Hyorin menatap berkas yang ada di mejanya dengan malas, pikiran dan hatinya terasa tidak singkron. Rasanya dia ingin lari dari semua kenyataan yang ada.
Hyorin ingin sekali bersama Indra, merengkuh kebahagiaan yang sangat ia nantikan sejak SMA. Namun, kenyataannya kini dia harus bersama dengan Ayesh oleh sebab perjodohan.
Ayesh yang begitu dingin dan suka memaksa, berbeda dengan Indra yang sangat baik dan lembut.
Hyorin kemudian tersadar dari lamunannya.
Waktu sudah menunjukkan pukul Sembilan pagi, Hyorin harus bergegas ke ruang praktik untuk memeriksa pasien yang tengah mengantri.
Di lorong rumah sakit, Hyorin kembali berpapasan dengan Indra.
"Hai Rin, mau praktik ya?" Indra tersenyum ramah menyapa Hyorin.
"Iya Kak." Jawab Hyorin datar.
Hyorin merasa canggung bertemu dengan Indra saat ini, terlebih Laki-laki itu tengah menantikan jawaban dari dirinya.
Hyorin merasa belum menemukan cara bagaimana mengatakan yang sebenarnya kepada Indra tanpa menyakiti Pemuda itu. Hyorin tidak mau Indra terluka hatinya.
Hyorin ngacir meninggalkan Indra yang kemudian berlalu meninggalkan rumah sakit karena jam jaganya telah usai, saatnya dia istirahat setelah semalaman berkutat dengan pernak-pernik yang berhubungan dengan Pasien.
****
Ayesh memasuki ruangan kerjanya bersama Doni. Dia meneliti berkas semalam yang belum sempat terselesaikan sebab dirinya melihat Hyorin yang sedang bercengkrama bersama seorang Laki-laki di Restoran yang sama dengan dirinya.
Sekian lama Ayesh berkutat dengan dokumen-dokumennya.
"Don aku butuh bantuan kamu!" Ayesh membuka suara ditengah-tengah aktivitas meneliti berkasnya.
"Apa yang bisa aku bantu Yesh?"
Ayesh menyodorkan Dua buah foto kepada Doni.
"Tolong periksa ini, dan orang ini selidiki siapa dia, kamu mengerti Don!"
Doni hanya manggut-manggut sambil memegangi dagunya melihat foto itu dengan seksama.
"Aku butuh data terkait dua hal ini secepatnya, jadi kamu harus segera mengumpulkan data-data itu dan serahkan padaku!"
"Ok Yesh, serahkan saja padaku. Aku akan urus semuanya dengan epik."
Doni kemudian pamit undur diri meninggalkan ruangan Ayesh.
Ayesh melihat jam tangan dibalik lengan kemeja berwarna biru muda yang ia kenakan, ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul Setengah Dua Belas siang. Hampir waktu makan siang.
Dia teringat Hyorin yang tadi berangkat pagi-pagi sekali, Ayesh berpikir mungkin saja gadis itu tidak sempat sarapan dan langsung bekerja.
Ayesh mengirim pesan untuk Hyorin.
Ayesh
Orin jangan lupa makan siang ya, tadi pagi kamu pasti belum sempat sarapan.
Ayesh mengirimkan pesan tersebut, dia tersenyum sendiri sebab belum pernah dia bersikap semanis itu kepada orang lain, apalagi itu seorang wanita. Benar-benar dirinya sudah konyol pikirnya.
Ayesh mondar mandir di ruangannya menunggu balasan dari Hyorin. Namun, tak kunjung ada pesan masuk untuknya, dilihatnya kembali pesan itu, belum dibaca oleh Hyorin. Pada akhirnya Ayesh memutuskan untuk menghapus pesan yang ia kirimkan sebelum sempat Hyorin baca.
Sepuluh menit berlalu, Hyorin yang baru selesai dengan praktiknya, masuk kembali ke ruangan kerjanya. Dia melihat ada pesan masuk ke ponsel yang ia tinggalkan di atas meja.
Hyorin mengernyitkan dahinya heran, pesan dari Ayesh ternyata sudah dihapus. Hyorin mengecek waktu kapan pesan itu dikirimkan yang ternyata sudah Sepuluh menit yang lalu.
Khawatir dengan Laki-laki itu yang suka marah-marah. Hyorin mengirimkan pesan balasan kepada Ayesh untuk meminta maaf sebab dia tidak membawa serta ponselnya ketika berada di ruang praktik, Ayesh kebetulan masih online.
Hyorin
Maaf mas aku baru selesai praktik, ponselku aku tinggal. Ada apa Mas?
Ayesh
Jam berapa kamu pulang Rin? Tunggu aku, tidak boleh pulang sendiri. Aku jemput!
Hyorin
Jam Empat sore Mas.
Ayesh
Baiklah, ingat tunggu aku!
Hyorin tidak membalas lagi pesan dari Ayesh, dia memilih untuk ke kantin mengisi perutnya yang sudah terasa sangat lapar minta diisi sebab dari pagi dia belum sempat makan apapun.
****
Tepat pukul Empat sore, Ayesh sudah berada di area rumah sakit menunggu Hyorin yang belum keluar. Orang-orang yang lewat bahkan Karyawan rumah sakit dibikin heboh melihat kedatangan Ayesh dengan begitu memukau. Membuat terpana siapapun yang melihatnya, padahal Ayesh berpenampilan seperti biasanya, tidak ada yang berbeda darinya hari ini.
Ayesh memanglah tampan, banyak gadis-gadis yang menyukainya. Namun, Ayesh benar-benar pemilih untuk urusan cinta. Bahkan dia sering kali menolak gadis-gadis yang terang-terangan mengungkapkan perasaan mereka.
Ayesh tersenyum dan kemudian menghampiri Hyorin ketika melihat gadis yang ditunggunya sudah siap untuk pulang.
"Ayo masuk Rin!" Perintah Ayesh sambil membukakan pintu Mobil untuk Hyorin.
Hyorin patuh dengan perintah Ayesh, duduk dengan anteng di samping Pria yang saat ini sedang menjadi buah bibir di sekitar rumah sakit milik Ayahnya itu.
Mobil yang dikendarai Ayesh melaju meninggalkan rumah sakit.
Selepas kepergian mereka berdua, kasak-kusuk pun tak terelakan, ada yang memuji bahwa mereka sangat serasi ada pula yang mencibir karena iri.
"Mas kamu itu membuat heboh seluruh isi rumah sakit tahu nggak? Besok tidak perlu antar jemput aku seperti ini Mas."
"Kamu cemburu?"
"Ish..nggak ada ya Mas." Hyorin memalingkan wajahnya sebal.
"Lalu kenapa kamu terlihat kesal gitu Rin?"
"Aku cuma tidak mau terdengar gosip yang tidak-tidak tentang kita Mas."
"Bagus dong, biarkan mereka tahu kalau kita akan segera menikah dan aku ini calon s
Suami kamu Dokter Orin." Ayesh mengerling.
"Dokter Pribadi lebih tepatnya, hahahaaa." Sambung Ayesh meledek Hyorin.
Hyorin semakin dibuat kesal dengan sikap Ayesh yang fluktuatif.
Ayesh ternyata tidak langsung mengantar Hyorin pulang, dia membawa gadis itu ke *S*upermarket untuk membantu belanja kebutuhan pribadinya.
Akhir-akhir ini Ayesh yang sedingin es dalam freezer mendadak menjadi lebih hangat, semenjak dia mengenal Hyorin sikapnya sedikit berubah.
Keceriaan Hyorin membuatnya ikut terbawa masuk ke dalamnya, meskipun Hyorin seringkali dibuat jengkel karena ulahnya.
Ayesh mendorong troli belanja mengikuti langkah Hyorin, siapapun yang melihat mengira bahwa mereka adalah pasangan yang baru saja menikah dan sedang menikmati belanja bulanan berdua.
"Mas Istrinya cantik sekali, harus dijaga baik-baik itu jangan sampai dibawa kabur orang." Seseorang tiba-tiba memuji Hyorin dan memperingatkan Ayesh.
"Masnya juga ganteng, kalian memang pasangan yang serasi." Timpal seseorang yang lainnya.
Hyorin tersipu malu sedangkan Ayesh hanya tersenyum datar mendengar orang-orang yang tidak dikenalnya itu berbicara sok tahu dengan diri mereka berdua.
Selesai berbelanja, Ayesh membayar semuanya di kasir dan membawa masuk belanjaannya ke dalam bagasi Bobil. Hyorin mengekori Ayesh dari belakang sambil membawa jas yang Ayesh kenakan tadi.
Ayesh terlihat lebih cool dengan kemeja yang ia gulung sampai siku. Tubuh atletisnya tergambar jelas, otot-otot tangannya menambah kegagahan seorang Pengacara yang sedang mulai naik daun itu menyaingi Ayahnya yang juga seorang Pengacara kondang.
Hyorin berjalan sambil melamun, teringat seseorang yang pernah ia tolong sewaktu di Jerman dulu. Dia terus memegangi liontin yang ia kenakan.
Dug....
Kepala Hyorin membentur dada bidang Ayesh yang berdiri dibelakang bagasi Mobil sebab ia baru saja memasukkan belanjaan. Ayesh sengaja masih berdiri di tempat karena melihat Hyorin yang tidak fokus berjalan.
"Kalau jalan itu lihat-lihat! Adakah yang sakit Rin?" Tanya Ayesh perhatian.
"Emmmm...tidak ada Mas, aku tidak apa-apa."
"Baiklah ayo kita pulang tapi kita makan malam dulu ya Rin?" Tawarnya.
"Tidak usah Mas, aku belum lapar."
"Ayolah Rin, ada Restoran terkenal dengan menunya di sekitar sini."
"Tidak usah Mas, kita pulang saja ya. Nanti Ayah mencariku."
Ayesh kali ini lebih memilih untuk mengalah.
Mereka berdua memasuki Mobil.
"Rin kita ke Apartemen dulu ya naruh belanjaan setelah itu aku antar kamu pulang."
"Bagaimana kalau aku langsung pulang saja Mas, aku sudah ingin istirahat." Tolak Hyorin halus, merasa waspada dengan tingkah tak terduga orang di sebelahnya itu.
"Kamu tidak perlu khawatir Rin, aku tidak akan macam-macam kepadamu. Sebentar saja kok Rin."
Akhirnya Hyorin mengangguk tanda mengiyakan permintaan Ayesh.
Sesampainya di Apartemen, mereka berdua langsung naik dengan menenteng belanjaan yang cukup banyak untuk ukuran orang yang tinggal sendirian.
Ceklek....
Ayesh membuka pintu Apartemennya.
"Ayo masuk Rin, aku taruh belanjaan dulu ya. Kamu istirahat dulu saja di sofa!"
Hyorin menuruti perintah Ayesh, cukup lama Ayesh menaruh belanjaannya. Sebab dia tata dulu di dalam Kulkas dan di tempat-tempat dimana ia biasa menyimpan belanjaannya.
Ayesh baru selesai menyimpan semuanya sekitar setengah jam. Dia kembali ke ruang depan dan mendapati gadis itu tengah tertidur.
"Rin bangun Rin, ayo aku antarkan pulang."
Hyorin tidak menyahut, dia sudah sangat pulas. Hyorin tampak kelelahan hari ini.
Ayesh merasa tidak tega jika harus membangunkan Hyorin.
Ayesh memutuskan untuk membopong tubuh Hyorin sampai ke Mobil.
Ayesh yang mendapatkan pendidikan yang baik dari orang tuanya, paham betul bagaimana caranya menghormati seorang perempuan, akalnya tidak ia gunakan untuk mencari kesempatan dalam kesempitan.
Meskipun Hyorin tertidur di Apartemennya tidak lantas membuatnya menginginkan sesuatu yang lebih sebelum memang mereka berdua benar-benar halal di bawah janji suci pernikahan. Ayesh tidak ingin membuat moment sakral itu menjadi sebuah bencana yang akan disesalinya seumur hidup.
Ayesh mendudukan Hyorin di kursi depan, memasangkan seatbelt untuknya dan mengantarkan gadis itu pulang ke rumahnya meskipun dalam kondisi tertidur pulas.
Sesekali Ayesh memandangi Hyorin yang tertidur dengan damai tanpa terusik, sebab Ayesh menyetir dengan sangat hati-hati.
Kamu imut banget Rin kalau sedang tidur anteng gini. Kamu juga cantik Rin. Ayesh bermonolog di dalam hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments