Hyorin pucat pasi melihat orang yang berdiri di samping meja menatapnya dengan tajam.
"Mas A..Yesh." Hyorin merasa tertangkap basah.
"Anda itu sebenarnya siapa? Kenapa selalu saja menggangguku dan Orin?" Tanya Indra kepada Ayesh.
Ayesh yang ditanya hanya diam, kemudian berlalu pergi meninggalkan Restoran dengan sorot mata yang mengerikan.
Indra menatap Hyorin seolah meminta penjelasan darinya.
"Nanti aku jelaskan ya Kak, mohon maaf aku harus pergi sekarang Kak."
Hyorin setengah berlari mengejar Ayesh yang sudah terlebih dahulu keluar dari dalam Restoran, khawatir akan terjadi masalah yang lebih gawat lagi jika dia mengabaikan perintah Ayesh.
Indra tersenyum kecut sambil memandangi punggung Hyorin yang semakin menjauh.
Di luar, terlihat Doni membukakakan pintu Mobil untuk Hyorin. Sebelumnya Ayesh sudah terlebih dahulu masuk ke dalam Mobil.
Ayesh duduk di kursi belakang disusul oleh Hyorin.
Mereka berdua saling diam, Mobilpun melaju.
"Bro kita mau kemana?" Tanya Doni memecah keheningan begitu Mobil sudah melaju di jalanan.
"Pulang." Jawab Ayesh datar.
Doni langsung paham dengan maksud Ayesh.
Hyorin tetap tidak berani membuka mulutnya, sampai di rumah nanti pasti dia akan disidang oleh Ayahnya, sebab dia sudah berbohong saat pamit untuk pergi.
Hyorin mengatakan akan makan malam dengan temannya tanpa menjelaskan lebih detail, sebenarnya Hyorin tidak sepenuhnya berbohong karena memang Indra teman kerjanya di Kantor. Hyorin merasa sangat takut.
"Mas..." Hyorin mencoba berbicara dengan sangat hati-hati.
Doni yang mendengar panggilan Hyorin terhadap Ayesh sudah berubah tersenyum dan membatin.
Mereka benar-benar menunjukkan kemajuan yang pesat. Gila loe Bro, pergerakan loe sungguh cepat, di luar dugaan gue. hahahhaaaaaa
"Hemmmm..." Jawab Ayesh.
"Aku bisa jelaskan semuanya Mas, ini tidak seperti yang Mas kira."
"Kamu nakal!"
"Tadi itu tidak seperti prasangka kamu Mas, aku hanya memenuhi undangan dari Kak Indra, aku tidak enak jika menolak ajakannya untuk ke sekian kalinya Mas."
"Aku tidak mau tahu, siap-siap saja dengan hukumanmu!"
"Terserah deh, kalau Mas tidak mau dengar ya sudahlah." Hyorin memanyunkan bibirnya.
Ayesh tidak menyahut, dia merasa Hyorin susah sekali diatur. Baru tadi sore dia berpesan agar jangan nakal, malam ini sudah berulah. Apalagi dia bersama Laki-laki yang tempo hari menemui Hyorin di Mall dan di jalan saat Hyorin berteduh.
Mobil memasuki halaman rumah Hyorin. Ayesh keluar dari Mobil diikuti Hyorin yang tadi di dalam Mobil berusaha menata hatinya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Ayahnya.
Ceklek....
Pintu depan dibuka. Mereka berdua memasuki rumah, sedangkan Doni menunggu di dalam Mobil.
Ayesh menyapa Om Mahardika dan Tante Mirna yang sejak tadi sedang bersantai di depan televisi menyaksikan acara kesukaan mereka berdua.
"Selamat malam Om, Tante."
"Selamat malam Nak, kalian baru pulang?"
"Iya Om, maafkan saya mengantar Hyorin terlalu larut."
"Iya tidak apa-apa Nak. Mari silahkan duduk!"
"Rin buatkan Ayesh minum." Perintah Ayah Hyorin.
"Tidak perlu Om, Ayesh mau berbicara sesuatu hal penting sebentar sama Om dan Tante."
"Iya silahkan Nak, apa yang mau kamu sampaikan?"
Hyorin duduk disebelah Ayesh atas perintah Pemuda itu.
"Begini Om, saya dan Hyorin sepakat untuk segera melangsungkan pernikahan. Kami merasa sudah sama-sama cocok Om."
Hyorin dibuat kaget bukan main dengan apa yang Ayesh ucapakan. Sebab sebelumnya tidak ada pembahasan apapun terkait hal itu.
Sejak kapan kita membuat kesepakatan itu. Batin Hyorin ngedumel.
"Begitu rupanya, apakah Orangtuamu sudah tahu Nak?"
"Mereka akan saya kasih tahu jika Om sudah setuju."
"Jika kalian berdua memang sudah mantap dan berniat untuk segera menikah. Om sangat setuju karena itu akan sangat baik untuk kalian berdua."
"Iya Nak, tante juga setuju." Tante Mirna ikut menimpali ucapan Suaminya.
"Baiklah Om, akan saya pesiapkan semuanya segera Om." Ayesh tersenyum penuh kemenangan.
Hyorin jangan ditanya, dia sangat kesal. Namun, dia berusaha menahan diri agar tidak meluapkan emosi di depan Ayahnya.
Ayesh kemudian pamit undur diri dan berlalu pergi.
****
Hyorin memasuki kamarnya, membersihkan diri di kamar mandi dan kemudian merangkak naik ke atas kasur. Hyorin sungguh tidak menyangka Ayesh bisa bersikap semena-mena terhadap dirinya.
Hyorin menghembuskan nafasnya kasar, merasa dirinya begitu lelah. Dia hanya ingin bahagia dengan pilihannya. Bukan terjerat dalam perjodohan yang membuatnya semakin tertekan.
Hyorin bangun pagi-pagi sekali, bersiap untuk berangkat ke rumah sakit setelah kemarin dia mangkir dari pekerjaannya.
"Kamu tidak sarapan dulu Rin? Ini masih sangat pagi Nak." Tegur Pak Mahardika yang sedang membaca Koran di ruang tengah sambil menikmati kopi hitam kesukaannya.
"Orin sarapan di kantin rumah sakit saja nanti Yah, ada beberapa dokumen yang harus aku selesaikan sebelum jadwal praktik Yah."
"Baiklah Nak, hati-hati di jalan ya."
Hyorin berlalu pergi meninggalkan Ayahnya.
Di luar Hyorin dibikin jantungan sebab Ayesh sudah bertengger disamping Mobilnya menunggu Hyorin keluar dari rumah. Entah sudah sejak kapan Pemuda itu berada disitu, padahal ini masih sangat pagi, jarum jam belum sampai di angka Tujuh.
Ayesh membukakan pintu Mobil untuk Hyorin dan menyuruh gadis itu masuk.
"Masuk!" Titah Ayesh.
Demi menghindari perdebatan, Hyorin menurut kemudian masuk ke dalam Mobil Ayesh.
"Mulai sekarang aku yang akan antar jemput kamu!"
"Tidak usah Mas, aku bisa pulang pergi sendiri."
"Dilarang untuk menolak, mengerti!"
"Jadwalku tidak menentu Mas, nanti pasti akan sangat merepotkan."
"Aku bilang tidak boleh menolak!"
Hyorin semakin dibuat kesal dengan sikap Ayesh yang suka memaksa, sepanjang perjalanan ke rumah sakit dia memilih untuk diam.
Hyorin sampai di depan rumah sakit, dia hendak turun namun Ayesh mencekal tangannya.
"Tunggu!"
Hyorin menatap Ayesh.
"Ada apa Mas? Aku harus masuk segera."
"Aku tahu Pria yang semalam juga bekerja disini, jangan macam-macam kalau kamu tidak ingin dapat hukuman lagi."
"Mas bisakah kamu jangan melarangku hanya untuk sekedar berteman?"
Ayesh tidak menjawab, dia malah menatap Hyorin sangat tajam. Tangannya yang masih memegang tangan Hyorin justru menarik Hyorin ke pelukannya. Hyorin berontak sebab dia tidak mau ada yang sampai melihatnya, beruntung masih sangat pagi sehingga masih cukup sepi.
"Lepaskan aku Mas, malu kalau sampai ada orang yang melihat."
Ayesh sedikit melonggarkan pelukannya, namun bukannya melepaskan Hyorin, dia justru menyambar bibir ranum Hyorin dengan bibirnya.
Hyorin melotot kaget, wajahnya terasa panas. Hyorin tidak berani untuk membalas ciuman Ayesh, dia hanya diam saja mematung.
Lagi-lagi Ayesh melakukan hal yang tidak terduga. Hyorin mendorong Ayesh agar melepaskannya, namun pria itu tetap tidak bergeming.
Setelah cukup puas, Ayesh melepaskan Hyorin.
Dia terus menatap Hyorin dengan sorot yang jauh lebih teduh dibandingkan dengan yang tadi. Wajah Hyorin bersemu merah, dia sangat merasa malu.
Ayesh menangkup wajah Hyorin gemas.
"Mas aku masuk dulu ya." Hyorin memaksakan diri untuk tersenyum.
"Iya masuklah, nanti sore aku jemput. Ingat jangan macam-macam!"
Mobil Ayesh pun melesat meninggalkan Hyorin.
****
Di lobi rumah sakit Hyorin bertemu dengan Nita yang baru saja sampai di rumah sakit seperti dirinya.
"Orin tadi diantar siapa?"
Hyorin merasa canggung khawatir Nita melihat semua yang Ayesh lakukan di dalam Mobil.
"Aku tadi diantar...."
"Pacar kamu ya Rin?" Hyorin belum menyelesaikan ucapannya, Nita sudah menyambar.
"Bukan Nit."
"Tapi wajah kamu merah Rin?" Ledek Nita kepada sahabatnya itu.
"Nit sudah waktunya kita kerja, ayo kita masuk!" Hyorin mengalihkan pembicaraan.
Hyorin hendak membuka handle pintu ruang kerjanya. Indra tiba-tiba muncul di depannya.
"Dokter Orin tunggu sebentar!"
"Kak Indra."
"Boleh aku masuk Rin?"
Hyorin mengangguk, Hyorin bersama Indra masuk ke ruang kerja yang Hyorin tempati. Ruang kerja yang disediakan khusus untuk Putri dari pemilik rumah sakit Mahardika.
"Silahkan duduk Kak."
"Rin aku mau minta penjelasan soal yang semalam." Ucap Indra begitu ia duduk.
"Kak maafkan aku ya, semalam aku meninggalkanmu."
"Tidak apa-apa Rin, tapi aku butuh penjelasan. Laki-laki itu siapa Rin?"
"Emmmmm...dia...."
"Orin aku mencintaimu!"
Indra tiba-tiba mengungkapkan perasaannya.
"Kamu mau kan menerimaku Rin?" Sambungnya.
Hyorin merasa bingung harus menjawab apa, sesungguhnya dia juga mencintai Indra sejak masih duduk di bangku SMA, Indralah yang berhasil menggetarkan hatinya untuk pertama kalinya, perasaan itu sangat sulit hilang hingga saat ini. Tapi sekarang posisinya sudah sangat berbeda, dia terikat sebuah perjodohan.
"Orin kenapa kamu diam?"
Hyorin masih tampak kaget sekaligus bingung menghadapi situasi seperti ini.
"Baiklah kamu tidak perlu menjawabnya sekarang Rin, kamu bisa jawab saat kamu sudah merasa siap. Kamu juga tidak boleh bersikap berbeda terhadapku karena hal ini ya Rin. Aku akan menunggumu sampai kamu benar-benar sudah siap dengan jawabanmu."
Indra meninggalkan Hyorin diruangannya untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.
Hyorin pagi ini benar-benar merasa kacau dengan semua hal yang baru saja dia alami.
Hyorin mengacak rambutnya frustasi.
Hai Kak, maafkan Author yang updatenya telat ya. Trus dukung Author ya Kak. 💞💞
Terimakasih yang selalu setia menunggu Author update ya. 🙏🙏😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments