Mereka semua menuju ke meja makan tanpa terkecuali Hyoshan, Ayesh dan Doni yang tadi berada di ruang tengah.
Segala macam hidangan sudah tersaji disana, Mbok Nah dengan dibantu Tante Mirna dan juga Hyorin menyiapkan hidangan-hidangan itu untuk tamu special mereka malam ini.
Makan malam berjalan dengan sangat harmonis ditambah suasana kekeluargaan yang hangat. Hati Hyorin tiba-tiba terasa sakit, dia teringat Ibunya yang sudah tiada.
Ibu seandainya kau masih ada, suasana malam ini tentu akan sangat membahagiakan bagiku.
Ayesh melirik Hyorin yang tampak mengehentikan aktivitas makannya. Ayesh tidak tahu apa yang sedang dipikirkan oleh gadis itu sebab ia tiba-tiba terlihat murung.
Eheemmmmm....
Deheman Ayah Ayesh membuyarkan lamunan Hyorin, begitu juga Ayesh kembali fokus pada makanan yang ada di depannya.
"Begini Mahardika beserta seluruh keluarga, maksud kedatangan kami adalah untuk saling berkenalan dan menjalin silaturahmi diantara keluarga kita." Ayah Ayesh memulai percakapan di meja makan.
"Akbar jangan sungkan, dengan senang hati kami menerima kedatangan kalian ke rumah ini, bahkan pintu kami selalu terbuka untuk kalian sekeluarga."
"Terimakasih Mahardika, kamu memang sahabat terbaikku."
Kedua Ayah itu kemudian tertawa bersama. Sedangkan yang lainnya hanya tersenyum mendengar percakapan kedua Laki-laki paruh baya yang begitu renyah di dengar.
Pak Akbar tiba-tiba berubah serius, mimik mukanya mengisyaratkan sesuatu hal yang penting.
"Ayesh sesuai dengan kesepakatan kita, jika kamu malam ini tidak membawa pasanganmu maka kamu akan menerima perjodohan yang sudah Ayah atur." Suara pak Akbar mengarah pada Putranya.
"Iya Ayah." Jawab Ayesh malas.
"Begini Yesh, sebab kamu sudah mengenal Silvia dan kalian tampak sudah sangat akrab maka Ayah dan Om Mahardika sepakat untuk...." Ayah Ayesh belum selesai dengan perkataannya, tiba-tiba Ayesh menyela.
Disisi lain Silvia sangat bahagia namanya disebut dan mungkin dirinya lah yang akan dijodohkan dengan Ayesh. Silvia merasa dilambungkan ke Angkasa, hatinya begitu bahagia. Senyum dibibirnya tampak terus mengembang, sebab Pria yang dia kejar-kejar selama ini datang dengan sendirinya.
"Maaf Ayah, Om dan semuanya, Ayesh mohon izin menyela sebelum Ayah melanjutkan. Saya memang menyepakati jika saya malam ini tidak bisa membawa pasangan dalam acara makan malam ini maka saya akan setuju untuk dijodohkan. Tapi bukan berarti Ayah dan Om bisa menentukan siapa yang berhak dijodohkan denganku." Jelas Ayesh tidak ingin dirinya kalah langkah dengan Ayahnya.
"Apa maksud kamu Nak? Pak Mahardika menanggapi.
"Begini Om, saya memang sudah lama kenal dengan Silvia tapi bukan berarti saya berteman dekat dengannya ataupun menjalin hubungan yang lebih dengannya." Ayesh menekankan kata-katanya bahwa dia tidak berhubungan sejauh yang mereka kira dengan Silvia.
Silvia tampak kaget dengan pernyataan Ayesh, sedangkan Doni sudah sejak tadi menahan tawanya melihat muka Silvia yang tampak sudah merah padam menahan emosi.
"Lalu apa yang kamu mau dari semua ini? Apa maksudnya kamu menolak Silvia? Bukankah kita sudah sepakat akan menerima perjodohan ini Nak?"
Ayesh kemudian berdiri dari tempat duduknya.
"Ayah, Om dan semuanya saya tidak menolak perjodohan ini, saya hanya menolak jika harus dijodohkan dengan Silvia. Saya maunya dengan dia." Ayesh mengarahkan jari telunjuknya kepada Hyorin.
Hyorin yang masih menikmati makanannya sambil sesekali menyimak obrolan mereka tiba-tiba tersedak karena saking kagetnya.
Uhukk...uhukk...uhukkk...
Hyoshan dengan sigap menepuk-nepuk punggung Hyorin dan memberinya minum.
"Bukankah aku tidak melanggar kesepakatan kita tempo hari Ayah dan Om." Sambung Ayesh mempertegas kalimatnya dengan masih dalam posisi berdiri.
Hyorin nampak sudah sedikit lebih tenang, dia memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu.
"Mohon maaf semuanya, tapi kenapa harus aku? Bukankah itu kesalahannya yang datang kemari tidak membawa pasangan?" Hyorin menatap Ayesh tajam.
"Nona Orin, aku memilihmu! Bukankah itu sudah sangat jelas?" Ayesh tersenyum smirk.
Silvia terlihat sangat kesal dengan Ayesh yang jelas-jelas menolaknya, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa selain diam jika tidak ingin mempermalukan dirinya lebih dalam lagi.
"Baiklah Nak, Om setuju."
"Ayah juga setuju, bukankah semuanya setuju?"
Semua yang ada disana kompak mengatakan bahwa mereka setuju dengan perjodohan ini kecuali Hyorin dan Silvia yang tampak masih kesal dengan pikiran mereka masing-masing.
Pak Akbar memalingkan wajah ke arah Pak Mahardika sambil menaikkan sebelah alisnya seolah hendak mengatakan bahwa umpan mereka tepat sekali mengenai pancingannya.
Mereka tertawa bahagia dengan keputusan Ayesh karena memang itulah yang dari awal mereka inginkan.
Sekitar pukul Sepuluh malam, keluarga Ayesh pamit undur diri dari kediaman keluarga Mahardika. Pak Mahardika dan Tante Mirna mengantar mereka sampai ke halaman depan.
****
Hyorin yang masih kesal kemudian menuju kamarnya dengan hati yang acak-acakan. Dia tidak bisa menolak keinginan Ayahnya dan Ayah Ayesh. Bahkan Hyorin sampai membanting pintu kamar.
Hyoshan yang tadinya ingin berpamitan untuk pulang ke Apartemen akhirnya mengurungkan niatnya dan bergegas menyusul Hyorin.
"Rin bolehkah Kakak masuk? Hyoshan meminta izin sambil mengetuk pintu.
"Aku ingin sendiri dulu Kak." Tolak Hyorin.
"Kakak mohon izinkan aku masuk sebentar saja Rin."
"Kakak masuk ya Rin?" Hyoshan tetap masuk ke kamar Adiknya meskipun tidak di ijinkan.
Hyoshan melihat Adiknya sedang duduk ditepi ranjang, Hyoshan duduk disamping Hyorin yang tampak sangat kacau.
"Rin Kakak tahu kamu pasti shock dengan semua ini, tapi Kakak mohon jangan bersikap seperti ini, kasihan Ayah." Hyoshan mengelus lembut kepala Adiknya.
Hyorin masih tetap diam.
"Rin sebaiknya kamu pikirkan baik-baik, Ayah melakukan ini tentu demi kebaikan kamu, demi masa depan kamu dan itu menurut Ayah adalah hal besar yang bisa Ayah lakukan untukmu, Ayah tidak ingin kamu menikah dengan orang yang tidak jelas asal-usulnya."
Hyorin masih saja diam, tetap kekeh dengan pendiriannya untuk tidak membuka suara.
"Coba kamu pikir, betapa Ayah menyayangimu Rin, percaya pada Kakak Ayesh adalah orang yang baik. Kakak mengenalnya sejak kecil, kami bahkan tumbuh bersama meskipun kami akhirnya berpisah saat kuliah karena mengambil jurusan yang berbeda."
"Kak....aku tahu keluarga Uncle Akbar adalah keluarga baik-baik. Tapi kenapa harus aku Kak, kenapa bukan Silvia? bukankah sebenarnya yang akan dijodohkan itu Pak Ayesh dan Silvia bukan aku!" Hyorin akhirnya membuka suara.
"Ayesh memilihmu Rin, itu artinya Ayesh lebih menyukaimu dibandingkan Silvia."
"Tapi Kak...."
"Rin Kakak yakin kamu pasti bisa bahagia bersama Ayesh, cinta itu akan tumbuh seiring berjalannya waktu."
Hyoshan memeluk Adiknya penuh kasih sayang, mencoba menenangkan Adiknya agar lebih bisa bersikap dewasa dalam menghadapi masalah.
Hyoshan mengurai pelukannya.
"Rin Kakak pulang dulu ya, besok masih harus ke Kantor pagi-pagi sekali."
"Kak Oshan tidak menginap saja, bukankah ini sudah larut Kak."
"Tidak Rin, lain kali saja ya."
"Baiklah Kak, hati-hati di jalan ya. Aku menyayangimu."
Hyoshan berlalu dari kamar Hyorin.
Hyorin bringsut masuk ke dalam selimut berharap ini hanya mimpi yang tidak pernah ia harapkan hadir dalam kehidupannya.
Hallo hatiku, kamu apa kabar? Apakah kau begitu menahan sakit?
Hyoshan turun ke bawah melewati ruang tengah, seketika dia berhenti melangkah sebab dirinya mendengar sayup-sayup percakapan antara Tante Mirna dan Silvia di dapur. Mereka tidak tahu jika Hyoshan belum pulang, sedangkan Ayah Hyorin sudah masuk ke kamar.
"Mama kenapa tadi tidak membelaku sih?" Silvia memprotes Mamanya.
"Apa yang harus Mama bela Silvia, bukankah sudah jelas Ayesh itu memilih Orin bukan kamu."
"Ih...Mama...Ayesh itu Laki-laki yang aku incar dari dulu."
"Apa hebatnya seorang Pengacara Silvia, kamu itu harus menikah dengan seorang Pengusaha!"
"Mama...aku mencintai Ayesh Ma." Rengek Silvia.
"Hari gini masih berbicara soal cinta, memangnya kamu lupa akan tujuan kamu Silvia?"
"Aku tidak lupa Ma..."
"Bukankah kamu ingin jadi Putri satu-satunya di rumah ini? Jadi biarkan Orin menikah, kemudian pergi dari rumah ini. Maka akan semakin mudah bagi kita untuk melanjutkan rencana kita."
"Tapi Ma...."
"Tidak ada tapi-tapian, kamu harus menurut. Lupakan cintamu dan fokus pada tujuan kita. Kamu mengerti Silvia!"
Silvia tidak menjawab, hanya mengangguk patuh dengan perkataan Mamanya.
Hyoshan yang masih berdiri di ruang tengah mengepalkan tangannya, gigi-giginya gemertak menahan emosi.
Hyoshan sebenarnya ingin langsung menghampiri Dua wanita Serigala berbulu Domba itu, namun ia urungkan sebab dia tidak mau membuat keributan tanpa bukti. Salah-salah dirinya akan menjadi tertuduh.
Mereka ternyata masih sama liciknya. Dasar wanita tidak tahu malu. Lihat saja suatu hari nanti pasti akan aku balas. Jangan coba-coba menyakiti Ayah dan Adikku!
Hyoshan kemudian berlalu pergi, sebelum kebaradaanya diketahui oleh Ibu dan Anak itu.
Hyoshan dengan pelan membuka dan menutup pintu depan agar tidak menimbulkan suara yang mencurigakan. Hyoshan pun memacu kendaraan meninggalkan kediaman Ayahnya.
****
Ayesh mengantar kedua orangtuanya sampai di halaman rumah kemudian berpamitan untuk kembali ke Apartemen bersama Doni.
"Bro tadi loe keren banget." Puji Doni saat mereka sudah memasuki jalan besar.
"Biasa aja Don."
"Asli loe keren banget Yesh, loe tadi tidak kalah kerennya seperti saat loe sedang berlaga di Persidangan."
"Gue tadi rasanya puas banget bisa mempermalukan Silvia dihadapan semuanya."
"Loe tahu nggak Yesh tadi Silvia kaya sedang nahan emosi, ditolak mentah-mentah sama loe mukanya merah padam."
"Don gue selanjutnya gimana nich, masa Dokter Pribadi gue jadi Istri gue nantinya."
"Loe nggak mau Yesh? Kalau gitu buat gue aja Yesh."
"Enak aja loe Don."
"Eh...ada yang nggak ikhlas nich." Ledek Doni.
"Sialan loe Don, gue cuma nggak mau loe deket-deket sama Dokter Pribadi gue."
"Ok dech pak Bos, tapi kalau loe nggak mau gue mau kok Yesh." Doni msngerling masih terus meledek Ayesh.
Ayesh tidak menjawab, dia hanya menepuk punggung Doni pelan tanda tidak setuju dengan pernyataan Doni.
Doni dalam hati tertawa puas, ternyata sahabat sekaligus Bosnya itu lucu sekali. Dia tidak rela apa yang akan jadi miliknya diambil orang lain.
Ayesh sampai di depan Apartemen, kemudian beranjak naik ke Apartemen setelah melakukan salam perpisahan dengan Doni.
Sorry Kak, malam lagi updatenya. 🙏🙏
Terus dukung Author ya, yuk like, komen, vote dan jadikan favourite ya Kak. 🎉🎉🎉🎉
Happy reading Kak 💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Kustri
Hrs'a ayesh nanya" ttg orin lwt oshan,, ngobrol" kuliah dmn selama ini,,, scr masa kecil'a kan pnya kenangan
2021-12-17
1