Hyorin masih berada di kamarnya ketika Ayah Hyorin pulang dari bermain golf bersama Ayah Ayesh.
Ayah Hyorin menyapu pandangan ke sekeliling rumah yang nampak sepi, tidak terlihat
Istri dan Anak-anaknya.
Pak Mahardika hanya melihat Mbok Nah yang masih sibuk beres-beres rumah.
"Mbok...Nyonya dan Anak-anak pada kemana, kok sepi sekali?"
"Nyonya sedang arisan Tuan, Non Silvia pergi bersama teman-temannya."
"Kalau Orin bukankah sudah pulang?" Tanya Tuan Mahardika lagi.
"Sudah Tuan, sudah sejak sebelum makan siang Non Orin sudah di rumah."
"Lalu dimana dia sekarang Mbok?"
"Non Orin ada di kamarnya Tuan."
"Oh baiklah, silahkan Mbok lanjutkan kerjanya!"
"Baik Tuan." Jawab Mbok Nah.
Mbok Nah kemudian pamit undur diri, sedangkan Pak Mahardika naik ke lantai atas untuk menemui Hyorin.
Tok....tok....tok....
Mendengar pintu kamarnya diketuk dari luar, Hyorin yang sedang membaca novel di ponsel kemudian beranjak menuruni ranjang untuk membukakan pintu dan melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
"Ayah..." Hyorin memekik menemukan Ayahnya ada dibalik pintu kamar miliknya.
"Iya Orin, bolehkah Ayah masuk?"
"Boleh Ayah."
Ayah Hyorin kemudian duduk di sofa yang ada di kamar Hyorin.
"Rin Ayah mau berbicara sebentar sama kamu, apakah kamu sedang sibuk?"
"Tidak Ayah, aku tidak sibuk. Apa yang ingin Ayah sampaikan kepadaku?"
"Nak bagimana pendapatmu tentang Ayesh, Anak teman Ayah itu?"
"Apa maksud Ayah? Bukankah dia Pasienku dan aku Dokter Pribadinya Yah." Jawab Hyorin tidak paham dengan arah pembicaraan Ayahnya.
"Bukan itu Nak, maksud Ayah apakah jika dia dengan Silvia akan cocok?" Ayah Hyorin sengaja memancing reaksinya.
"Eemmmm...aku tidak tahu Ayah. Aku belum begitu mengenal Silvia dan juga Pak Ayesh lebih jauh, jadi aku belum bisa memberikan pendapat apapun." Jawab Hyorin jujur.
"Kalau Ayesh denganmu bagaimana?" Ayah Hyorin mencoba mendalami pendapat putrinya lebih jauh.
"Ayah...ih jangan berbicara seperti itu, nanti Silvia marah sama aku. Silvia sudah kenal Pak Ayesh lebih dulu, bahkan Silvia memiliki rasa terhadap Pak Ayesh Yah." Terang Hyorin panjang lebar.
"Kalau kamu bagaimana? Maksud Ayah perasaan kamu terhadap Ayesh?"
"Ayah...aku masih belum mengenal orang itu. Dia begitu aneh menurutku."
"Hahahaaaa....mungkin karena kamu belum memahami sifat aslinya saja Nak." Ayah Hyorin malah tertawa mendengar pernyataan putrinya itu.
"Nak apakah kamu belum berencana untuk menikah? atau kamu memiliki seorang kekasih?"
"Ayah....aku masih baru memulai karirku, aku belum memikirkan soal menikah. Kalau soal kekasih aku memang tidak memiliki, namun aku mencintai seseorang."
"Kalau masalah karir, kamu masih bisa berkarir setelah menikah Rin." Ayahnya mencoba meyakinkan.
"Wah benarkah? Putri kecilku sudah bisa jatuh cinta rupanya? Siapa orangnya Rin?" Sambungnya sambil mengusap kepala Hyorin lembut penuh dengan kasih sayang.
Ayah Hyorin berusaha menyelidiki putrinya.
"Kalau itu aku belum bisa menyebutkan namanya Ayah, sebab Orinlah yang menyukainya, sedangkan Orin sendiri tidak tahu Yah dia juga menyukai putri Ayah ini atau tidak." Hyorin tersenyum kecut untuk dirinya sendiri.
"Baiklah Nak, Ayah mengerti. Ayah keluar dulu ya Nak." Pamit Ayah Hyorin kemudian keluar dari kamar putrinya itu.
Hyorin melihat punggung Ayahnya hingga hilang dibalik pintu. Hyorin masih bingung dengan apa yang Ayahnya katakan tadi. Hyorin menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
****
Ayesh menemui Doni di sebuah Cafe yang biasa mereka datangi untuk melepaskan kepenatan setelah bekerja atau saat weekend seperti ini.
"Hai Bro sudah lama menunggu?" Ayesh menepuk punggung Doni yang nampak sedang bermain sosial medianya.
"Lumayan Bro, loe sih kebiasaan Yesh."
"Sorry Don, jalanan macet tadi." Kilahnya.
"Ada masalah apa Yesh, loe memanggil gue dihari libur begini?" Tanya Doni begitu Ayesh duduk.
"Gue butuh bantuan loe Don." Ayesh berkata dengan penuh harap kepada Doni.
"Apa yang harus gue lakukan Yesh?"
"Begini dalam waktu Tiga hari loe harus bisa menemukan gadis yang dulu menolong gue di Jerman!" Ayesh sedikit menekankan kata-katanya.
"Gila loe Yesh, selama Dua tahun terakhir ini saja kita tidak bisa menemukan gadis itu, apalagi ini cuma Tiga hari Yesh, gila asli loe bener-bener ya."
"Don gue mohon, cari informasi terkait gadis itu, kalau perlu kita ke Jerman."
"Yesh gue bukannya tidak mau menolong loe, tapi masalahnya gini apa loe tahu siapa nama gadis itu? Trus apa loe tahu waktu itu sang gadis pujaan loe itu kuliah dimana?"
"Don loe kan bisa mencari data siapa-siapa saja yang kuliah di Jerman dan ambil Kedokteran, yang gue tahu dia berinisial "H" sebab di sapu tangan yang dia gunakan untuk membalut luka gue ada huruf itu tertera disana."
Doni akhirnya menyetujui apa yang Ayesh minta, meskipun Doni sendiri tidak yakin akan menemukan gadis itu dalam waktu Tiga hari.
"Yesh sebenarnya loe kenapa si, apa harus ya menemukan gadis itu?"
"Harus Don, gue tidak mau dijodohkan Don. Gue maunya sama gadis itu. Tapi Ayah gue hanya memberi waktu gue Tiga hari. Bikin frustasi saja rasanya, lebih pelik dari pada menangani kasus Hukum yang rumit. Gue benar-benar buntu." Ayesh mengacak rambutnya tanda frustasi berat.
Doni hanya terkekeh, melihat temannya yang tampak acak-acakan pikirannya.
"Kenapa loe Don, ngledek gue ya?"
"Bukan gitu Bro, kok bisa ya Bokap loe tiba-tiba ngejodohin loe gini?" Doni menyangga dagunya dengan kepala yang ia angguk-anggukan seperti orang yang sedang berpikir keras.
"Gue juga nggak tahu Don." Ayesh menaikan bahunya.
"Emangnya siapa gadis yang akan di jodohkan sama loe?"
"Apalagi itu gue nggak tahu Don, katane putri Om Mahardika. Malah tadi Ayah dan Om Akbar nyebut-nyebut Silvia."
"Hahhh...serius loe Yesh?"
"Hemmmmmm...." Jawab Ayesh malas.
"Apa jangan-jangan Silvia yang membuat Om Mahardika minta loe nikahin dia?"
"Katane gara-gara pas kita mengantar Dokter Orin tiba-tiba Silvia mau meluk gue. Om Mahardika menganggap gue ada apa-apa sama si cewek murahan itu."
"Gila...gila...gila...kenapa rumit amat hidup loe sih Yesh, dulu aja loe mati-matian ngehindar dari cewek itu, malah sekarang masuk ke sarangnya, hahahahaaa....." Doni malah menertawakan Ayesh.
"Sialan loe Don, bukannya loe bantuin gue malahan loe ngetawain gue."
"Justru gue punya ide bagus Yesh."
"Apa Don, cepat katakan!" Ayesh tampak tidak sabar.
Ayesh kemudian mendekatkan tubuhnya ke tempat duduk Doni, seketika Ayesh tersenyum penuh arti mendengar apa yang Doni katakan.
"Bagus juga ide loe Don."
"Makanya kalau jadi orang itu harus berpikir jernih, jangan apa-apa sudah frustasi duluan. Jadi nggak bisa mikir kan loe?" Doni masih terus menertawakan Ayesh.
"Tapi itu plan B, kalau misal gadis yang loe ingin temui itu tidak bisa kita temukan dalam waktu Tiga hari. Sebab belum tentu juga, meskipun kita bisa nemuin gadis itu, loe bisa menjamin dia bakalan mau sama loe alias tidak nolak loe, kan sakit jatuhnya kalau kita sudah capek-capek nyari malah ujungnya loe ditolak!" Sambung Doni mengingatkan Ayesh.
"Loe ngremehin gue ya Don? Gini-gini gue banyak yang antri tahu!"
"Iya banyak yang antri tapi loe tolak semua, ntar kena karma baru tahu rasa loe Yesh." Sarkas Doni.
"Enak aja loe, nyumpahin gue. Emangnya loe nggak jomblo apa Don?"
"Gue...bemmmmm....asal loe tahu ya, gue punya gebetan." Jawab Doni songong.
****
Silvia masuk ke sebuah Cafe bersama teman-temannya, sekilas dia melihat Ayesh berada di Cafe yang sama dengannya. Silvia tanpa malu mendekat ke arah Ayesh yang sedang asyik mengobrol bersama Doni.
"Hai Kak Ayesh, boleh gabung?"
"Eh Silvia..." Jawab Doni kemudian tersenyum ke arah Ayesh yang tampak dingin menanggapi kehadiran Silvia.
"Boleh apa tidak Kak?"
Ayesh masih terdiam, dia merasa malas harus bertemu Silvia disaat yang tidak tepat. Bahkan dirinya dan Doni baru saja membahas tentang gadis itu, malah tiba-tiba nongol dihadapan mereka.
"Silahkan duduk Silvia." Doni mempersilahkan duduk gadis itu, yang tampak sudah merasa kesal dengan sikap Ayesh.
Doni menyiku lengan Ayesh, namun Ayesh tak bergeming.
"Baiklah Don, gue udah selesai. Gue pamit duluan ya, silahkan kalian lanjutkan mengobrolnya." Ayesh berkata tetap dengan wajah datarnya sambil beranjak untuk pergi meninggalkan Doni dan Silvia.
"Gue ditinggal nih Yesh, ada gadis cantik disini masa loe tinggal?" Doni masih terus meledek Ayesh yang sudah berlalu.
Silvia tampak tersipu malu dengan perkataan Doni.
"Kak Doni, aku pamit ya. Aku mau ngejar Kak Ayesh dulu."
"Cie...main kejar-kejaran nih sekarang." Ledek Doni kepada Silvia.
Silvia pun berlalu meninggalkan Doni untuk mengejar Ayesh ke parkiran.
"Kak Ayesh, aku boleh ikut nggak kak? Aku nggak bawa Mobil." Silvia berkata tanpa malu dan sengaja berbohong kepada Ayesh.
Ayesh tetap tidak menggubris gadis itu. Ayesh hendak melajukan Mobilnya, namun Silvia malah berdiri di depan Mobil Ayesh.
"Gila loe ya Sil, mau celaka loe ya!" Ayesh berkata dengan sudah menaikan nada bicaranya.
Silvia benar-benar sudah membuatnya naik pitam.
Ayesh kemudian keluar dari Mobilnya, Silvia tersenyum senang sebab keinginannya mungkin saja akan dikabulkan oleh Ayesh, seperti Hyorin yang sering kali di antar pulang oleh Ayesh.
Ayesh kemudian mendekati Silvia dan menarik tangannya.
"Aku mau dibawa kemana Kak?"
Ayesh tidak menjawab, kemudian dia membawa Silvia ke depan sebuah Mobil berwarna Merah Muda.
"Gue tanya sekarang ini Mobil siapa?" Ayesh menunjuk sebuah Mobil.
"Ini Mobil temanku Kak?" Jawab Silvia masih dengan kebohongannya.
"Jawab dengan jujur!"
"It...itu Mobilku Kak." Silvia akhirnya berterus terang.
"Kalau loe ikut gue, bagaimana Mobil ini hah...!" Ayesh tampak sangat marah dengan kebohongan Silvia.
Ayesh kemudian meninggalkan Silvia di parkiran dan pergi begitu saja mengendarai mobilnya. Silvia nampak begitu kesal dengan sikap Ayesh.
Sial...sial...sial...kenapa sih loe kak, susah banget dideketin. Awas saja loe kak, loe pasti akan jatuh ke pelukan gue, lihat saja nanti.
Silvia berkata dalam hati sambil menghentak-hentakkan kakinya penuh kekesalan. Akhirnya Silvia masuk kembali ke dalam Cafe dan menemui teman-temannya.
Silvia sudah tidak melihat Doni ada ditempatnya.
Doni sedari tadi sudah berada di dekat tempat parkir dan melihat adegan live Ayesh yang mempermalukan Silvia.
Doni hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Ayesh yang tidak pernah berubah dari dulu, yang tidak akan pernah mentorerir siapapun yang mengganggunya. Apalagi orang itu tidak disukainya, dia akan sangat ketus dan cuek terhadapnya.
Doni jadi teringat dengan sikap Ayesh yang begitu perduli dengan Hyorin, meskipun sikapnya datar tapi jelas sekali kalau Ayesh begitu memperdulikannya. Berbeda sekali saat Ayesh memperlakukan Silvia. Padahal kedua gadis itu bersaudara, meskipun saudara tiri.
Jangan lupa like, komen, vote dan jadikan favorit ya Kak.
Yuk dukung terus karya Author ❤️🤗🤗🤗
Happy reading Kak 😘😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments