lagi untuk membawa Rendra kedalam mobil.
“Tunggu,” lirih Rendra pada kedua orang tersebut.
“Papa serius akan membuang ku ke Amerika?” tanya Rendra beralih pada Papanya.
“papa apa pernah main-main dengan keputusan papa?” tegas Frans.
“jika memang ini keinginan Papa, aku terima Pa. Tapi katakan padaku darimana Papa tahu kalau aku menghamili Adiba? Tidak mungkin perempuan itu yang memberitahu pada Papa” ucap Rendra.
“Kau tidak usah banyak tanya dan ingin tahu. Pengawal cepat bawal Rendra ke mobil” perintah Frans.
“Papa tahu perempuan itu dimana sekarang?” tanya Rendra lagi,
“Mana Papa tahu perempuan itu diman? Kenapa kau banyak tanya soal perempuan itu. kau sendiri yang menyuruhnya untuk menggugurkan anakmu jadi kau pikir dia masih hidup begitu. Dia sudah mati Rendra dan itu ulah darimu” tukas Frans menatap tajam sang anak.
“Nggak mungkin dia sudah mati pa, untuk apa dia mati” ucap Rendra tak percaya dia menggeleng menampik ucapan Papanya tersebut.
“Kau pikir saja, jika jadi dia tidak diterima di keluarganya dikucilkan oleh orang dan disuruh menggugurkan anaknya oleh pria brengsek sepertimu. Kau pikir dia akan bertahan menjalani kehidupan ini.” ucap Frans.
“Nggak pa, papa bohong soal ini. bilang dimana dia Pa? Aku ingin bertemu dengannya dan minta maaf” ucap Rendra dan akan mencengkram kerah papanya tapi dia sudah di halangi oleh dua pengawal tersebut.
“Kau berani dengan Papamu, kau mau aku pukuli seperti kemarin.”ucap Frans dan akan mendekat pada Rendra.
“Pa, papa ini apa-apaan kurang puas memukuli anakmu sendiri” ucap Citra menahan sang suami untuk mendekati rendra.
“Sudah rendra kamu, kamu pergi saja ke Amerika. Jeremy bantu kakakmu berjalan” ucap Citra dan dia meminta putra keduanya memapah Rendra.
Rendra tampak lemas, dia masih memikirkan itu. mana mungkin Adiba mengakhiri hidupnya. Tapi ucapan papanya tidak pernah main-main, jika memang begitu dia berarti membunuh dua orang.
“Ayo kak,” ucap Jeremy membuat Rendra melihat kearah adiknya. Jeremy terus menuntun Rendra ke depan dan diikuti oleh dua orang pengawal di belakangnya sementara Frans langsung pergi meninggalkan istrinya yang menatapnya penuh kebencian.
..........................
“Adiba ada yang mau ketemu sama kamu?” ucap Julia memanggil Adiba yang ada didalam kamarnya saat ini.
“Siapa bun” ucap Adiba yang langsung berdiri dari duduknya,
“Itu pak Lurah mau ketemu sama kamu” jawab Julia.
“Pak Lurah desa ini bun, kenapa mau ketemu sama aku. jangan-jangan dia mau ngusir aku ya bun. Kalau memang mau ngusir aku, aku jadi nggak enak sama bunda, nama keluarga bunda tercoreng karena aku” ucap Diba, entah mengapa pikiran negatif itu berseliweran dikepalanya sekarang.
Dia takut kalau diusir lagi dan membuat nama baik keluarga bibinya tercoreng gara-gara dia.
“kamu ngomong apa sih Diba, siapa yang mau ngusir kamu. Pak Lurah kesini cuman mau mendata kamu, ayah Alif sudah masukin kamu ke kartu keluarga kita. Dan Pak Lurah juga bilang katanya ada yang ingin diberikan ke kamu” ucap Julia menjelaskan sebenarnya.
Adiba langsung terdiam bingung, apa yang akan diberikan Pak Lurah padanya. Dia kan warga baru dua hari disini dan ia juga sedikit terkejut karena Om nya sudah memasukkan dia di kartu keluarga mereka.
“Ayo nak, kok malah bengong. Pak Lurah nunggu kita itu” ucap Julia merengkuh bahu Adiba.
“Iya bun,” ucapnya
Mereka berdua langsung berjalan ke ruang tamu saat ini untuk menemui pak Lurah tersebut.
“maaf ya pak Lurah nunggu lama” ucap Julia berjalan bersama Adiba menghampiri lurah desa itu.
“Iya tidak apa-apa bu Julia, “
“Ini Adiba pak, keponakan saya. Katanya bapak ada yang ingin di berikan untuk Diba” pungkas Julia.
Mereka berdua sudah duduk di depan pak Lurah yang terlihat membuka tasnya
“begini, kedatangan saya kesini ingin memberikan beasiswa kuliah untuk Adiba di salah satu universitas swasta di kota ini” ucap pak Lurah sambil mengeluarkan berkas-berkas dari dalam tasnya.
Sontak mata Adiba terbelalak mendengar itu dia langsung melihat kearah Bibinya yang juga tampak terkejut mendengar ucapan itu.
“maaf pak, bapak kayaknya salah orang, saya baru tiga hari disini. Jadi mana mungkin saya dapat beasiswa di universitas daerah sini” ucap Adiba merasa kalau itu salah.
“Tidak nak Diba, bapak tidak salah. Kamu Adiba Khumaira Ramastya kan?”
“I..iya pak”
“Nah, berati benar kamu yang dapat beasiswa, ini tolong di isi besok bapak ambil kemari ya” ucap pak Lurah sambil meminta Adiba untuk mengisinya.
“Tunggu pak, anak saya baru disini tiga hari loh masa dia dapat beasiswa, kalau boleh tahu kampus mana ya pak yang memberikan beasiswa” ucap Julia yang juga merasa aneh dengan pemberian beasiswa tiba-tiba ini.
“Universitas Dewangga bu Julia, ibu pasti tahu universitas Dewangga itu. mereka menilai siswa dari akademiknya. Dan Adiba dulunya kuliah di salah satu universitas negeri kan, jurusan kedokteran lagi” ucap Pak Lurah.
“Kok bapak tahu saya kuliah di universitas negeri jurusan kedokteran?” Adiba tampak curiga dnegan orang didepannya.
“Ng..ka..kamu salah dengar. Kalau begitu saya permisi ya, ini tolong segera diisi. Jangan membuang kesempatan emas seperti ini nak Diba. Tapi maaf sebelumnya disini tidaka da jurusan kedokteran.” Ucap pak Lurah.
“Bu Juli, saya pamit dulu ya” pungkas Pak Lurah langsung berdiri dan akan menyalami Julia membuat Julia langsung refleks berdiri.
“eh, iya pak makasih sebelumnya.” Ucap Julia langsung menjabat tangan pak Lurah saat pria itu akan pamit pergi.
Adiba melihat berkas-berkas dimeja itu, dia heran sendiri. ini seperti tidak amsuk akal tiba-tiba dia mendapatkan beasiswa di salah satu universitas. Sedangkan kuliahnya saja di Jakarta ia belum resmi keluar karena baru beberapa bulan dia tidak berangkat. Berangkat kuliah saja dua bulan lalu dan sekarang sedang libur semester.
“Bunda, aku ngerasa aneh sih dengan ini, aku belum keluar dari kampus aku yang dulu loh bun. Aku masih mahasiswa di sana tapi kenapa aku sudah dapat ini dari kampus lain” heran Adiba. Sungguh ini tidak wajar menurutnya.
“Bunda juga bingung, kok bisa ya. Tapi ini harus kita syukuri Diba, kamu lanjutkan saja kuliahmu disini. Ini rezeki kamu biar nggak putus kuliah, kamu terima aja ya siapa tahu bisa jadi ladang rezeki buat kamu dan anak kamu nantinya.” Saran Julia pada Adiba.
Adiba sendiri merasa aneh dnegan semua ini, bagaimana bisa dia mendapatkan beasiswa sekarang.
“Universitas Dewangga memang sering memberikan beasiswa pada orang tidak mampu, tapi kok kamu bisa diberikan ya dan mereka tahu darimana soal kamu. Kamu kan baru disini?” ucap Julia merasa heran sendiri dnegan semua itu.
Adiba sendiri hanya diam, dia berpikir juga tentang hal ini. haruskah dia menerima beasiswa ini sekarang.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Resnawati Sitorus
papa martua... kayaknya itu
2023-08-10
0
Sweet Girl
waduh... kok ujuk2 pak Lura... kasih bea siswa...?
2023-08-03
0
Suhaila Kapoor
wkwkwk,,, aku teringat salah satu komentar dr pembaca pada episode sebelum nya,, yg komentar nya kek gini "pasti othor nulis 5 tahun akan datang" dan akhirnya terwujud apa yg di ketik nya😅
tpi,,, salut untuk ayah Rendra yg tidak membenarkan sebuah kesalahan,, yg salah tetap bersalah,,
2023-06-22
0