Pintu kamar Frans terbuka dnegan cukup keras, Frans yang sedang berbicara dnegan orang di sambungan telpon langsung mematikannya begitu saja melihat sang istri yang masuk kedalam kamarnya dnegan marah.
“Ada perlu apa? Dan apa yang membuatmu tidak ada sopan santun begitu” tukas Frans menatap sang istri.
“Kau puas, anakmu terbaring tak berdaya di tempat tidur. Seperti itu” amuk Citra, dia begitu marah pada suaminya atas apa yang dilakukan pria itu pagi tadi pada Rendra. Bahkan rendra hingga malam belum juga sadarkan diri.
“Jika ingin membahas anak tidak tahu diri itu lebih baik kau keluar dari kamar, aku ingin istirahat. Bilang pada Mbok Imah dan asisten rumah tangga yang lain untuk memasukkan baju-baju anakmu itu kedalam koper” perintah Frans dan dia bersiap membaringkan dirinya di tempat tidur.
“Kau memang ayah jahat bagi anak-anakmu, aku benci denganmu. Bagaimanapun Rendra anakmu kenapa kau bersikap begini padanya” ucap Citra, tangisnya tak terbendung menatap sang suami dnegan benci.
Frans hanya menghela nafasnya, dia langsung berdiri dan menghampiri sang istri yang tengah menatap dirinya penuh amarah.
“kemari,” frans menarik istrinya untuk duduk disebelah dirinya saat ini.
“terserah kau membenciku soal caraku mendidik mereka. Mereka harus bisa menjaga nama baik keluarga kita. Kamu mengerti, dan yang dilakukan Rendra sangat fatal. Dia harusnya bersyukur wartawan dan yang lain belum mengetahui soal ini. kalau sampai wartawan dan pihak keluarga kita tahu semua yang menjadi milikmu milik kita akan menghilang karena ulah bocah itu” jelas Frans
“tapi rendra anakmu, apa salahnya soal dia. Mungkin perempuan itu yang mengada-ngada kalau hamil anak Rendra”
“Tidak suah melakukan pembelaan pada pria brengsek seperti rendra, kau meragukan suamimu soal kebenaran ini. ku mau lihat apa yang anakmu lakukan pada perempuan itu” tegas Frans menatap sang istri.
Citra hanya bisa diam saja mendengar ucapan suaminya, dia memang kalah setiap bicara dnegan Frans. Frans sangat menguasai semua dan dia begitu banyak koneksi jadi setiap ucapannya tidak di ragukan lagi.
...........................
“Adiba, makan dulu nak” panggil sebuah suara membuat Adiba yang tengah melamun di teras depan rumah menoleh kebelakang melihat siapa yang telah memanggilnya.
Adiba sudah sampai di Surabaya sedari semalam, dia datang ke rumah adik ibunya yang ada di Surabaya. Dia sangat bersyukur keluarga itu menerima dirinya dengan sangat baik.
Mereka bahkan marah dengan orang tuanya karena telah mengusir dia dari rumah, tapi ia berusaha untuk menenangkan bibinya yang ia anggi bunda itu. bundanya memiliki dua tiga orang anak yang pertama masih duduk di bangku SMA dan yang kedua masih sekolah menengah pertama dan yang terakhir masih di sekolah dasar kelas lima.
“Aku nggak lapar bun,” jawab Adiba menatap perempuan berhijab tersebut yang tengah memeluknya dari belakang.
“Loh kok nggak lapar, kamu dari tadi pagi belum makan loh. Ini sudah jam makan malam, ayo makan. Kasihan anak kamu belum kamu kasih makan juga” pungkas Julia.
“Aku tadi udah makan apel sama buah-buahan. Sama minum susu.” Jawab Adiba.
“Ya makan nasi sekarang nak, ayo buruan makan. Ayah Alif nanti marah sama bunda kalau kamu belum makan”
“Serius bun, aku masih kenyang sekarang. Tenang, nanti kalau ayah Alif marah biar aku yang bilang sama dia buat nggak marah sama bunda” ucap Adiba.
“Kamu lagi mikirin apa sih sampai nggak mau makan begini, mikirin keluarga kamu. Udah nggak usah dipikir keluarga begitu. Kok bisa-bisanya orang tua kamu ngusir kamu dari rumah tanpa denger penjelasan kamu. Kalau kamu ijinin bunda ke Jakarta bunda udah amuk ibu kamu sama ayah kamu” Julia merasa kesal sendiri mendengar penjelasan Adiba tadi soal kakaknya yang mengusir Diba.
“”udah bun, bunda nggak usah marah. Ibu sama ayah nggak salah kok, aku yang salah bun” Adiba berusaha menenangkan bibinya tersebut.
“udah kamu pokoknya sampai kapanpun disini terus sama kita, nggak usah lagi kamu balik jakarta. Tidak usah pikirkan orang-orang yang telah membuang mu Diba” Julia memeluk Adiba dengan haru. Dia kasihan dnegan keponakannya, yang dibuang begitu saja oleh orang tuanya sendiri tanpa mendengar penjelasan terlebih dahulu.
..........................
Frans masuk kedalam kamar Rendra, dia menyalakan lampu di kamar itu. kamarnya sepi tidak ada orang didalam hanya ada Rendra yang terbaring di tempat tidur dengan beberapa perban luka di tubuhnya gara-gara perbuatannya tadi pagi.
Frans duduk di tepi ranjang sang anak tepat disebelah Rendra berbaring, dia mengusap lembut kepala anaknya. Dia sebenarnya menyangi rendra tetapi anaknya itu yang kelewatan mentang-menata begitu di sayang sampai membuat kesalahan fatal dan seenaknya sendiri.
“Kamu terlalu meremehkan Papa rendra, mentang-mentang papa memberimu fasilitas penuh dan memberi apa yang kamu. Kamu jadi seenaknya sendiri,” gumamnya menata sang anak yang tidak sadarkan diri.
“pa..”lirih Rendra perlahan membuka matanya melihat sang papa yang ada di depannya saat ini.
Frans langsung menyingkirkan tangannya dan berdiri seketika.
“kau sudah sadar?” ucapannya berubah menjadi dingin bahkan tatapannya pun juga menjadi datar.
Rendra perlahan bangun, menahan rasa sakit ditubuhnya dia melihat sang papa yang tak membantunya.
“Pa aku salah, aku menyesal pa. Aku mohon Pa jangan pindahan aku ke Amerika pa. Aku ingin disini pa” ucap rendra memohon.
“Terlambat, bukannya papa sudah mempringatkanmu untuk tidak membuat masalah. Tapi apa yang kamu lakukan malah masalah yang cukup fatal yang telah kamu perbuat”
“Aku tahu pa, aku salah. A..aku,.a..ku akan melakukan apa yang Papa mau tapi jangan putuskan kuliahku di kedokteran pa. Aku benar-benar ingin menjadi dokter”
“Papa bilang terlambat ya terlambat, sudah papa ingin pergi” ucap Frans dan akan melenggang pergi tetapi Rendra langsung berlutut di kaki sang papa memohon dnegan sangat agar Papanya itu mau melakukan apa yang dia mau.
“Pa aku mohon, aku mohon Pa. Papa, aku ingin jadi dokter sesuai keinginan kakek dan nenek pa. Aku mohon jangan hancurkan mimpi mereka dan harapanku” Rendra mengais di kaki sang papa.
Frans sempat terdiam mendengar itu, kalau semua itu permintaan dari kedua orang tuanya yang sudah tiada. Tapi keinginannya juga tidak bisa dia batalkan begitu saja. Ini hukuman bagi Rendra dan juga demi kebaikan Rendra kedepannya.
“Kalau papa mau aku tanggung jawab dengan perempuan itu aku akan tanggung jawab pa, aku..aku juga mencintainya pa” ucap rendra.
Frans melihat kearah Rendra yang masih memohon di kakinya. Ia malah tersenyum sinis mendengar ucapan sang anak.
“Cih mencintai? Kalau kau mencintai perempuan itu tidak mungkin kau merusaknya dan tidak mungkin kau menyuruh dia menggugurkan anak yang dia kandung. Kau pikir bisa menipu Papa.”
“Jika memang kau mencintai dia makan rasakan penyesalan mu, dan lihat apa yang terjadi denganmu sama dnegan yang terjadi dnegan dia. Dia diperlakukan begini oleh orang tuanya sendiri dan sekarang kau merasakannya bagaimana rasanya sakit atau tidak di perlakukan seperti ini oleh orang tua sendiri” tukas Frans pada sang anak.
Rendra hanya diam, membuat Frans sedikit mendorong Rendra agar tangannya terlepas dari kakinya.
“Kamu harus menjadi apa yang papa inginkan, dan rasakan penyesalan atas kesalahanmu. Sejahat Nya Papa dan sekeji nya Papa. Papa tidak akan pernah membuat anak sendiri mati tapi dirimu..” tukas Frans dan langsung melenggang pergi meninggalkan rendra yang terduduk di lantai.
Harapannya hancur untuk menjadi dokter, dan rasa cemas mulai terbayang di pikirannya soal apa yang dikatakan Papanya. Inikah yang dinamakan karma dalam kehidupan atas apa yang dia lakukan pada Adiba.
°°°
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Dini Lestari
rasain tuh , emang enak hey anak sultan .
2023-12-04
2
Borahe 🍉🧡
Good dad
2023-10-26
3
Kang Yumire
ini ibu tololnya minta ampun
2023-07-03
0