Hyorin beraktivitas seperti biasanya, dia akan ke rumah sakit sesuai dengan jadwal.
Hyorin merasa begitu bahagia sebab sudah sekitar Tiga hari ini Ayesh tidak mengganggunya dan juga tidak menghubunginya sama sekali.
Hyorin sedang berjalan di koridor rumah sakit, dia baru saja melakukan visitasi ke kamar-kamar Pasien yang menjadi tanggungjawabnya. Ketika Hyorin hendak membuka pintu ruang kerjanya, tiba-tiba ponselnya memekik, ada panggilan dari seseorang.
Hyorin dengan segera mengangkat panggilan yang ternyata dari Ayahnya.
"Hallo Ayah." Sapa Hyorin begitu tombol berwarna hijau ia geser ke atas.
"Hallo Rin, apakah kamu sedang sibuk?"
"Aku baru saja memeriksa Pasien Yah di kamar rawat."
"Kamu apakah bisa pulang cepat hari ini?"
"Sepertinya bisa Ayah, ada apa Ayah?" Hyorin balik bertanya.
"Nanti malam kita akan kedatangan tamu special, jadi kita semua harus berkumpul di rumah."
"Baik Ayah aku akan segera pulang begitu pekerjaanku selesai Yah." Jawab Hyorin patuh.
"Selamat bekerja Putriku dan cepat pulang ya?" Ayah tunggu."
Sambungan telfonpun terputus, Hyorin melanjutkan pekerjaannya kembali.
Saat Hyorin sedang berkutat dengan dokumen-dokumen di depannya, tiba-tiba Indra muncul dari balik pintu ruangan Hyorin.
"Hai Rin, kamu sedang sibuk rupanya ya?" Sapa Indra dengan senyum yang terus mengembang.
"Hai Kak, iya nich Kak. Ada beberapa dokumen yang harus aku periksa."
"Wah aku menganggu kamu nich."
"Tidak kok Kak, ini sudah selesai." Hyorin kemudian merapikan dokumen-dokumen yang ada di mejanya.
"Rin nanti malam apakah ada waktu? Aku mau mengajakmu makan malam bersama."
"Maaf Kak, tadi Ayah baru saja menelfon katanya nanti malam rumah kami akan kedatangan tamu, jadinya aku di suruh pulang cepat Kak."
Hyorin merasa tidak enak dengan Indra, karena menolak ajakan Laki-laki yang sebenarnya sangat menggetarkan hatinya itu.
"Baiklah Orin, mungkin lain kali ya." Indra tampak sedikit kecewa dan memaksakan diri untuk tersenyum.
"Maafkan aku ya Kak, aku tidak bermaksud menolak ajakan Kakak tapi...." Hyorin belum selesai dengan kata-katanya namun Indra sudah menyela.
"Tidak apa-apa Rin, mungkin ada acara penting yang mengharuskan kamu juga hadir disana.
"Aku juga tidak tahu Kak, Ayah tidak cerita kalau akan ada acara tapi tadi menyuruh aku segera pulang jika pekerjaan sudah selesai."
Indra melirik jam tangannya, ternyata sudah waktunya untuk makan siang. Kemudian Indra mengajak Hyorin untuk keluar makan siang bersama sebagai ganti makan malam yang tertunda terlaksana.
Hyorin mengiakan demi melihat Pemuda itu tidak kecewa karena tidak bisa makan bersama malam ini.
****
Ayesh tampak mondar mandir di ruangannya menunggu kabar dari Doni yang sudah sejak pertemuannya di Cafe tempo hari pergi ke Jerman untuk mencari informasi yang Ayesh minta.
Ayesh mengetuk-ngetukkan jari-jemarinya di meja, terlihat sekali kegugupan dan kegundahan di hatinya.
Kenapa bocah itu belum memberikan kabar apapun kepadaku, sudah Tiga hari padahal ini sejak kepergiannya.
Ayesh masih terus menggerutu, pikirannya kacau. Tiba-tiba orang yang ditunggu-tunggu muncul di ambang pintu ruangannya.
"Don bagaimana hasilnya?" Ayesh menyerbu Doni dengan pertanyaan padahal Doni belum duduk karena sudah tidak sabar mendengar kabar dari Doni.
"Sabar dulu pak Bos, tidak sabaran sekali." Doni terkekeh.
"Aku tidak bercanda Don, cepat katakan apa informasi yang kamu dapatkan."
Ayesh dan Doni menggunakan bahasa yang formal karena sedang berada di Kantor, berbeda jika mereka sedang di luar Kantor tidak akan terlihat bahwa mereka adalah Bos dan Asistennya.
"Aku tidak bisa menemukan gadis itu di Jerman, dari keterangan pihak Universitas gadis itu sudah lulus dan sudah pulang ke Negaranya sejak sekitar Tiga minggu yang lalu."
"Lalu apa informasi yang kamu dapatkan dari pihak Universitas?"
"Tidak ada yang bisa aku peroleh, sebab pihak Universitas memiliki Kode Etik tidak boleh memberikan data mahasiswa maupun alumninya kepada pihak luar."
"Percuma kamu jauh-jauh sampai ke Jerman kalau hasilnya tetap nihil Don, buang-buang waktu saja." Ayesh sangat kecewa dengan hasil yang Doni peroleh.
"Kamu tenanglah, kita pasti akan menemukan gadis itu." Doni mencoba meyakinkan Ayesh.
"Nasib aku bagaimana Don? ini sudah jatuh tempo dari waktu yang diberikan Ayah."
"Kita jalankan plan B." Jawab Doni mantap.
"Simalakama buat aku Don."
Doni menepuk bahu Ayesh untuk menguatkan sahabatnya itu.
Ayah Ayesh datang dan menghampiri Ayesh dan Doni yang sedang mengobrol.
"Don kapan kamu kembali?"
"Saya baru saja sampai Om." Jawab Doni.
Pandangan Pak Akbar mengarah pada Ayesh.
"Bagaimana Yesh, apakah kamu sudah siap untuk nanti malam?"
Ayesh hanya terdiam dan membuang muka tidak menanggapi perkataan Ayahnya. Perkataan Pak Akbar, bagi Ayesh seolah mengejek dirinya.
"Baiklah Yesh, Ayah yakin kamu akan membawa pasanganmu nanti malam. Ayah tunggu Yesh!"
Pak Akbar berlalu meninggalkan Ayesh dan Doni sambil tersenyum miring, sebab Pak Akbar tahu bahwa Ayesh tidak akan membawa siapapun nanti malam.
****
Pak Akbar dan Istrinya sudah siap untuk menghadiri makan malam yang sudah dipersiapkan oleh keluarga Mahardika. Waktu sudah menunjukkan pukul Tujuh malam namun Ayesh tak kunjung datang untuk menjemput mereka.
Ayesh dan orang tuanya memang tinggal terpisah, sebab Ayesh ingin hidup mandiri.
Pak Akbar sibuk menelfon anaknya yang sudah pasti akan membuat dirinya terlambat. Tidak berselang lama, Ayesh muncul di halaman rumah Orang Tuanya. Ayesh sengaja membawa Doni ikut serta dan sekaligus menjadi drivernya malam ini.
"Maaf Ayah...Ibu...aku terlambat datang." Ucap Ayesh sambil lari-lari kecil menemui Ayah dan Ibunya yang tampak sudah mondar-mandir khawatir Putranya tidak akan datang malam ini.
Ayesh kemudian mencium punggung tangan kedua orang tuanya dan mengajak Ayah dan Ibunya agar segera naik ke dalam m
Mobil.
"Ayesh kamu itu selalu membuat Ayah dan Ibu khawatir, kami pikir kamu akan mangkir dari makan malam ini." Pak Akbar membuka percakapan begitu mereka semua sudah masuk ke dalam Mobil dan siap melakukan perjalanan ke rumah Hyorin.
"Maafkan aku Ayah."
"Sudahlah Nak tidak apa-apa." Ibu Ayesh membela Putranya.
"Lalu dimanakah pasanganmu Yesh kenapa tidak ikut serta?" Tanya Pak Akbar lagi dengan hati yang penuh kemenangan.
Ayesh hanya terdiam tidak menjawab pertanyaan Ayahnya.
"Pasangan Ayesh sudah berada di rumah Tuan Mahardika Om." Doni membuka suaranya setelah beberapa menit yang lalu hanya menjadi pendengar setia.
"Benarkah? Hahahhaaa..." Ayah Ayesh tertawa mendengar pernyataan dari Doni.
Ayesh masih saja mengunci mulutnya rapat-rapat, dia tidak mau membuat suasana semakin tidak kondusif bagi dirinya yang sedang menggalau berat.
Tidak terasa setelah melalui perjalanan kurang lebih Tiga Puluh Lima menit, Mobil yang dikendarai oleh Doni memasuki pelataran rumah keluarga Mahardika. Pintu gerbang dibuka oleh Satpam rumah Hyorin setelah melihat tamu istimewa Tuannya telah tiba.
"Selamat malam Tuan." Sapa Pak Satpam itu.
"Malam Mang." Jawab Doni mewakili keluarga Ayesh.
"Silahkan masuk Tuan dan Nyonya." Satpam itu mempersilahkan Ayesh dan keluarganya masuk ke dalam.
"Terimakasih Mang."
Ayesh dan keluarganya disambut oleh keluarga Mahardika, disana ada Pak Mahardika, Ibu Mirna, Silvia bahkan Hyoshan juga ada. Yang tidak terlihat justru Hyorin, entah dimana gadis itu.
Hyoshan menyambut kedatangan Ayesh yang tak lain adalah sahabatnya.
"Hallo Bro, lama sekali kita tidak pernah bertemu." Sapa Hyoshan begitu melihat Ayesh mendatangi kediaman orangtuanya.
"Hai Oshan, loe tambah ganteng saja sekarang."
Hyoshan dan Ayesh kemudian berpelukan sebagai sahabat yang sudah lama tidak bertemu.
Sebenarnya Hyoshan dan Ayesh tinggal di Apartemen yang sama bahkan di lantai yang sama, namun mereka berdua tidak ada yang mengetahuinya satu sama lain.
"Ayo masuk Bro." Hyoshan mengajak Ayesh masuk yang diikuti oleh Doni.
Silvia yang mengikuti mereka masuk tampak tersenyum penuh arti, mengetahui tamu special Ayah Tirinya itu adalah Ayesh dan keluarganya.
Silvia sendiri sudah mengetahui dari Ibunya, bahwa makan malam kali ini adalah untuk acara perjodohan, hanya saja dia tidak tahu siapakah yang akan dijodohkan.
Hyoshan mempersilahkan Ayesh dan Doni duduk di ruang tengah, terpisah dengan kedua orang tuanya yang sedang mengobrol di ruang tamu. Silvia juga tampak duduk bersama kedua orang tua Ayesh untuk memperkenalkan dirinya.
Hyoshan, Ayesh dan Doni mengobrol santai dengan sesekali diikuti tawa.
Ayesh menangkap bayangan Hyorin yang sedang membantu menata meja makan. Hyorin sudah berdandan rapi dan terlihat cukup menawan, namun dia tidak sungkan untuk turun tangan merapikan meja makan.
Hyoshan memanggil Adiknya yang tampak sudah selesai dengan aktivitasnya.
"Orin sini bentar, Kakak mau memperkenalkan kamu sama seseorang." Panggil Hyoshan agar Hyorin mendekat.
Hyorin yang sedari tadi tidak menyadari keberadaan Ayesh kemudian mendekat menghampiri Kakaknya.
"Iya Kak..." Jawab Hyorin.
Betapa terkejutnya Hyorin saat tahu siapa tamu yang datang malam ini.
"Ayesh ini Adik gue." Hyoshan memperkenalkan Hyorin.
"Hai Orin, kita bertemu lagi." Ayesh mengulurkan tangannya untuk menyalami Hyorin.
"Kalian sudah saling kenal?" Tanya Hyoshan bingung.
Hyorin mencebik, kemudian mengangguk dan meraih tangan Ayesh demi menghormati uluran tangan Laki-laki itu.
"Bagus kalau begitu Bro." Hyoshan menepuk pundak Ayesh.
"Yesh kamu masih ingat anak kecil yang dulu pernah loe buat nangis gara-gara mainannya loe buang?"
Ayesh tampak mengenang masa lalunya yang suka sekali bermain ke tempat Hyoshan. Ayesh tersenyum mengingat kejadian itu.
"Nih lihat dia sudah segede gini Yesh, awas aja kalau loe bikin dia nangis lagi." Hyoshan berkata sambil menggandeng tangan Adiknya.
Hyorin masih sama, tidak ingin merespon apapun yang Kakaknya dan Ayesh bicarakan meskipun yang sedang diomongkan adalah dirinya waktu masih kecil.
Di ruang tamu para orang tua masih mengobrol dengan asyiknya, mereka bercengkrama penuh keakraban. Silvia sesekali memandang ke ruang tengah yang tampak begitu hangat suasananya.
Silvia merasa tidak suka Hyorin terlihat akrab dengan Ayesh, padahal kenyataannya Hyorin hanya berusaha menghormati tamunya secara wajar.
Ayah Hyorin tiba-tiba memanggil Hyorin untuk ke ruang tamu.
"Orin sini sebentar sayang."
"Baik Ayah."
Hyorin menuju ke ruang tamu, tempat dimana kedua orang tua Ayesh dan keluarganya bercengkrama.
Hyorin menyapa kedua orang tua Ayesh dan menyalami kedua orang tua itu kemudian mencium punggung tangan keduanya dengan takzim.
"Selamat malam Om, Tante."
"Selamat malam Nak." Jawab Ibu Ayesh penuh sayang.
Silvia merasa iri melihat pemandangan di depannya.
"Rin apakah makan malamnya sudah siap?" Tanya Tante Mirna.
"Sudah Tante."
"Kalau begitu mari kita makan malam dulu, nanti kita lanjutkan lagi ngobrolnya."
Tante Mirna mempersilahkan tamunya untuk menuju ke meja makan.
Hai Kak, terus dukung Author ya.
Yuk like, komen, vote dan jadikan favorit ya biar Author tambah semangat updatenya. 🤗🤗🤗
Happy reading 💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments